Chapter 20 : Revival

1.7K 286 15
                                    

CHAPTER INI DAN CHAPTER SEBELUMNYA BERISI BAGIAN DARI HARRY POTTER AND THE GOBLET OF FIRE KARYA JK ROWLING














Tetapi Cedric tidak bergerak. Dia hanya berdiri saja, memandang Harry. Kemudian dia berbalik untuk memandang piala. Harry melihat ekspresi kerinduan di wajahnya yang tertimpa cahaya keemasannya.

Cedric menoleh memandang Harry lagi, yang sekarang berpegangan pada pagar untuk menyangga tubuhnya Cedric menarik napas dalam-dalam.

"Kau saja yang ambil. Kau layak menang. Dua kali kau menyelamatkan hidupku di sini."

"Bukan begitu aturan mainnya," kata Harry. Dia merasa marah. Kakinya sakit sekali. Seluruh tubuhnya sakit akibat usahanya melemparkan si labah-labah, dan setelah semua susah payah ini, Cedric telah mengalahkannya, "Yang lebih dulu tiba di piala-lah yang mendapatkan angka. Dan itu kau. Kuberitahu kau, aku tak akan memenangkan lomba lari dengan kaki ini."

Cedric mendekat beberapa langkah ke labah-labah yang pingsan, menjauhi piala, menggeleng. "Tidak," katanya.

"Berhentilah bersikap mulia," kata Harry jengkel. "Ambil saja, kemudian kita bisa keluar dari sini."

Cedric mengawasi Harry yang memantapkan diri, berpegang erat-erat ke pagar.

"Kau memberitahu aku soal naga," kata Cedric. "Aku pasti sudah gagal dalam tugas pertama kalau kau tidak memberitahuku apa yang harus kita hadapi."

"Aku juga diberitahu soal itu," tukas Harry, berusaha menyeka kakinya yang berdarah dengan jubahnya.

"Kau membantuku dengan telur... kita impas."

"Aku dibantu soal telur itu," kata Cedric.

"Kita masih tetap impas," kata Harry, mengetes kakinya dengan hati-hati sekali.

Kakinya gemetar hebat ketika dipakai menapak. Pergelangan kakinya terkilir ketika labah-labah itu menjatuhkannya.

"Kau seharusnya mendapat angka lebih banyak dalam tugas kedua," Cedric berkeras. "Kau bertahan di bawah untuk menyelamatkan semua sandera. Mestinya kulakukan itu."

"Aku sendiri yang tolol, menganggap serius nyanyian itu" kata Harry getir. "Sudah, ambil saja piala itu!"

"Tidak," kata Cedric.

Dia melangkahi kaki-kaki labah-labah yang semrawut untuk bergabung dengan Harry, yang keheranan menatapnya. Cedric serius. Dia menjauh dari kemuliaan yang tak pernah dimiliki Asrama Hufflepuff selama berabad-abad.

"Ayo," kata Cedric. Tampaknya dia mengerahkan seluruh ketetapan hatinya, tetapi wajahnya mantap, lengannya terlipat, dia tampaknya sudah bertekad bulat.

Harry memandang Cedric dan piala bergantian. Sejenak dia melihat dirinya keluar dari maze, memegang piala. Dia melihat dirinya mengangkat Piala Triwizard, mendengar teriakan penonton, dan kemudian bayangan ini memudar, dan dia kembali mendapati dirinya memandang wajah Cedric yang keras kepala dalam keremangan.

"Berdua kalau begitu," kata Harry.

"Apa?"

"Kita akan mengambilnya pada saat bersamaan. Toh masih kemenangan Hogwarts. Kita menang seri."

Cedric menatap Harry. Dia membuka lipatan lengannya.

"Kau... kau yakin?"

"Yeah," kata Harry. "Yeah... kita telah saling bantukan? Kita berdua sampai di sini. Ayo kita ambil sama-sama."

Sejenak Cedric tampaknya tak bisa mempercayai telinganya, kemudian dia nyengir lebar. "Baiklah," katanya. "Sini."

Dia memegang lengan Harry di bawah bahunya dan membantu Harry yang berjalan tertimpangtimpang menuju podium tempat piala berdiri. Setibanya di sana, keduanya mengulurkan tangan ke masing-masing pegangan piala yang berkilauan.

Verlyndie [Draco Malfoy FanFiction] ✅Where stories live. Discover now