Bab 17

3.1K 362 12
                                    


"Where they're from?
how they form over and over?
Even I don't know.
The only thing I know is that,
I just really hurt.
My formerly burning heart is slowly becoming cold,
I don't know what to say or how to hold on to you,
How can I, how can I do it?"

Super Junior – Coagulation

****************************

"Permintaan sebelumnyapun ditolak Putra mahkota. Tidakkah sebaiknya Putra mahkota memikirkan kembali?"

Kabar itu datang tepat menjelang waktu sarapan. Ketika para pekerja sibuk menata makanan di meja, seperti biasa Vienno akan memanggil pengantar pesan. Lima hari semenjak kediaman putri mahkota kosong, Vienno tak pernah melewatkan seharipun tanpa mengirimkan entah itu surat atau hadiah melalui salah satu perwakilan untuk meminta pertemuan dengan Putri dari keluarga Olive itu. Awalnya ia yang malakukan atas kesadaran sendiri, akhirnya mulai jengah dan muak akibat banyaknya tekanan dari berbagai pihak.

"Pergilah." Vienno mengusir pembawa pesan dengan isyarat tangan.

Decakan pelan terdengar kemudian. Pada akhirnya ia termenung, kepalanya disandarkan pada sandaran kursi dengan tangan yang beristirat terlipat di atas tubuhnya. Ia sebenarnya tidak mengerti lagi akan dirinya akhir-akhir ini. Pikiran yang kacau, hati yang gelisah hingga ia tidak dapat fokus dalam melakukan apapun. Bahkan istirahat malamnyapun terganggu. Semua itu diakibatkan hanya kerena seorang gadis. Tentunya ditambah sakit kepala akibat tekanan dari berbagai arah yang mendengung layaknya lebah di taman bunga, tak mau meninggalkannya sendiri.

Rasa kebencian itu perlahan menggodanya, berbisik diantara kesadaran yang semakin tipis. Ia tahu ia melakukan kesalahan, tetapi sebagian dari dirinya tidak dapat menerima semua tekanan ini. Bagian yang berkata ia tidak pantas diperlakukan seperti ini.

'Mereka tidak mengerti!' Berulang kali rongga hatinya berteriak.

Perasaan tertekan ditambah pikiran yang kalut membuatnya kembali memanggil kenangan lampau. Sumber utama mimpi buruk juga sumber utama kebenciannya.

"Lihatlah pangeran ini, dia hanya punya wajah, mana kemampuannya?"

"Tidak heran jika nanti Putri Serenalah yang justru memimpin kerajaan."

"Apa yang dilakukan putra mahkota?mengapa dia masih saja gagal? Padahal jika Putri Serena pasti dalam sekejap mata ia akan berhasil."

"Tentu saja pangeran dapat berleha, dia punya putri yang bisa diandalkan. Mau taruhan? ketika nanti dia naik tahta aku yakin dia jadi boneka."

"Putra mahkota itu tidak kompeten ya? Syukurlah kita mempunyai putri Serena."

Banyak kalimat yang seolah waktu berputar kembali, terulang di benaknya. Menggema memenuhi pendengaran hingga terasa membutakan.

"Pangeran pasti melakukan yang terbaik bukan?"

Kali ini suara putri Serena yang melintas. Matanya menggelap seketika, udara dingin seolah berhembus entah dari mana membangkitkan rambut halus di tubuhnya. Ingatan Vienno akan wajah mereka kabur, tetapi perasaan terhina tetap melekat di hati, merasuk dan perlahan mengendap. Dalam kenangan itu, tidak ada yang berdiri di sampingnya. Tidak orang-orang tanpa wajah itu, maupun Serena.

Perasaan terhina dan tidak mampu.Perkataan dan bisik-bisik yang mencela, Ia muak akan semua itu. Mereka seolah berkata bahwa ia tak pantas, seolah menyatakan yang bernilai hanyalah sang Putri. Lebih jauh mereka berbisik bahwa bahkan pengemis di jalananpun dapat menjadi Raja hebat asalkan putri Serena yang menjadi ratunya.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownDonde viven las historias. Descúbrelo ahora