Bab 26.

2K 219 11
                                    


"It was a night.
Where even the streetlights fall asleep,
Without a single place to lean on.
At the end of a day,
Where even the shadows fade,
I met you.
"

Gfriend – Fallin Asleep Again.

*******************

"...ada... Baron ... kehidupan.."

"rena.. Serena? .. Eren?"

Serena terlonjak kaget ketika sadar sebuah suara memanggilnya. Segera ia memfokuskan pandangan dan mencoba memperbaiki postur tubuh yang entah sejak kapan bersandar santai pada bantalan sofa.

"Ya?"

Senormal mungkin Serena mencoba menata kembali suara yang sempat hilang. Tetapi lawan bicaranya sudah terlanjur menangkap basah gelagatnya.

"Kau tidak menyimakku, apa kau lelah?"

Serena otomatis menggeleng menyangkal pertanyaan itu. Ia bukannya tidak lelah, hanya saja pikiran saat ini lebih terfokus pada hal lain dibanding kelelahan yang menggelayut di tubuhnya.

"Kota tadi adalah pemberhentian terakhir, sebentar lagi kita akan sampai."

Serena mengangguk singkat. Seharian penuh ia sudah menghabiskan waktu di kereta kuda. Tentu dengan mengabaikan lima jam mereka singgah di penginapan dan beberapa pemberhentian untuk istirahat sejenak di sela-sela perjalanan.

Perjalanan menuju Barius memakan waktu dua hari satu malam. Serena beserta Elliot telah meninggalkan kediaman utama di pagi buta kemarin dan jika perkiraan tepat, mereka akan tiba di Barius paling cepat menjelang matahari terbenam.

Andai mereka ingin lebih cepat, menunggangi kuda adalah pilihannya. Tetapi tentu saja Elliot bersikeras menentang usulan itu. lagipula Serena sendiri tidak begitu nyaman menunggangi kuda. Ia bisa, tetapi tidak menyukainya.

"Tadi apa yang ingin disampaikan?"

Serena mencoba menarik kembali topik pembicaraan yang sempat terlupa. Elliot dihadapannya berdeham pelan.

"Hunian barumu nanti akan terletak di tempat paling utara dari desa Barius. Sedikit jauh, tetapi tidak banyak tetangga sehingga kau bisa hidup dengan tenang. Kepala desa disana adalah seorang Baron, Baron Daughlas."

Serena mendengarkan penjelasan Elliot dengan tenang mencoba mengusir pemikiran yang sempat mengganggunya tadi.

"Hanya keluarga Baron yang diberitahu bahwa kau adalah Olive. Aku tidak melarangmu untuk mengungkapkan identitas, jadi lakukan sesuai keinginanmu disana."

Baik Serena maupun Elliot sama-sama mengerti bahwa ada konsekuensi dari nama keluarga mereka. Elliot sendiri tidak sembarangan mengumbar berita kepindahan Serena. Pekerja di kediaman utamapun umumnya tidak mengetahui hal ini. Ia setidaknya menginformasikan kepada Baron Daughlas untuk menjamin ada yang dapat dipercaya juga dihubungi jikalau terjadi sesuatu.

"Aku mengerti."

Setelahnya keheningan kembali menggantikan. Hanya suara derit roda juga ringkihan kuda yang terdengar. Entah bagaimana atmosfer ini tak pernah berganti. Begitu kehabisan topik yang dapat dibicarakan Elliot akan kembali bungkam. Sementara Serena sendiri tidak ingin membebani diri mencoba berbicara dengan sang kakak, hanya diam sambil melihat pemandangan di luar jendela. Dan itu masalahnya, tiap kali ia mulai terlarut pada pemandangan, tiap kali pula pemikiran-pemikiran itu mendatanginya.

Tidak dipungkiri bahwa tidak ada orang lain yang menginginkan kepindahan ini melebihi dirinya. Tetapi tidak dipungkiri pula tidak ada orang lain yang lebih ketakutan juga khawatir melebihi dirinya. Seperti burung yang baru pertama kali lepas dari sangkar setelah semenjak menetas tinggal di dalamnya, ia tidak tahu cara terbang di langit bebas. Tidak tahu pula cara bertahan diri. Sensasi yang masih melekat erat di hati berbisik bahwa bukan begini seharusnya.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now