crusher : 13

8.3K 1.7K 241
                                    

Sejujurnya, Arin penasaran sama siapa yang udah ngasih informasi soal Jay yang selalu ganggu dia, ke Papanya. Seharusnya Arin senang karena perlakuan Jay akhirnya kebongkar juga. Tapi kemarin begitu dia berhadapan sama Papanya Jay, dia ngerasa kalau atmosfer diantara Ayah dan anak itu tegang.

Dia bisa liat Jay ketakutan, karena Papanya.

"Gue boleh nanya?"

Sunghoon dan Arin sekarang lagi ngabisin waktu istirahat di belakang sekolah yang sepi. Kesempatan yang bagus buat Sunghoon, karena lagi-lagi Jay dan Jake bolos ke markas mereka.

"Boleh dong. Tanya apa?" Sunghoon noleh ke arah Arin dengan tatapan antusias sekaligus penasaran.

Susunya disedot sekali, pandangannya kosong dengan isi pikiran yang berkecamuk. "Hubungan Jay sama Papanya, itu gimana?"

Raut antusias Sunghoon mendadak luntur. Dia kecewa karena topik yang diangkat Arin adalah topik yang paling dia hindarin. Jay dan keluarganya.

"Gue kira lo mau nanya apaan."

Arin noleh. "Ya, gue nanya itu. Menurut lo gimana?"

Sunghoon nyandarin punggungnya lebih nyaman ke badan pohon besar. "Nggak ada pertanyaan lain apa? Kenapa tiba-tiba penasaran sama Jay?"

Arin nggak bisa bilang ke Sunghoon kalau kemarin dia udah ketemu langsung sama Papanya Jay. Dia penasaran sama hubungan Jay dan Papanya, kenapa cowok itu bisa sampai pucet bukan main cuma karena pertanyaan yang jawabannya memang jelas diketahui Jay.

"Mau tau aja." Jawab Arin pelan.

Sunghoon hela napasnya. "Singkatnya, mereka berdua sering ribut. Faktor utamanya karna peringkat Jay yang turun." Matanya ngelirik Arin sekilas, agak ragu buat lanjutin. "Intinya ya karna lo."

Arin nggak kaget kalau soal itu. Jelas aja dia jadi pihak penyebab yang bikin hubungan Papa Jay dan anaknya jadi renggang. Tapi ngeliat perilaku Papa Jay ke dia kemarin, sama sekali nggak ada aura yang nunjukkin kalau beliau marah. Seharusnya beliau benci Arin, kan?

"Nanya lagi boleh?" Arin masih penasaran. Nggak tau kenapa dia jadi tertarik sama masalah ini.

"Jay lagi?"

"Keberatan, ya?" Arin bisa ngeliat raut nggak enak dari Sunghoon. Dia baru inget kalau hubungan mereka memang nggak seberapa baik. "Maaf."

Sunghoon menghela dengan senyum tipis. Dia mendekat ke arah Arin, duduk tepat sejengkal di samping cewek itu. "Oke, satu lagi. Tapi ada syaratnya."

Dan pas Arin noleh buat ngeliat cowok itu, matanya melotot luar biasa karena sadar jarak mereka yang terlalu dekat. Sambil nahan napasnya, Arin berujar, "apa?"

"Balik nanti bareng gue. Terus nanti malem, berangkat kerja biar gue yang anter." Usul Sunghoon dengan senyum lebarnya.

Sedangkan Arin, dia nggak tau mau ngasih respon kayak apa. Di depannya ini Sunghoon, cowok dingin yang selalu ngeluarin umpatan dan kata kasar buat dia dulu. Cowok yang cuma bisa ngeliatin dia dengan tatapan rendah pas Jay lagi ngelancarin aksinya. Apa ini bener-bener Sunghoon?

Jantung Arin jadi berdebar nggak karuan. "N-nggak usah, gue bareng Jungwon."

"Bus?"

Arin ngangguk kaku.

Raut Sunghoon mengendur seketika, nggak se-semangat awal. Tapi buat beberapa saat, tatapan Arin serasa dipaku buat terus sama Sunghoon yang juga lagi natap dia. Sampai akhirnya Sunghoon ngasih tiupan di matanya, bikin Arin mau nggak mau harus ngatupin kelopak mata.

"Mata lo cantik." Ujar Sunghoon.

Arin langsung ngasih jarak antara tempat duduknya dan juga Sunghoon. Ini nggak bagus. Bisa-bisa dia jantungan dan meninggal detik ini juga. Mulai sibuk sama susunya yang memang tinggal sedikit.

Crusher [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now