1

2.1K 81 4
                                    

"Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta. Kau bukan hanya sekedar indah, kau tak akan terganti."

Semua pengunjung konser Kahitna ikut bernyanyi. Hampir semua pengunjung terbawa oleh lirik romantis yang dinyanyikan. Tak terkecuali gadis berkaus putih yang ditutup dengan kemeja over size kotak-kotak berwarna merah tua itu. Kedua tangannya beberapa kali memegang dada, terlihat sekali begitu menghayati. Baginya lagu Takkan Terganti begitu dalam, sesuai dengan kondisinya sekarang yang sedang begitu mencintai seorang lelaki.

Puk....

Dikala kegiatan bernyanyinya ada seseorang yang menepuk pundak Rachel. Awalnya dia tidak mengacuhkan itu, hingga merasa tepukan itu berubah kencang.

"Hel! Hel!" Tiba-tiba ada suara yang memanggil namanya tepat di depan telinga Rachel sebelah kiri. "Rachel!"

Rachel Setiohadi—si pemilik nama– seketika menoleh. Alis tebalnya hampir bertaut melihat wajah di depannya yang berubah serius itu. "Lo kenapa? Sakit?" tanyanya. Dia tidak lagi menghayati lagu romantis yang masih mengalun itu. Ekspresinya pun ikut berubah menjadi sedikit panik.

"Enggak," jawab lelaki dengan topi abu-abu—Owel. "Gue mau bicara sama lo."

"Nanti aja lah, El. Nyanyi-nyanyi dulu." Setelah mengucapkan itu Rachel kembali memutar tubuh dan menggerakkan tangan ke kiri dan ke kanan. "Kau tak akan terganti." Rachel bernyanyi dengan suara keras, tidak ingin kalah dengan pengujung lainnya.

Merasa tidak diacuhkan, Owel hanya bisa menghela napas. Dia menatap depan, mencoba menikmati lagu Mantan Terindah yang mulai dilantunkan. Namun, setelah berusaha untuk tetap enjoy, lelaki itu tidak bisa menikmati. Dia kembali memutar tubuh, memperhatikan gadis bercelana pendek yang ikut bernyanyi hingga urat lehernya timbul. "HEL! GUE MAU NGOMONG!" teriaknya sambil memposisikan kedua tangan di samping mulut.

Teriakan itu sama sekali tidak terdengar di telinga Rachel. Dia masih asyik bernyanyi sambil sesekali menyisir rambut panjangnya ke belakang.

"Huh...." Owel menghela napas panjang, entah ini keberapa kalinya dia tidak diacuhkan. Tangannya terulur kembali menepuk pundak di depannya. "Rachel!" panggilnya dengan tepukan kencang beberapa kali.

"Awww!" Rachel tersadar. Dia mengusap lengannya yang terasa nyeri karena pukulan itu. Dia menoleh dan menatap Owel sebal. "Apa? Sakit banget, tahu!"

"Gue pengen putus!" teriak Owel cepat sebelum Rachel kembali bernyanyi.

Gadis di depan Owel mengernyit beberapa detik, setelah itu dia menggeleng pelan. "Lo mau ngerjain gue lagi?" tanya Rachel. "Mentang-mentang sekarang lagi dengerin lagu Mantan Terindah lo mau mutusin gue? Biar gue jadi mantan terindah lo gitu? Enggak, makasih!" Setelah mengucapkan itu Rachel kembali menikmati lagu Mantan Terindah yang tinggal beberapa bait lagi.

Owel mengusap wajah menghadapi sikap Rachel yang masih tak acuh tak acuh. Beberapa detik kemudian dia menatap Rachel dengan rahang mengeras. "Gue nggak bisa diginiin, Hel! Gue lagi ngomong sama lo!" katanya yang tentu saja tidak mendapat respons.

Mulai kehabisan kesabaran, Owel menarik gadis di depannya, membuat Rachel tersentak. "Dengerin gue baik-baik."

Rachel hendak protes, tapi saat melihat raut Owel, dia sadar sejak tadi tidak mengacuhkan pacarnya itu. "Lo kenapa?"

"Gue mau putus. Pu... tus...." Owel menekankan kata putus agar gadis berponi di depannya itu mengerti.

"Lo ngomong apa?" tanya Rachel butuh diyakinkan.

Mendengar itu Owel menghela napas, berhadapan dengan Rachel sering kali membuatnya emosi. "Putus, Hel. Gue nggak bisa lagi pacaran sama lo."

"I..ini... serius?" Rachel kehilangan suara. Entah karena sejak tadi dia terlalu semangat bernyanyi hingga suaranya hilang atau karena kaget dengan kalimat Owel. Wajahnya mendadak pucat dan hawa dingin itu mulai terasa. "Owel...."

The ConquerorWhere stories live. Discover now