Bab 1

8.1K 566 7
                                    


" Like a fool, with all I have
I loved you.
So what is this?
Lies, they're all lies."

 Pentagon - Daisy.

************************


Peringatan : mengandung konten kekerasan, mohon bijak dalam menyikapi.  Bagi yang tidak nyaman dapat melewati bagian dengan tanda ******$$$$$$$$$$$**********


************************

"Jadi seperti inikah permainannya?"

Mata hijau kebiruan milik seorang gadis menatap tenang pada pasangan yang tengah mendekap satu sama lain dihadapannya. Meski jemari yang saling menggenggam erat bertolak belakang dengan ekspresinya, tetapi tak ada yang menyadari hal itu.

Mendengar suara lembut dan tenang yang familiar, kedua sejoli tadi segera memperbaiki postur mereka. Tetapi tetap, sang pria masih menggenggam tangan wanitanya.

"Aku tak menyangka kau akan ada disini pada jam ini."

Bukannya menjawab, pria itu justru mengalihkan pembicaraan. Tetapi memang benar, berada di luar ruangan pada jam sebelum makan siang bukanlah kebiasaannya. Ia seharusnya tengah tenggelam bersama tumpukan buku atau mendengarkan celoteh panjang dari tutor pribadinya saat ini.

Gadis tadi menelisik sejenak tampilan sepasang manusia dihadapannya, lebih lama dan berhati-hati ketika ia mengamati wanita yang berada di genggaman tangan pria yang tidaklain merupakan tunangannya.

Ia tidak bisa mengalihkan ingatan dari kejadian tadi. Ketika keduanya saling mendekap dengan wajah mereka yang sangat dekat kemungkinan pula bibir mereka bertemu.

"Matahari belumlah sampai pada puncaknya dan Yang mulia sudah berada disini, mohon lebih berhati-hati karena matahari tengah bersinar terik."

'Sinar matahari tidak bisa menyembunyikan perilaku hinamu.' Kalimat itu tertelan sebelum terucap tetapi sepertinya pria itu mengerti maksud perkataan gadis ini.

"Tuan Putri, tolong jangan salah paham. Yang Mulia hanya bersikap baik dan membantu saya." Kali ini wanita itu yang berbicara.

Gadis yang dipanggil Putri tidak menghiraukan pernyataan wanita itu. Ia justru balik menatap pada sang pangeran dengan tatapan yang lebih dalam dari sebelumnya.

"Karena matahari tengah bersinar dengan terik, aku rasa aku akan undur diri terlebih dahulu."

Tanpa menunggu jawaban, gadis itu pergi meninggalkan taman dengan langkah yang tenang. Seolah tidak terjadi apa-apa. Sementara itu tiga gadis dayang yang sedari tadi terdiam berdiri dibelakang tergesa mengikuti sang Putri dengan wajah pucat.

*********

Kkkrtkk

Suara desisan api yang tengah membara terdengar memenuhi ruangan. Malam di musim panas tidaklah dingin, tetapi tungku perapian belum juga beristirahat dari tugasnya.

Satu persatu lembaran kertas dihempaskan begitu saja ke dalam kobaran api, perlahan menjadi abu. Mata yang biasanya tenang kali ini berkobar seperti terhipnotis api di depannya. Sorot mata tak biasa, penuh kebencian terlihat dengan jelas. Meski tangannya bergetar akan amarah dan perasaan terhina yang membutakan, tangan itu tetap telaten merobek satu persatu dokumen yang sebelumnya ia simpan dengan apik.

Empat orang dayang hanya bisa berdiri diam kebingungan akan sikap sang putri yang tak biasa. Jelas mereka ketakutan, keempatnya saling melirik satu sama lain, dan akhirnya tertuju pada satu orang. Dayang yang paling senior diantara mereka. Dengan ekspresi tegang, akhirnya dayang itu membuka mulutnya.

Kingdom Stories : The Abandoned Crownحيث تعيش القصص. اكتشف الآن