crusher : 05

9.5K 1.9K 177
                                    

Arin nggak bakal nyangka kalau waktunya kebanyakan habis cuma buat jalan dari ruang kesehatan ke kelas, sampai mereka terlambat karena guru mata pelajaran udah datang duluan. Semua masalahnya ada di Sunghoon, cowok itu kelewat santai dan nganggap remeh mata pelajaran sesudah ini. Sunghoon nggak tau aja kalau sekarang ada ulangan harian.

Alhasil, mereka harus jalanin hukuman berupa lari lapangan dua putaran sebelum bisa masuk ke kelas dan ikut ulangan harian.

"Lo belum pernah kena hukum, ya?" Tanya Sunghoon nyamain posisi larinya dengan Arin.

Arin milih buat acuh dan sebisa mungkin nambah kecepatan larinya buat menghindar dari Sunghoon. Tapi tetep aja, kaki Sunghoon terlalu panjang buat bisa ngejar Arin.

"Dihukum barengan gini asik, kan? Kapan-kapan gue harus ngajak lo bolos lebih lama lagi biar kena hukuman."

Decakan kesel keluar, Arin melirik tajam ke arah Sunghoon yang malah direspon tawa kecil. "Selesain cepetan, biar bisa ikut ulangan."

Dibanding lari bareng buat nyelesain hukuman, mereka berdua lebih keliatan kayak lagi saling kejar-kejaran. Well, memang Arin mati-matian nambah kecepatan larinya biar nggak sampai dikejar Sunghoon, dia harus nyelesain ini secepatnya.

Dan akhirnya, setelah selesai dengan dua putaran lari lapangan, mereka duduk di teras depan kelas buat istirahatin badan dan ambil napas sebanyak-banyaknya.

"Lo haus?" Sunghoon bicara di antara suara hela napas mereka.

Setiap kalimat yang dikeluarin Sunghoon akhir-akhir ini bener-bener ngusik pikiran Arin. Ini nggak kayak biasanya, Sunghoon nggak pernah bersikap ganjil begini sebelumnya.

Kepala Arin menoleh dengan napas yang masih lumayan tersengal. "Lo kenapa tiba-tiba jadi care sama gue?"

Sunghoon terpaku, diem, senyum tipisnya serasa beku dan enggan luntur sekarang. Mendadak otaknya nggak bisa bekerja buat cari alasan logis. "Karna nggak ada Jay?" Jawaban nggak masuk akal itu yang keluar dari mulutnya. Walaupun itu memang kenyataannya.

Alis Arin bertaut, nuntut alasan yang lebih masuk akal. Dan Sunghoon makin dibuat salah tingkah meskipun dia nggak terlalu nunjukkin kegugupannya. "Udahlah, nggak penting." Tukas Sunghoon akhirnya. "Ayo ke kelas, katanya mau ikut ulangan harian."

Arin mendesis, baru keinget lagi sekarang. Dengan heboh dia bangkit dari duduk dan lari kecil buat sampai ke kelas. Sedangkan Sunghoon di belakang cuma jalan dengan santai. Luar biasa santai.

Begitu mereka masuk ke kelas, tatapan anak-anak terpaku ke arah Sunghoon dan Arin sebelum akhirnya atensi mereka kembali beralih ke arah kertas dan pulpen di atas meja. Dari sini, Arin bisa liat Jay natap dia kelewat tajam, setiap pergerakannya disapu bikin Arin ngerasa nggak nyaman.

"Udah dua putaran?" Tanya guru mata pelajaran pas Arin berniat ngambil kertas ulangan bagiannya.

Kepalanya mengangguk yakin, dengan pelipis dan anak rambut yang basah karena keringat. "Sudah, Pak."

"Sunghoon?"

"Udah juga." Cowok itu jawab kelewat santai, narik selembar kertas dan duduk di bangkunya. Sedangkan Arin masih terlalu segan.

Begitu Arin mulai ngerjain soal pertamanya, dia sadar kalau waktu yang dipunya nggak kesisa banyak. Jadi dia ngerahin semua otaknya buat ngerjain dua puluh essay dengan waktu yang luar biasa singkat. Sampai akhirnya mereka harus ngumpulin hasil soal yang selesai mereka kerjakan.

Seharusnya memang Arin harus nunggu keadaan murid rapi dulu sebelum ngumpul tugasnya, karena keadaan murid yang kacau akibat berebut buat ngumpul duluan, bikin tubuhnya harus kedorong di antara ramainya murid. Dan sialnya lagi, kakinya nggak sengaja nginjak kaki orang yang ada di belakangnya.

Crusher [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now