crusher : 22

8.3K 1.6K 178
                                    

Sore ini Arin punya kesempatan buat bantu Mama jualan di toko. Yang dia lakuin cuma hal kecil, bersihin debu, rapihin kotak sepatu, dan ambil beberapa barang yang dibeli. Udah lama Arin nggak dateng ke toko Mama karena sekolahnya yang sibuk. Seenggaknya cuma beberapa waktu karena Jay, Sunghoon dan Jake.

Arin lagi sibuk nyusun kotak sepatu, sedangkan di belakang meja kasir Mama keliatan tenang dan hening banget. Ini kayak bukan Mama, dan Arin jelas heran sama sikap Mama hari ini.

"Ma? Mama kenapa daritadi bengong terus?" Tanya Arin setelah duduk di samping Mamanya.

Mama cuma noleh sekilas, masih dengan pandangan yang sama. "Nggak apa. Cuma kepikiran sesuatu."

"Kepikiran apa? Ma, jangan bikin Arin khawatir, ah. Mama nggak biasanya kayak gini."

Senyum tipis Mama terkembang. Dia bawa posisinya buat lebih deket sama Arin, dan rangkul pundak anaknya itu. "Kepikiran temenmu yang kemaren malem dateng."

Arin ngerutin keningnya. Sepenting itu sampai Mama melamun dari pagi, cuma gara-gara Jay?

"Jay? Emangnya kenapa?"

Mama hela napasnya berat, tapi senyum tipisnya masih belum luntur dengan lengan yang masih setia merangkul Arin. Pandangan Mama lurus ke depan, seolah nerawang sesuatu. "Dia mirip sama orang yang Mama kenal dulu, mirip banget. Mama kaget pas pertama kali ngeliat temenmu itu."

Arin betulin posisi duduknya, dia ngerasa topik ini jadi lumayan menarik. "Siapa?"

"Hm, temen?" Mama ketawa pedih, Arin bisa liat kalau ekspresi Mama berubah sendu sekarang. "Sebut aja temen."

"Serius Mama nggak mau cerita lagi?" Arin merengut, kesal, padahal dia udah penasaran banget sekarang.

"Nggak ada yang bisa diceritain. Udah sana lanjutin beresin kotaknya, itu belum selesai semua." Bahu Arin didorong pelan, dan dia mau nggak mau harus bangkit dari duduk dan lanjutin pekerjaannya. Perasaannya jadi nggak enak setelah denger sedikit cerita Mama, karena ekspresi Mama juga nunjukkin hal yang sama.

Arin balik sibuk sama kerjaannya, sampai akhirnya ponsel di dalam kantung bajunya bergetar, satu pesan masuk. Matanya melotot begitu liat siapa pengirim pesan. Dia lupa kalau kemarin malam ada janji sama Sunghoon, cowok itu bakal dateng kesini.

Sialnya Arin belum bilang ke Mama soal ini.

Jadi, setelah ngirim balasan singkat pesan buat Sunghoon, Arin hampirin Mamanya lagi.

"Ma, itu, temen aku mau kesini. Nggak apa-apa, kan? Katanya dia mau cari sepatu buat basket."

Mama natap Arin penuh. "Cewek apa cowok?"

"Cowok." Jawab Arin gugup.

"Jay?"

Mendadak Arin jadi panik. "Bukan! Ada temen Arin yang lain."

"Mama nggak tau ternyata kamu punya banyak temen cowok. Jangan bergaul sembarangan, Arin." Ucap Mama khawatir. Mungkin karena Arin satu-satunya anak perempuan yang Mama punya.

"Nggak sembarangan kok, dia anaknya baik." Lebih baik dari Jay malah, batinnya.

"Yaudah nggak apa, lagian dia pelanggan juga." Mama ngasih izin, tapi Arin nggak yakin kalau Mamanya serius buat itu.

Arin nunggu di depan toko. Sengaja, karena ini kali pertama Sunghoon dateng ke tokonya. Malah cowok itu yang kedua setelah Jungwon. Hitungannya, mereka seolah udah deket banget, kan? Arin juga heran kenapa semalam Sunghoon bisa jadi seantusias itu cuma buat main ke tokonya.

Beberapa menit setelahnya, Arin bisa liat Sunghoon jalan ke arahnya. Jujur, Arin jadi sedikit malu karena fakta keadaannya sekarang.

Mereka saling bertukar senyum begitu saling pandang. "Oh, disini. Nggak jauh-jauh amat, tuh." Ujar Sunghoon setelah berdiri tepat di depan Arin.

Crusher [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now