37

205 25 2
                                    

"Teman yang saling mencintai."

Prang!

Suara itu mengejutkan keduanya. Mereka keluar dari persembunyiannya dan melihat seseorang berdiri di dekat tong sampah. Seketika raut mereka berubah pucat.

"Lo ngapain, Bir?" tanya Brizan membuka suara.

Birzy mendekat sambil memperhatikan dua orang yang masih terkejut itu. Tatapannya lalu tertuju ke Rachel yang menunduk. "Kalian ikut gue sekarang!" perintahnya lalu berbalik.

Rachel dan Brizan berpandangan. Mereka saling senggol agar melangkah lebih dulu. Rachel lalu memilih mengikuti Birzy, disusul oleh Brizan.

"Kok lo nyuruh-nyuruh, sih? Gue kakak lo!" kata Brizan heran.

Langkah Birzy terhenti. Dia berbalik dan menatap kakaknya dengan tajam. "Ada yang perlu gue obrolin. Penting!" katanya lalu melanjutkan langkah. Birzy menuju mobil dan masuk begitu saja.

Rachel yang tidak rencana Birzy hanya mengikuti dan masuk ke pintu penumpang. Brizan pun begitu, dia masuk ke kursi penumpang belakang.

"Jadi, kalian main belakang?" Birzy mulai mengeluarkan suara.

Brizan menyandarkan tubuh, tampak santai tanpa rasa takut sedikitpun. "Iyalah. Kan, tadi gue sama Rachel di belakang mobil. Kalau di depan, ya, main depan."

"Serius dong!" Sentak dua orang lainnya.

Rachel menghela napas panjang. Dia menatap ke mobil yang berjajar di seberang depan. Dia bersyukur karena yang mendengarkan perbincangannya bukan Billy atau Meda. "Bukan seperti yang lo pikir, Kak."

Tatapan Birzy tertuju ke gadis di samping kakaknya. Alis tebalnya hampir bertaut. "Terus? Apa pembelaan kalian?"

"Ck! Lo anggep gue sama Rachel bersalah?" tanya Brizan tak suka.

Birzy menatap kakaknya dengan wajah serius. "Terus, gue harus anggep apa? Tindakan kalian hal yang terpuji?"

Rachel menggeleng, lalu memutar tubuh mengadap Brizan. Mata bundarnya bergerak, meminta bantuan agar Brizan yang menjelaskan.

Brizan yang mengerti kode itu langsung memajukan tubuh. "Jadi, gue sama Rachel emang saling cinta."

Mendengar penjelasan itu Birzy menghela napas. Tebakannya benar jika yang terjebak dalam cinta pasti Rachel dan Brizan. "Terus?" tanyanya meminta Brizan melanjutkan penjelasan. "Apa yang bakal kalian lakuin?"

Brizan mengusap wajah, berat menceritakan permasalahan hatinya. "Kak Billy suka Rachel. Meda suka gue!"

Selanjutnya tidak ada yang bersuara, Rachel dan Brizan sama-sama merasakan sakit. Sedangkan Birzy tidak bisa berkata-kata. Dia lalu menatap Rachel, memperhatikan adik dari sahabatnya itu saksama. "Jadi, primadonanya sekarang Rachel?"

Rachel mengangguk lalu menggeleng. "Kebetulan yang paling nggak gue pengen."

Birzy menyandarkan kepala. Dia bingung harus memihak siapa, Brizan dan Billy sama-sama kakaknya. Namun, Birzy yakin di antara keduanya pasti akan ada yang mengalah. "Karena itu kalian main belakang?" tanyanya setelah mampu bersuara.

Brizan menggeleng. "Gue tadi bercanda, jangan lo angep serius."

"Jelasin, Bri!" pinta Rachel dengan wajah sendu.

Kembali, Brizan memajukan tubuh. Kedua tangannya melingkar ke sisi kursi di depannya. Matanya sesekali bergerak ke Rachel dan Birzy bergantian. "Gue tahu Kak Billy bener-bener tertarik sama cewek ya cuma sama Rachel," ucapnya pelan. "Gue nggak setega itu rebut Rachel, meski gue sama Rachel saling mencintai."

The ConquerorWhere stories live. Discover now