Bab 42

3.9K 172 25
                                    

"Don't say you don't know me.
Don't look at me,
Don't miss me.

***

For the first time,
I look at the unfamiliar sky.
I shake my head all day long.
I want to be with you for a moment,
In my memory."

Viviz – Red Sun!

***************

Dalam hirai bingar keramaian, lampu-lampu berkilau terang. Orang - orang dengan pakaian indah berkumpul di ruangan. Suara ramai dan sesekali gelak tawa terdengar sayup-sayup dari beberapa arah. Alunan musik orkestra mengalun menghidupkan suasana. Tetapi diantara keramaian itu, mengapa hanya dirinya yang berdiri sendiri?

Menatap mereka yang sibuk dengan kelompok masing-masing. Ruang yang benderang beserta corak warna-warni dari pakaian pesta, tetapi mengapa hanya sekitarnya yang redup?

Baru saja ketika pikiran itu melintas dalam benaknya, semua orang tiba-tiba berpaling menghadap padanya. Orang-orang yang berwajah samar.

Suara – suara lambat laun menjadi semakin keras. Tawa dan obrolan yang tadi terdengar hanya untuk meramaikan suasana, kini entah bagaimana terasa tertuju padanya. Perhatian yang semula tidak dimilikinya, kini justru hanya berpusat padanya.

Dan seketika itu, segalanya terasa pengap.

********

Serena terbangun tiba-tiba begitu suara ketukan terdengar dari pintu. Pupil mata yang dalam sekejap menciut begitu terkena sinar yang masuk dari jendela, sedikit bergetar. Butuh beberapa hitungan hingga Serena menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Wajahnya merona akibat rasa panas yang menjalar, kelopak matanya sedikit berair dan nafas kasar yang dihembuskan.

Tetapi tidak memberikan waktu untuk mempersiapkan diri, dalam sekejap kepala pelayan membuka pintu, tidak lupa bersama dengan enam orang gadis pelayan mengekor di belakangnya.

"Ah Putri sudah bangun? Saya datang sesuai permintaan, karena ini telah hampir memasuki waktu makan malam." Kepala pelayan itu menjelaskan sedikit terkejut karena mendapat tatapan tajam dari Serena.

Mendengar penjelasan, melunakan sorotnya, tatapan sang putri beralih melirik ke arah jendela. Mungkin karena salju tidak turun hari ini. Langit yang semula masih berwarna biru cerah ketika ia mulai berbaring kini telah menggelap dengan perpaduan warna antara oranye dan biru tua tak lupa akan tanda-tanda gumpalan awan yang perlahan memenuhi ruang di atas sana.

"Benar. Ayo bersiap."

Menelan segala yang tak sempat terekspresikan, dalam sunyi Serena bangkit dari ranjangnya.

Dengan sigap, para pelayan turut bergerak melakukan tugas masing-masing.

**********

Makan malam kali ini bersifat semi formal, dimana tamu dari kerajaan lain ikut menghadiri. Sehingga, mau tidak mau Serena harus menampilkan wibawanya sebagai seseorang yang membawa nama Olive. Ia mengenakan gaun yang mewah. Rambut panjangnya ditata rapi menggelung membentuk sanggul dengan hiasan kepala dari permata. Ketika menatap cermin, tanpa sadar ia membandingkan tampilan dirinya sendiri dengan bayangan dirinya di Barius.

'Gadis yang sama. Tetapi terasa berbeda.'

Sorot Serena sedikit menajam akan pemikirannya. Ia berusaha kembali menata pikiran dan ekspresi wajahnya. Sehingga, gadis yang biasa ia lihat ketika di istana dahulu muncul dari pantulan cermin. Ekspresinya tenang, Sorot mata yang meski ramah terlihat tajam.

Ia memastikan dirinya lagi dari cermin. Mulai dari pakaian, hingga postur tubuhnya. Ketika ia merasa puas, barulah kepala pelayan diminta untuk menunjukan jalan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 27, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now