Bab 23

2.3K 226 3
                                    

Sedikit peringatan, bab ini memuat sedikit konten kekerasan. Harap disikapi dengan bijak. Bagi yang tidak nyaman dapat melewati bagian setelah tanda (***^^^^^^^***).

**********************

"Don't let my hand go,
Don't cut this thread,
In this pitch darkness,
I'll come to find you again someday."

ONEUS – Red Thread

**********************

"Apa Putri mengalami gejala sesak nafas lagi pagi ini?" Dokter Riesl bertanya setelah melakukan pemeriksaan singkat.

Lima hari penuh berlalu semenjak ia sadarkan diri. Dokter Riesl telah menjelaskan situasinya secara singkat begitu Serena sadar hingga kurang lebih ia mengerti kondisinya.

Untuk menjawab pertanyaan, Serena menggeleng pelan.

"Jam berapa semalam putri tidur?"

"Aku tidur sekitar pukul sebelas, dan bangun pagi ini sebelum matahari terbit."

"Apa putri masih mengalami pusing?"

Kembali dokter Riesl mengajukan beberapa pertanyaan. Selama itu tangan sang dokter tak hentinya mencatat. Dokter Deborah Riesl adalah satu dari sedikitnya dokter perempuan yang dimiliki Valency. Diusia yang baru memasuki 30-an ia telah mendapat berbagai pengakuan dan sertifikasi. Begitupula terlibat berbagai konferensi dan kegiatan terjun ke lapangan. Setelah merasa cukup melakukan perjalanan, ia akhirnya memilih kembali ke tanah kelahiran. Dan saat ini ia mengabdikan diri dibawah keluarga Olive.

"Apa Putri masih mengalami mimpi buruk?"

Begitu pertanyaan sensitif itu diajukan, butuh waktu bagi Serena menjawabnya. Di hari keempat, tepatnya setelah ia kembali mengalami serangan sesak barulah Serena dapat menceritakan sedikit kondisinya. Ia hanya menjelaskan bahwa sebelum terbangun ia mengalami mimpi buruk, dan belakangan ini mimpi tersebut lebih sering muncul. Tetapi ia masih bungkam akan apa yang dilihatnya dalam mimpi.

"Baiklah, aku selesai dengan pemeriksaan pagi ini. Putri tolong tetap minum obatmu dan sebisa mungkin lakukan hal yang telah aku sarankan." Dokter Riesl mengemas barangnya.

Sebelum pergi ia menoleh sekali lagi pada Serena.

"Jika ada hal yang tak dapat putri katakan tetapi terlalu berat membebani pikiran, sebaiknya putri melepaskannya saja."

Seolah baru saja tertangkap basah, wajah Serena seketika memanas. Ia sedikit terkejut dokter tersebut seolah dapat menerka pikirannya.

Ketika pintu ditutup, Serena melenguh pelan. Kedua telapak tangan merayap untuk menutupi wajahnya. Ia sejujurnya sangat malu, merasa rendah diri. Kemarin nyawanya kembali berada diujung tanduk. Ketika berjalan sore tiba-tiba saja semuanya datang, omongan dan bisik-bisik hingga aroma yang terasa mencekik sekujur tubuhnya. Perlu disyukuri mungkin karena tak lama setelah ia kehilangan tenaga hingga kakinya jatuh berlutut, beberapa para pelayan kebetulan lewat setelah menyelesaikan tugas.

"Ha.. Dimanakah putri yang sempurna itu?"

Setiap kali sanjungan akan dirinya terngiang, Serena merasa mengasihani dirinya sendiri. Mengapa hanya sisi yang memalukan yang tersisa? Ia bukan seorang putri sempurna, ia lemah, ia adalah produk yang cacat. Kegagalan yang meski seberapa keraspun usahanya ia tidak dapat menyempurnakan dirinya.

***************

"Dan seperti itu kondisi Putri pagi ini." kali ini dokter Riesl berada di ruang kerja Duke Olive.

Selama lima hari ini ia menjadi punya kebiasaan baru. Pagi hari setelah bersiap dan sarapan, ia akan mengunjungi Duchess untuk pemeriksaan harian. Tidak begitu sulit karena baik sang Duchess maupun kandungannya dalam kondisi baik. Seperti hari ini, ia hanya perlu bertanya pertanyaan singkat seputar kondisi fisik dan psikis sang Duchess diikuti tes singkat.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now