Chapter 21

8.5K 1.3K 64
                                    

***

Isaac melangkah ke ruang belajar membawa kue cokelat dengan krim kocok di tangannya.

'Aku sangat bahagia!'

Aku mengalami banyak peristiwa dengan orang dewasa hari ini, jadi aku merasa lapar.

"Hmph, aku tidak memberikannya untukmu. Hanya.... Hanya saja aku tidak terlalu suka manis."

"Ishak, aku menimakti rhoti gula yang kau berikan bebelapa hari yang lalu." (Ishak, aku menikmati roti gula yang kau berikan padaku beberapa hari yang lalu.)

"Aku, aku tidak akan menyukaimu jika kau memujiku!"

Telinganya memerah saat dia bergegas ke ruang belajar. Henry hanya melirik ke arahku sebelum menuju ke pintu tanpa banyak bicara.

Aku pergi ke ruang belajar tempat mereka duduk. Aku duduk dan mengamati Henry dari ujung kepala sampai ujung kaki.

'Sepertinya tidak ada yang terjadi setelah kejadian itu.'

Aku menggigit kue, dan mulutku menghembuskan napas tak disengaja.

Rasa apa ini?

'Ini sangat enak!'

Ini berbeda dari semua kue yang aku makan sejauh ini.

Krim kocok menyegarkan yang rasanya tidak terlalu kuat seperti mentega saat dimasukkan ke dalam mulut.

Kue itu sangat lembab dan halus dengan cokelat seperti beludru di dalamnya.

Kue yang sempurna meleleh dengan lembut di mulutku begitu menyentuh lidah.

'Mereka mengatakan patissier dari kastil bagian barat memiliki tangan Tuhan. Bagaimanapun, sepertinya bukan hanya rumor.'

Aku sangat terkesan dengan rasa kuenya. Ini adalah pertama kalinya aku mencicipi kue dari kastil barat. Aku biasanya mengunjungi aula timur, tempat para VIP biasanya tinggal.

Dengan kedua tanganku membungkus pipiku, aku berkata, "Wow, wow!"

Isaac tersenyum ketika dia melihatku.

"Apakah itu lezat?"

'Ketika aku seorang pengemis, aku pernah kelaparan lebih dari lima hari. Untuk menurunkan rasa lapar, aku akan membayangkan diriku makan kue cokelat yang lezat.'

Rasanya penuh kehangatan yang mengingatkanku pada kehidupanku sebelumnya di mana aku menderita melalui masa-masa sulit yang tak terhitung jumlahnya.

"Twerima kasih banywak...." (Terima kasih banyak)

"Tidak, kamu tidak perlu berterima kasih padaku."

Isaac agak malu dan memutar matanya sebagai jawaban.

"Apakah kamu ingin makan kue coklat besok pagi juga?"

"Isaak yang terbaik!" (Kamu yang terbaik!)

"Aku akan memberikannya kepadamu di malam hari juga."

"Isaak sangat keren!" (Kamu sangat keren!)

"Aku akan memberikannya kepadamu lusa juga."

"Isaak yang terhebat!" (Kamu yang terhebat!)

Isaac menyeringai dari pujian kosongku.

Dari sela-sela, Henry menatap kami seolah-olah kami adalah sepasang badut.

***

Henry dan Isaac melanjutkan PR mereka, sedangkan aku melukis dengan tenang di samping mereka.

TBRADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang