Chapter 24

9.3K 1.3K 57
                                    

***

Sebuah suara mengalir ke kepalaku dan entah bagaimana, suara itu berhasil mengubah pandanganku. Pengelihatanku di luar kendali, semua yang ada di depan mataku menjadi kabur dan gelap.

Aku bisa merasakan jantungku berdebar menekan tulang rusukku, berpacu melawan rasa pusing yang muncul di kepala.

"Nak."

"Akh...."

Deg deg deg deg.

Suara detak jantungku memenuhi telingaku. Paru-paruku terasa tegang dan aku tidak bisa bernapas. Pusing itu terus menggangguku dan pandanganku menjadi semakin gelap.

Aku bisa merasakan dunia berputar tanpa henti. Kakiku terhuyung dan....

Buk!

Aku jatuh di lantai keras yang dingin dengan bunyi gedebuk.

"Blaine!"

Aku bisa mendengar suara Henry dan Isaac mendekati ruangan. Sebelum mereka tiba, pikiranku sudah tenggelam dalam pemikiran terakhir tadi.

'Siapa orang itu?'

'Kenapa aku merasa sangat mual ketika mendengar suara itu?'

***

Sudah berapa lama waktu telah berlalu? Aku mencoba membuka mata dan menggerakkan tubuhku, tetapi kelopak mataku terasa seperti dijahit dan berat tanganku seperti satu ton.

"Kenapa dia tidak membuka matanya jika tidak ada masalah dengannya? Apa kau sudah memeriksanya dengan benar? Jawab aku kecuali kamu ingin mati!"

"Periksa dia lagi. Cari tahu mengapa dia pingsan. Jika kau tidak bisa, jangan berpikir untuk keluar dari sini hidup-hidup. "

Telingaku segera dipenuhi dengan suara bergelegar marah dan tidak sabar.

"Hentikan, Henry, Isaac."

'Apakah itu suara duke?'

Suara langkah kaki terdengar di keheningan. Langkah kaki itu akhirnya berhenti. Suara pekikan tiba-tiba menembus telinga semua orang dan diikuti rentetan pembelaan.

"Saya sudah memberitahumu, tuan! Tidak ada yang salah dengannya! Dia sehat!"

"Lalu mengapa dia belum bangun."

"T-tapi itu sungguh!"

"Jika kau tidak bisa membangunkannya, aku akan memotong tenggorokan kalian semua."

'Apa?!'

Karena kaget, aku membuka mata lebar-lebar. Tidak terasa seberat sebelumnya.

"Blaine...!"

"Leblaine!"

Dua bayangan buram mulai terbentuk di bawah penglihatan kaburku. Itu Henry dan Isaac.

'Kenapa mereka ada di sini?'

Aku mengamati ruangan sambil mengedipkan mata untuk menghilangkan kabut tipis yang menutupi pandanganku. Aku berbaring di tempat tidur, sementara Henry dan Isaac terpaku di samping tempat tidurku.

TBRADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang