10

358 37 0
                                    

Usai mengantarkan Rachel, Brizan memilih ke kelab. Dia ingin bersenang-senang sebelum sibuk dengan kerja sama dengan kakaknya. Ditambah ada salah satu temannya yang mengajak party. Brizan tidak mungkin menolak. Baginya itu salah satu cara paling mudah dan cepat untuk melepas penat.

Sampai di kelab suasana inggar-binggar langsung menyambutnya. Lelaki berkemeja biru muda itu masuk dan menuju meja bar. Sambil menunggu bartender menghampiri, dia mengedarkan pandangan ke arah lain. Brizan geleng-geleng, menyadari waktu masih menunjukkan pukul dua belas malam, tapi kelab telah ramai dengan pengunjung. Tatapannya tertuju ke dance floor melihat beberapa orang yang terlihat enjoy dengan kegiatan mereka.

"Lama kali kau tak ke sini!"

Suara kencang dan berat itu membuat Brizan menoleh. Dia mengangkat tangan yang langsung dibalas tonjokan oleh Sogar. "Gue lagi sibuk."

"Sama gebetan kau?"

Gebetan? Brizan membatin. Dia menggeleng. "Kerjaan."

Sogar mulai meracik minuman kesukaan Brizan. Pria bertindik di hidung itu menggeleng tak percaya. "Ngomong apalah kau? Kerjaan kau, kan, cari wanita."

Kalimat Sogar tidak membuat Brizan marah. Brizan memang menyadari kerjaannya dulu tak jauh dari berkencan. "Kali ini emang kerjaan. Ada proyek sama kakak gue."

"Abang kau tuh yang mana? Cuma Birzy yang kutahu."

Brizan menegak minuman di gelas putih itu dalam satu kali tegukan. Dia diam sejenak merasakan sensasi panas dan menggelitik di tenggorokan. Barulah dia mendongak menatap Sogar. "Kakak gue itu tipe baik-baik. Nggak kenal sama kelab. Kenalnya rumah sama kantor doang."

"Nggak asyik!"

"Ya emang!"

Setelah itu tidak ada percakapan. Sogar sibuk dengan pelanggan lain, sedangkan Brizan mengedarkan pandang. Dia melihat beberapa wanita melambaikan tangan ke arahnya. Jika biasanya memilih mendekat, kali ini dia memilih menggeleng. Brizan sedang tidak mood berkencan.

"Huek!"

"Iuh!"

Suara orang muntah dan ejekan tidak suka itu terdengar kencang. Brizan menoleh ke sumber suara. Dia melihat wanita berpakaian biru memegangi wanita dengan kepala terkuai lemas. Dia terus memperhatikan dan merasa tidak asing dengan gadis yang menunduk itu. Seketika dia berdiri dan berjalan mendekat. "Temen lo kenapa?"

"Kebanyakan minum."

Birzy menarik gadis yang masih menunduk itu dan memperhatikan dengan saksama. "Bukannya lo temennya Rachel, ya?"

"Gue pengen muntah!" Gadis yang menunduk itu menutup mulut dengan satu tangan.

"Ayo cepet keluar!" ajak Brizan sambil melingkarkan lengan wanita lemas itu ke pundak.

Sampai di mobil, Brizan bisa melihat jelas gadis yang sejak tadi menunduk itu. "Beneran, deh. Lo temen kantornya Rachel, kan?"

Tira—gadis berbaju biru itu—mendongak menatap Brizan. "Iya kok lo tahu?"

"Gue pernah ketemu sama nih cewek," jawab Brizan sambil menggerakkan dagu ke gadis dengan setelan kantor warna pink. "Rumah dia di mana?"

"Satu apartemen sama Rachel," jawab Tira. "Makasih udah nolongin."

"Hmm...." Brizan kembali menghadap kemudi dan mulai memanufer mobil ke apartemen Rachel. Dalam hati dia bertanya-tanya, apa mungkin Rachel dan temannya sering ke kelab? Namun, melihat temannya yang terkuai lemas itu sepertinya Rachel jarang menginjakkan kaki di kelab.

Pemikiran itu entah kenapa mengusik Brizan. Dia tidak bisa membayangkan gadis seperti Rachel berada di tempat seperti itu. Meski baru mengenal, dia yakin Rachel termasuk gadis ceroboh dan gampang sekali dibujuk.

The ConquerorWhere stories live. Discover now