2

725 52 2
                                    

"Maafin kesalahan teman saya, Pak."

"Iya, Pak. Maafin kesalahan saya."

Rachel dan Meda duduk berdampingan dengan kepala tertunduk. Sekarang, mereka berhadapan dengan lelaki yang kemejanya terkena minuman Rachel.

"Dua kali Anda berbuat ulah ke saya. Pertama waktu di konser dan sekarang," jawab Frans. "Saya mau meeting, tapi kemeja saya basah karena ulah, Anda."

"Soal di konser, saya benar-benar tidak sengaja, Pak. Barusan saya juga nggak sengaja," ucap Rachel apa adanya. "Saya mau kok cuci bajunya Bapak Frans," lanjutnya sebagai bentuk tanggung jawab.

Selang beberapa detik dari ucapannya, Rachel mendapat senggolan di perut. Dia menoleh, mendapati wajah sangar Meda.

"Lo aja nge-loundry. Hel, jangan tambah-tambahin masalah." Meda meminta sahabatnya tidak mudah membuat janji kemudian menyesalinya. Dia melirik Frans, lelaki yang ditabrak Rachel. Saat melihat sahabatnya terjatuh, dia begitu panik apalagi saat ada lelaki yang di depannya. Dia merasa akan ada masalah yang timbul.

Rachel melirik Frans yang menatapnya dengan satu alis terangkat. Dia menunduk tidak enak lalu mendekatkan bibir ke telinga Meda. "Lo nggak pernah nonton film, ya? Siapa tahu gara-gara tuh baju gue bisa deket sama Frans."

Mendengar itu Meda mengurut kening, heran karena Rachel masih saja memikirkan mendapat pacar disituasi sekarang.

"Udah bisik-bisiknya?" tanya Frans setelah melihat dua gadis itu kembali menunduk. Dia memajukan tubuh lalu kedua tangannya terlipat di atas meja. Tatapannya tertuju ke gadis ber-makeup menor yang membuat rencananya kacau itu. "Saya punya lima pembantu. Jadi, saya tak setuju dengan tawaranmu itu."

Bahu Rachel sontak merosot. Dia lalu mencari cara agar terlepas dari masalah sekaligus bisa mendekati Frans. "Bagaimana kalau saya menjadi pembantu Bapak?"

Meda menyikut perut Rachel lebih kencang. Dia tidak tahu apa yang ada dipikiran sahabatnya sampai bisa mengajukan diri menjadi pembantu.

"Tapi saya tidak tertarik," jawab Frans dengan senyum miring. "Saya minta Anda ganti rugi. Semuanya kacau gara-gara Anda."

Pupus sudah harapan Rachel, dia harus menerima kenyataan bahwa lelaki di depannya tidak mudah didekati. Rachel mengangkat wajah menatap Frans. "Saya harus ganti berapa?"

"Tujuh juta," jawab Frans cepat.

"Tujuh juta? Bapak jangan nipu saya, ya! Di pasar kemeja seperti cuma seratus ribu, itupun masih bisa ditawar."

Frans mengernyit. "Kamu menyamakan kemeja saya dengan kemeja di pasar? Saya beli di luar negeri!"

Rachel dan Meda berpandangan, merasa jika kemeja itu sama saja dengan kemeja di pasaran. Rachel lalu menatap Frans dengan tatapan tajam, tidak ada lagi tatapan kagum seperti sebelumnya. Dia paling tidak suka dengan pria penuh peritungan. "Saya bayar dua ratus ribu. Langsung saya bayar lunas," ucapnya sambil mengeluarkan dompet.

"Maaf terlambat."

Suara itu membuat tubuh Rachel tiba-tiba menegang. Dia berharap salah dengar, tidak mungkin suara milik Owel terdengar di telinganya. Penasaran, Rachel mengangkat wajah, matanya seketika membulat melihat Owel berdiri dengan laptop di tangan. "Owel."

"Rachel."

Mereka memanggil bersamaan.

Rachel lebih dulu mengalihkan pandang. Seketika dia ingat momen putus kemarin. Sekarang, dia bertemu lagi dengan mantannya itu di saat kondisi kacau. Entah ini kesialan atau apa.

"Kalian saling kenal?" tanya Frans sambil menatap Owel dan Rachel bergantian.

Owel memilih duduk di samping Frans lalu menjelaskan. "Dia mantan saya."

The ConquerorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang