crusher : 10

9K 1.7K 232
                                    

Buat Jay dan dua temannya, sama sekali nggak ada yang istimewa di hari minggu. Mereka tetep ngelakuin hal ngebosenin; main game, makan, ngobrol, tidur, main ponsel, dan gitu terus, di rumah Jay. Kamar cowok itu selalu jadi markas mereka buat habisin waktu membosankan di hari libur.

Jay dan Jake fokus sama layar tv di depan mereka, dengan stick game yang terus bergerak di layar. Sesekali teriak, saling nyalahin, dan saling pukul. Sedangkan Sunghoon, dia selalu jadi yang paling tenang diantara mereka bertiga. Main ponsel di atas kasur Jay adalah sesuatu yang lebih menarik dibanding melototin layar tv.

"Mobil gue jangan ditabrak, sialan. Kalo nyalip ya nyalip aja, nggak usah ngerusak aset orang!" Hardik Jake, kesal karena permainan Jay yang terlalu bar-bar.

"Nyalip doang apa serunya." Balas Jay, masih ambisius buat ngalahin Jake.

Dan akhirnya, karena Jake yang udah terlalu kesal, apalagi keadaan mobilnya hancur sekarang, mood mainnya jadi turun, stick itu dibanting ke atas lantai dengan decakan yang keluar dari bibir. "Males gue main sama lo, keras kepala."

"Liat, sekarang siapa yang ngerusak aset. Lo pikir harga stick murah?"

"Lo keberatan?"

Bukannya ngerasa bersalah, Jake malah ngambil lagi stick yang baru aja dia lempar, dan ngelakuin hal serupa tapi lebih keras, berulang-ulang. Dia nggak peduli kalau stick punya Jay bakal rusak beneran.

"Kurang ajar. Harga stick gue lebih mahal dari kepala lo." Dan Jay bener-bener nendang kepala Jake.

Mereka yang saling nggak terima, bikin pertengkaran makin menjadi. Bahkan mereka udah saling tindih buat bales pukulan satu sama lain. Jadi yang paling gaduh diantara sepinya kamar.

"Woy!"

Itu suara Sunghoon, natap dua anak yang lagi bergelut di bawah sana dengan tatapan muak.

Sunghoon mendengus karena tergurannya nggak didenger. "Woy, lo berdua!" Akhirnya balik teriak sambil lempar bantal ke arah mereka berdua.

Berhasil. Pertengkaran terjeda.

"Lo berdua kayak bocah, tau nggak?"

"Kawan lo ni yang bocah." Jay nunjuk Jake.

"Lo lebih bocah." Jake nggak terima.

Duh, kapan sih, mereka berdua bisa waras?

"Lo berdua nggak mikirin tugas kimia kita apa?" Daritadi Sunghoon hening karena lagi mikirin hal itu.

"Ngapain dipikirin? Kan yang ngerjain cewek sialan itu." Jawab Jay cuek sambil ngerapihin gulungan kabel di depannya.

Sunghoon muter bola matanya malas. Jay terlalu santai, juga terlalu terbiasa nitipin tugasnya ke Arin. "Kemaren lo bolos sama Jake, kalo lo lupa. Kita nggak nitipin tugas ke Arin."

Jake melotot, dia juga baru inget. "Serius? Bego, gue lupa! Jay, gimana nih?"

Jay noleh ke Sunghoon, natap cowok itu dengan tatapan horor. "Kenapa nggak lo titipin? Kan ada lo di kelas."

Skak. Sunghoon nggak punya jawaban. Nggak mungkin kan, dia jujur ke Jay kalau dia nggak nitipin tugas ke Arin karena nggak tega?

"Pas tugas dikasih gue juga nggak di kelas."

"Lo goblok, tau nggak?" Jay nggak bisa nahan kekesalannya lagi. Nggak tau kenapa, kalau soal Arin, Jay pasti gampang kebawa emosi.

"Kita bisa coba ngerjain sendiri. Nggak susah kok. Kenapa lo selalu tergantung sama dia, sih?" Suara Sunghoon meninggi. Dan itu bikin Jay bangkit dari duduknya buat berdiri.

Crusher [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now