Chapter 34 : Amortentia

2K 265 5
                                    




















"Pangeran Kegelapan telah melarangku membicarakan ini," Narcissa melanjutkan, matanya masih terpejam. "Dia tak mau orang lain tahu tentang rencana ini. Ini... sangat rahasia. Tapi—"

"Kalau dia melarang, kau tak boleh membicarakannya," kata Snape segera. "Kata-kata Pangeran Kegelapan adalah hukum."

Narcissa kaget seakan Snape telah menyiramnya dengan air dingin. Bellatrix tampak puas untuk pertama kalinya sejak dia memasuki rumah itu.

"Nah!" katanya penuh kemenangan kepada adiknya. "Bahkan Snape melarangmu bicara, jadi jangan bicara!"

Namun Snape telah bangkit dan berjalan ke jendela kecil, mengintip melalui gorden ke arah jalan yang sepi, kemudian menutup kembali gorden dengan sentakan. Dia berbalik menghadapi Narcissa, mengernyit.

"Kebetulan aku tahu rencana ini," katanya pelan. "Aku salah satu dari sedikit orang yang diberitahu Pangeran Kegelapan. Meskipun demikian, seandainya aku tak mengetahui rahasia ini, Narcissa, kau akan bersalah melakukan pengkhianatan besar terhadap Pangeran Kegelapan."

"Kupikir kau pasti tahu tentang ini!" kata Narcissa, bernapas lebih lega. "Dia amat memercayaimu, Severus..."

"Kau tahu rencana itu?" kata Bellatrix, ekspresi kepuasan yang cuma sekilas kini digantikan kemurkaan.

"Kau tahu?"

"Tentu," kata Snape. "Tetapi, bantuan seperti apa yang kaukehendaki, Narcissa? Kalau kau membayangkan aku bisa membujuk Pangeran Kegelapan untuk mengubah pikirannya, aku khawatir tak ada harapan, sama sekali tak ada harapan."

"Severus," bisiknya, air mata mengalir di pipinya yang pucat. "Anakku... anak tunggalku..."

"Draco mestinya bangga," kata Bellatrix tak peduli. "Pangeran Kegelapan memberinya kehormatan besar. Dan aku akan mengatakan ini untuk Draco: dia tidak menyingkir dari tugasnya, dia tampaknya senang punya kesempatan untuk membuktikan diri, bersemangat mau melakukannya—"

Narcissa mulai menangis tersedu, tak hentinya menatap Snape dengan pandangan memohon.

"Itu karena dia baru enam belas tahun dan sama sekali tak tahu apa yang akan dihadapinya! Kenapa, Severus? Kenapa anakku? Ini terlalu berbahaya! Ini pembalasan bagi kesalahannya dan Lucius. Aku tahu!"

Snape diam saja. Dia memalingkan pandangan dari air mata Narcissa, seakan itu tak pantas, namun dia tak bisa berpura-pura tidak mendengarnya.

"Itulah sebabnya dia memilih Draco, kan?"

Narcissa mendesak. "Untuk menghukumnya?"

"Jika Draco berhasil," kata Snape, masih tidak memandangnya, "dia akan menerima kehormatan lebih daripada yang lain."

"Tetapi dia tak akan berhasil!" isak Narcissa.

"Dia tak bermaksud Draco sukses, dia ingin Draco terbunuh dalam usahanya!"

Ketika Snape diam saja, Narcissa tampak kehilangan pertahanan dirinya yang hanya tersisa sedikit. Bangkit berdiri, dia terhuyung mendekati Snape dan menjambret bagian depan jubahnya.

Wajahnya dekat ke wajah Snape, air matanya menetes ke dada Snape, dia tersedu, "Kau bisa melakukannya. Kau bisa melakukannya, alih-alih Draco, Severus. Kau akan berhasil, pasti kau berhasil, dan dia akan memberimu penghargaan melebihi yang pernah kami semua terima—"

Snape memegang pergelangan tangan Narcissa dan menyingkirkan tangannya yang mencengkeram jubahnya. Menunduk memandang wajah Narcissa yang basah oleh air mata, dia berkata perlahan, "Dia bermaksud pada akhirnya aku yang melakukannya, kurasa. Tetapi dia berkeras Draco mencobanya lebih dulu. Soalnya, walaupun kelihatannya tak mungkin, seandainya Draco berhasil, aku akan bisa tinggal di Hogwarts sedikit lebih lama, menjalankan fungsiku yang berguna sebagai mata-mata."

Verlyndie [Draco Malfoy FanFiction] ✅Where stories live. Discover now