crusher : 21

8.3K 1.7K 182
                                    

Sedikit banyak Arin dibuat heran karena Jay yang nggak hubungin dia buat bimbel malem ini. Biasanya, ponselnya bakal penuh sama notifikasi dari cowok itu, yang isinya kebanyakan pesan nggak jelas, didominasi sama emoji random yang dikirim.

Arin nggak fokus sama tontonannya, bahkan juga sama Jungwon yang daritadi ngoceh di sampingnya sambil makan camilan. Dia jadi khawatir kalau Jay mungkin ada masalah lagi sama Papanya.

"Minggu depan ikut gue ke pantai, yuk? Mumpung Papa lagi banyak duit." Ujar Jungwon, dan lanjut nyuap camilannya.

Tapi Arin sama sekali nggak ngegubris. Kepalanya terlalu penuh sama Jay. Apa dia harus hubungin cowok itu duluan?

"Rin?" Jungwon nyenggol bahu Arin sama bahunya. Natap cewek itu heran karena sama sekali nggak berkedip dan terus natap ke arah tv dengan pandangan kosong.

"Hah? Apaan?" Arin noleh ke Jungwon, gelagapan.

Cowok itu geleng nggak habis pikir. "Daritadi gue ngomong lo nggak denger apa-apa?"

Arin gigit bibirnya, ngerasa bersalah karena daritadi nggak fokus sama Jungwon. Padahal yang ngundang cowok itu ke rumahnya buat ngobrol itu dia sendiri. "Maaf, gue mikirin tugas, banyak yang belum dikerjain."

"Tadi gue nanyain itu, lo jawab udah dikerjain semua, gimana sih." Jungwon jadi hilang selera kalau gini caranya.

"Ya gue lupa. Jangan marah-marah dong." Arin berdecak.

Tapi serius, kenapa mendadak Arin jadi khawatir dan kepikiran soal Jay banget? Dia seolah udah terbiasa diganggub cowok itu lewat pesan, dan malam ini rasanya sepi banget karena Jay sama sekali nggak ngirim apapun.

"Gue tanya lagi ya, minggu depan mau ikut ke pantai nggak?"

Arin hening sebentar buat mikir. Mendadak dia bayangin hari minggunya sama Jay lagi. "Gue liat dulu, minggu depan kosong apa nggak."

Kepalanya malah ditoyor sama Jungwon, cewek itu meringis kesal. "Sok sibuk. Biasanya lo kalo hari minggu diem aja di rumah sama gue."

Setelahnya mereka cuma ngobrol ringan sambil sesekali cekcok nggak jelas. Hening beberapa lama, cuma ada suara tv diantara mereka sampai akhirnya ponsel Arin yang ada di atas meja berdering. Cewek itu ngambil ponselnya buru-buru setelah ngeliat siapa penelponnya, dan lari ke dalem kamar ninggalin Jungwon yang kebingungan.

"Gue di depan rumah lo. Buruan keluar."

Arin baru ngangkat panggilan dan nutup pintu kamar, tapi Jay udah duluan buka suara. Cewek itu jalan ke arah jendela kamar buat mastiin kalau Jay beneran ada di luar. Detik berikutnya mata Arin melotot kaget karena cowok itu ada di luar sana sama motornya.

"Ngapain ke sini? Ada Jungwon." Suaranya setengah berbisik.

"Ck, Jungwon siapa gue nggak kenal. Siap-siap, buruan, gue tunggu dua menit."

Arin bolak-balik di dalem kamarnya karena khawtir. Urusannya bukan cuma soal Jungwon, tapi ini udah waktunya Mama pulang dari kerja. Kalau kebetulan Mama pulang sekarang dan papasan sama Jay, apa kata Mama nanti liat ada anak cowok bertamu.

Soalnya, selain Jungwon, Arin nggak pernah deket sama cowok manapun. Mama pasti mikir yang aneh-aneh.

"Satu menit." Jay menginterupsi di tengah kekhawatiran Arin.

"Sebentar lagi." Cewek itu mutus panggilan, secepat mungkin ganti pakaiannya jadi lebih rapi dan keluar dari kamar. Terserah deh kalau dia harus ninggalin Jungwon sendirian. Yang penting Mama nggak boleh tau kalau ada orang asing disini.

Crusher [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang