crusher : 00

32.8K 2.5K 358
                                    

sebelumnya, boleh komen kalau ada kesalahan nama tokoh ya. nanti biar diperbaiki, makasi ^^

Kepalanya dipukul, lagi.

Perempuan itu cuma bisa meringkuk di bawah meja, dengan tiga laki-laki yang lagi-lagi bertingkah seenaknya, semau mereka, tanpa mau mikirin apa akibat dari semua yang mereka lakuin sekarang dan hari-hari sebelumnya.

Arin, sama sekali nggak punya kuasa buat melawan mereka. Selain karena mereka laki-laki dan jumlahnya nggak sebanding sama dia yang sendirian, mereka juga adalah penguasa di sekolah ini. Walaupun mau, tapi Arin nggak bisa teriak buat berontak, apalagi bergerak buat ngasih balasan. Yang bisa dia lakuin cuma diam, pasrah, bahkan saat salah satu dari tiga orang itu mulai numpahin cairan dingin ke atas kepalanya.

"Arin, kalo lo ngerjain tugas kita tepat waktu, kita nggak bakal mau buang-buang waktu demi nyiksa lo gini."

Buang-buang waktu, katanya?

Di tengah badannya yang gemetar, Arin ketawa getir. Apa nasibnya harus begini? Dijadiin budak, bidak catur, yang bisa digerakin sesuai kemauan tuannya?

"Kita jadi dihukum gara-gara lo."

Kenapa harus gue?

Rasanya Arin nggak tahan buat angkat kepala dan neriakin kalimat itu di depan muka mereka. Dia udah muak, satu tahun sekolahnya diisi sama hal-hal yang nyaris bikin dia bunuh diri. Cuma karena tiga laki-laki brengsek ini.

Jay, Sunghoon, dan Jake.

Beberapa saat, setelah dirasa mereka bertiga udah nggak ngelakuin apapun lagi, Arin beraniin dirinya buat angkat kepala. Walaupun keadaannya menyedihkan, seenggaknya Arin nggak nangis. Dia nggak sudi nangis dan keliatan menderita cuma karena mereka.

"Maaf, lain kali bakal gue kerjain secepatnya." Arin berkata, berusaha tegar.

Jayㅡyang udah numpahin jus itu ke atas kepala Arinㅡngangkat gelas kacanya, berniat ngasih pukulan ke kepala Arin. Sontak, perempuan itu nundukin kepala lagi dan tutup mata. Perkiraannya, mungkin setelah ini kepalanya bakal berdarah-darah.

Tapi, Arin belum juga ngerasain sakit seperti perkiraannya. Dan saat matanya terarah ke atas, rasanya lega sekaligus kaget karena Sunghoon nahan tangan Jay buat berhenti, urung ngasih pukulan itu.

"Lo bisa dikeluarin dari sekolah." Ujar Sunghoon, datar tapi tajam.

Jay berdecak. Gelas berakhir pecah di lantai dan Arin nggak bisa nahan lagi rasa takutnya. Dia makin gemetar dan isakannya yang tertahan malah buat dadanya makin kerasa sesak.

"Pergi lah, disini pengap." Jay akhirnya mengalah. Sebelum langkahnya dibuat untuk ninggalin tempat, Jay natap tajam ke arah Arin yang masih nunduk di bawah meja gudang yang berdebu. []

©crusher

Crusher [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now