Chapter 25

9.7K 1.3K 250
                                    

***

"Afakah ada oyang bawu nyang datang ke kacini?" (Apakah ada orang baru yang datang ke kesini?)

"Ya, administrator baru mengikuti tes bulan lalu dan beberapa dari mereka lulus. Babak kedua ujian akan diadakan besok. Jika mereka lulus tes kedua juga, mereka akan menjadi administrator baru Dubblede."

Ketika lowongan itu di publikasikan, orang-orang berbakat dari seluruh negeri segera datang untuk mengikuti tes. Itu merupakan peluang besar bagi mereka. Dubblede tidak pernah peduli dengan latar belakang seseorang, walaupun mereka orang biasa ataupun bangsawan, tidak masalah baginya selama kemampuan mereka bagus.

Dengan cara mempekerjakan orang seperti itu, tak heran Dubblede bisa memiliki begitu banyak orang berbakat di sisinya. Sayangnya, ada beberapa kerugian dari sistem itu. Salah satunya, bahkan penjahat buronan bisa masuk karena betapa lemahnya pemeriksaan latar belakang.

'Menangkap pelaku akan lebih mudah dari yang aku bayangkan.'

Di tengah-tengah sesi belajar yang kulakukan dengan Nos, pintu terbuka ketika Henry dan Isaac datang. Nos, yang melihat keduanya, dengan penuh pertimbangan memberiku waktu istirahat dan menyelinap pergi untuk sementara waktu.

Isaac langsung mendatangiku.

"Hey! Bagaimana keadaanmu?"

"...?"

"Flu mu. Kondisimu membaik kan?"

"Iya."

Mendengar suaraku yang lemah, Isaac mengerang kesal. Dia memandang Henry lalu bertanya.

"Kenapa dia begitu lemah?"

"Karena dia masih kecil, Isaac."

"Tapi aku sangat sehat ketika aku sekecil dia."

"Itu karena kau monster."

Henry mendorong Isaac menjauh dariku dan mengambil tempatnya sebelum mencondongkan tubuhnya, sehingga matanya bertemu dengan milikku. Dia menatap mataku dengan saksama dan menyapa ku.

"Halo, Leblaine."

"Halo...."

"Apakah kau memperhatikan ada sesuatu yang aneh sejak kamu pingsan? Apa kau menemukan bintik-bintik hitam di tubuhmu, atau ada yang salah dengan kekuatan suci mu? Itu gejala orang-orang yang terkena kutukan..."

Sebelum aku bisa menjawab, Henry melanjutkan dengan ekspresi sedih dan penyesalan.

"Maafkan aku... Blaine. Aku mengatakan hal-hal yang sangat kasar padamu terakhir kali."

"Aku ingin meminta maaf. Jika tidak apa-apa, maukah kau memaafkanku?"

Aku teringat ucapan Henry yang tidak berperasaan pada hari itu, kata-katanya sedikit menyakitiku, tapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan semua jenis penghinaan menyakitkan yang harus aku hadapi dalam kehidupanku sebelumnya. Terutama ketika aku tahu dia bersikap defensif karena kelemahannya.

"Ya, Henli. Tidak apa apwa. Aku memaapkanmu." (Ya, Henry. Tidak apa-apa. Aku memaafkanmu)

Ekspresi sedih Henry berubah menjadi senyum cerah ketika dia menepuk rambutku dan berkata,

"Kamu yang paling manis, Blaine. Terima kasih telah memberiku kesempatan kedua."

Wow.

Senyum lembutnya yang hangat bahkan berhasil membuat para pelayan menjerit.

Isaac mengerutkan kening pada Henry.

"Mengapa perlakuanmu padanya dan aku sangat berbeda?"

"Karena aku hanya peduli dengan orang-orangku."

TBRADWhere stories live. Discover now