crusher : 11

8.9K 1.7K 166
                                    

Rasanya Sunghoon bisa hirup udara bebas setelah keluar dari rumah Jay. Sunghoon ngendarain motornya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan buat nemuin dimana tempat Arin tinggal. Sebelumnya, Sunghoon memang udah sempat cari tahu meskipun belum seberapa yakin soal tempatnya.

Kawasan sederhana yang jauh dari suasana tempat Sunghoon tinggal. Status mereka memang beda, tapi Sunghoon nggak pernah sekalipun nganggap Arin rendah. Jadi, begitu berhasil nemuin satu rumah yang menurut firasatnya adalah tempat tinggal Arin, Sunghoon parkir motornya di lahan kosong, turun dari motor dan melangkah mendekat ke rumah itu.

Pintunya ditutup, dan Sunghoon ragu buat ngetuk.

"Permisi." Ujar Sunghoon lumayan keras. Dan nggak ada sahutan, tangannya terangkat buat ngetuk pintu sebanyak dua kali.

"Permisi."

Dan sampai ketukan ketiga, kenop pintu baru kebuka. Sunghoon refleks mundur dua langkah ke belakang. Jadi gugup bukan main buat nemuin si pemilik rumah.

"Sunghoon?"

Di depan sana, tepat seperti harapan Sunghoon, Arin ada disana. Dengan pakaian sederhana dan penampilan yang super santai. Beda banget sama Arin di sekolah, bikin Sunghoon diem-diem ngulum senyum tipis.

"Hai, Rin." Sapa Sunghoon, senyum tipis.

Arin mendengus. "Kenapa dateng? Tau rumah gue darimana?"

"Oh, itu, gue mau ngasih buku ini. Itu, tugas kimia yang kemaren lupa gue titipin." Sunghoon garuk belakang lehernya, gugup.

Padahal hari ini Arin baru bisa ngerasa lega karena nggak ada yang harus dikerjain. Tapi Sunghoon dan temen-temennya memang seniat itu ya, bikin dia nggak bisa santai? Sampai nyamperin ke rumah gini.

"Nanti gue kerjain." Arin mau ngeraih dua buku itu dari tangan Sunghoon, tapi cowok itu malah narik bukunya.

"Lo sendirian di rumah?" Tanya Sunghoon, mendadak penasaran.

Dengan alis yang bertaut bingung, Arin geleng. "Nggak. Sama Jungwon."

Raut Sunghoon berubah seketika. "Berduaan?"

Arin nganggukin kepalanya lagi. "Sini bukunya." Dan tangannya terangkat lagi buat nerima buku itu, nggak mau buang-buang waktu.

Tapi yang dilakuin Sunghoon selanjutnya bikin Arin melotot dan kaget luar biasa. Bahunya ditabrak, dengan Sunghoon yang maksa masuk ke dalem rumahnya. Arin buru-buru nyusul cowok itu ke dalem, berhenti di ruang santainya.

Jungwon, yang lagi tiduran di atas sofa sambil nonton acara tv mendadak bangkit. Natap Sunghoon dan Arin bergantian dengan raut kaget sekaligus bingung.

"Ngapain?" Tanya Jungwon, lebih ditujukan ke Arin.

Arin nangkat bahu, bingung mau jawab apa.

"Lo ngapain, sih? Sini bukunya, gue kerjain sekarang biar cepet selesai." Arin masih berusaha buat minta baik-baik, tapi Sunghoon masih geming di tempatnya, entah mikirin apa.

"Sunghoon." Tegur Arin lagi.

"Woy, Sunghoon, budeg ya? Dipanggil Arin tuh." Jungwon teriak. Risih juga diliatin terus sama cowok itu.

Sunghoon ngumpulin kesadarannya. Barusan aja pikirannya melayang kemana-mana. Memang ada ya, temen beda kelamin yang sedeket itu sampai bisa berkunjung ke rumah masing-masing? Berduaan pula? Jujur, ini agak aneh buat Sunghoon, karena dia nggak pernah ngalamin bahkan mikirin hal begitu.

"Nggak jadi deh," Sunghoon menjeda, mendadak jadi linglung sendiri. "Maksud gue, kita kerjain bareng gimana? Sekalian ajarin gue."

Jungwon melotot di tempatnya. "Nggak bisa, Arin kan libur hari ini, biarin dia santai dan istirahat dulu. Tega banget, mentang-mentang Arin pinter lo manfaatin."

Crusher [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang