crusher : 29

8.4K 1.6K 370
                                    

Bohong kalau Jay bisa tenang setelah dengar pengakuan dari Sunghoon. Dia nggak seberapa kaget sama hal itu, karena dari perilaku Sunghoon aja, Jay udah bisa nebak kalau temennya itu punya perasaan sama Arin. Tapi mungkin akhirnya nggak bakal jadi gini kalau itu dulu, sebelum Jay juga naruh perasaan yang sama ke Arin.

Lagipula Jay nggak pernah mau suka sama cewek itu, sama sekali nggak.

Jadi, begitu jam istirahat tiba dan Jake ngajak dia buat makan di kantin, Jay lebih milih buat pura-pura sibuk sama tugas demi nurutin perasaan ngga jelasnya. Nyumpal telinga sama earphone, dan duduk diem persis patung di sini. Dia ngga bisa ngebiarin Arin dan Sunghoon berduaan aja di kelas kalau dia pergi ikut Jake ke kantin. Walaupun konsekuensinya dia harus berusaha bersikap biasa aja selama mereka berdua asik di belakang sana.

"Lo suka es krim, nggak?" Tanya Sunghoon di sela obrolan mereka.

Arin sukses dibuat ketawa kecil karena pertanyaan Sunghoon yang menurutnya aneh. "Orang gila mana yang ngga suka es krim."

"Ada kok."

"Serius? Siapa?"

Sunghoon gulir matanya buat lirik ke arah Jay yang memang lagi sendirian di sana, nunjuk tepat ke punggung cowok itu.

"Jay nggak suka es krim?" Bisik Arin, mendadak jadi waspada karena objek yang mereka omongin bukan sembarangan.

Sunghoon mengangguk kecil dengan raut santainya, ngambil snack dari atas meja dan ngunyah tanpa beban. "Lebih tepatnya dia nggak suka makanan manis. Wajar sih, hidupnya juga pait."

Kalimat terakhir Sunghoon bikin Arin keinget sama keadaan keluarga Jay. Nggak sepenuhnya salah, sih.

"Jangan ngomong gitu." Pelan Arin, diem-diem ngerasa prihatin.

Sunghoon ngulas senyum tipisnya, nyerahin snack ke arah mulut Arin yang diterima tanpa canggung. "Lo belum tau aja gimana keluarga Jay. Nggak usah tau sekalian deh."

Mendadak rasa penasarannya soal Jay jadi naik lagi. "Kenapa?"

"Nanti lo kasian sama dia, Jay anaknya nggak suka dikasianin."

Sayangnya Arin udah tau masalah apa yang dihadapin Jay, walaupun dia nggak tau apa itu udah semuanya atau belum. Dan nggak mungkin Arin ngerasa biasa aja setelah tau masalahnya, karena pelan-pelan juga dia paham gimana keadaan Jay.

"Gue mau nanya deh, Hoon."

Sunghoon ngangkat sebelah alisnya. "Nanya apa?"

Hening sejenak, Arin sibuk milih kalimat yang tepat buat ngungkapin rasa penasarannya. "Inget nggak, dulu lo pernah bilang kalo lo bersikap baik ke gue karna nggak ada Jay?"

"Hm," pandangannya diputar ke segala arah, nyoba buat nginget kapan dia pernah ngomong gitu ke Arin. "Nggak inget pasti sih, tapi emang gitu kenyataannya. Kenapa?"

"Itu pertanyaannya. Kenapa? Kenapa lo baik sama gue pas ngga ada Jay aja?"

Sejenak Sunghoon geming dan melirik pelan ke arah Jay. Ini pertanyaan yang jawabannya jelas dia benci. Sunghoon memang ngerasa Arin adalah tempat ternyamannya buat berbagi cerita, tapi untuk masalah ini, agaknya bukan topik yang bagus.

"Mau tau banget?" Pancingnya.

Arin meringis kesal. "Iya. Buruan jawab gue penasaran."

"Lo lagi pengen makan es krim nggak?"

Alis Arin berkerut, bingung. "Kok jadi es krim? Jangan ngalihin topik, Hoon."

"Jawab aja dulu, cerewet." Kepala Arin di dorong pelan.

Crusher [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now