Chapter 8

9.4K 1.4K 83
                                    

***

Nos bergumam, menelan ludah. "Newtnya...."

Aku terkejut dengan apa yang dikatakan Nos tentang batu di kotak perhiasan itu.

'Newt!?'

Ketika aku memucat, Nos berkata dengan wajah menunduk.

"Maaf Tuan. Ini bukan kesalahan nona kecil, kondisi penyimpanannya tidak bagus. Kalau tidak, Newt itu tidak akan tiba-tiba menjadi debu."

Nos berusaha keras untuk mencari alasan, tetapi wajah Duke tidak berubah.

Sambil memegang ujung rok, aku meraih lengan Duke, bergetar.

"Ti, tidwak.... Akuh tidwak belmaksud untuk...." (Ti, tidak.... Aku tidak bermaksud untuk....)

Namun, Duke menyingkirkan tanganku dan mengerutkan kening.

Bibirnya mengeluarkan napas panjang.

"Kamu menggangguku."

Seluruh tubuhku bergetar seperti pohon aspen.

Alih-alih disukai, aku malah membuat kekacauan.

Kupikir aku terlalu takut untuk mengatakan bahwa harapan hidupku semakin buruk.

Selain itu, mataku mulai berputar-putar, dan pandanganku menyipit.

"Jangan ganggu aku lagi dan kembali ke kamarmu."

"Ugh...."

Begitu aku mengerang, tubuhku miring dan jatuh di bawah kursi.

"Nona kecil!"

Dalam pandanganku yang sempit, Duke itu menegang dengan mata terbuka lebar.

Lalu sunyi...

***

<Ruang Sakhaman>

Dalam kegelapan aku melihat punggung Duke Amity dari belakang.

Ayahku, yang baik hati, yang sangat cermat dan adil.

Aku menghormati dan sangat menyayanginya.

Aku harus menyerahkan banyak hal untuk hidup sebagai putrinya, tapi tidak apa-apa. Tidak masalah...

Andai saja dia akan tertawa denganku saat memanggil namaku.

Tapi aku tahu. Bahwa ada tembok di antara kami.

Duke Amity memberiku kamar untuk tinggal, mengajariku etika kaum bangsawan, dan makan bersama, tapi hanya sejauh itu.

Dia tidak menganggapku sebagai anaknya.

Tetap saja, aku melakukan yang terbaik karena aku menyukainya.

Aku ragu-ragu untuk waktu yang lama dan kemudian mengulurkan tangan kepadanya

"Ayah-"

"Papa!"

Mina berlari melewatiku menuju ke arah Duke Amity.

Entah bagaimana, Mina memeluk tangannya tanpa keraguan.

Ketika Mina tersenyum dengan mata menyipit, Duke Amity membelai kepalanya dan tersenyum.

Tidak masalah. Itu memang terjadi. Mina benar-benar Anak Takdir.

Dia gadis baik yang membawa hujan saat musim kemarau, dan memberi harapan bagi orang miskin dan orang sakit.

Jika aku bekerja lebih keras, ayahku juga akan menyayangiku..

Lalu kegelapan di sekitarku bergetar.

"Bodoh!!"

TBRADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang