Bab 37

1.4K 134 24
                                    

"Go to the place where the wind blows,
I'm going to that place.
..
Even if I get stopped by the rolling waves,
I'll look at the horizon,
to the place where the sun smiles,
I'm going to that place.
The place where the leaves beckon for me,
I'm going to that place.
As I walk and whistle,
I think of you.
Even though I miss your voice,
I can't look back to you.
To the place where the wind blows,
I'm going to that place.
"

kim kwang seok - Where the wind blows.
(Ini lagu lama, yang aku dengarkan versi covernya.
ada 2 :
- Umji ft Park heejin di acara king of masked singer
- Suhyun ft Lena park di acara begin again 3)

Sangat boleh dicoba didengarkan. 

**************

"ugh-" Suara keluhan mengalun lemah. Tarikan nafas berat yang kemudian tertahan untuk dihembuskan kembali kasar. Keningnya tak pernah kering akibat cairan yang tak henti menetes. Air mata tidak perlu ditanyakan, karena jejaknya masih jelas, bahkan tidak ada tanda untuk mengering. Batas antara sadar dan tidak semakin samar dirasakan.

"Cepat bawa air! Kain berlapis!" Tiana mengintruksi yang lain. Sementara Aron dan Daisy masih dipanggil, Tiana megambil alih.

Maria dan beberapa orang lain sibuk mempersiapkan persalinan tak terduga ini. Serena tidak luput dari itu, entah bagaimana ia terjebak dalam situasi ini. Tetapi saat sadar kembali, ia telah berdiri terpaku menggenggam tangan Rowena yang juga tanpa sadar balik menggenggamnya erat.

Apa yang harus ia lakukan? ia tidak tahu, ditengah kelebatan orang yang sibuk berlalu lalang, Serena hanya dapat berdiri mematung. Kelebatan kejadian tak terduga sulit untuk mempertahankan ketenangan juga berfikir jernih. Ia yang kebingungan hanya dapat mencoba menenangkan Rowena, berbisik bahwa semua baik, dengan tangan yang masih saling menggenggam. Berharap ia sedikitnya membantu.

"Dimana pasiennya?" Suara Aron terdengar membuat sedikit kelegaan menyelip masuk di rongga dada. Pria itu terlihat segera mendekat dengan salju yang masih melekat di mantelya. Meski langkahnya cepat, tidak sedikitpun panik yang terlihat dari ekspresinya. Ia terlihat sepenuhnya tenang.

"Bagaimana keadaannya?" Aron bertanya pada Tiana.

Setelah mendengar penjelasan singkat, ia mulai memeriksa Rowena. Dengan cekatan ia segera melakukan tindakan.

*********

Suara erangan, perintah, suara yang mencoba menenangkan, bau amis bercampur aroma lain yang asing dan rasa sakit di tangan, tetapi Serena tampak tidak sepenuhnya sadar. Detik demi detik yang terlewati menjadi lebih lama terasa. Tidak hanya bagi sang nona tetapi bagi seluruh orang yang berada di ruangan.

Ekspresi tegang nampak jelas di masing-masing wajah mereka. Mungkin hanya sang dokter, Aron yang masih dengan tenang memberikan instruksi sambil melaksanakan tugasnya. Maria terutama memiliki kerutan yang jelas di keningnya. Dalam beberapa jam saja ia nampak menua dengan tampilan yang berantakan. Bagaimana tidak, ia mengingat jelas bagaimana kelahiran putri pertamanya. Bagaimana sensasi, gejolak yang dialaminya. Mungkin tidak persis, tetapi secara kasar kenangan itu kembali padanya. Dan untuk melihat sendiri bayinya kala itu kini tengah mengalami hal yang sama, ketenangan sama sekali pudar dari wajahnya. Ia belum dapat tersenyum seperti biasa, tidak pula keluhan maupun petuah terdengar seperti yang biasanya ia lakukan untuk Rowena. Ia merasa tidak dapat bernafas lega. Tidak hingga suara tangisan terdengar.

"Dia bayi laki-laki yang sehat." Begitu mendegar penjelasan Daisy, suara helaan nafas panjang terdengar dari segala sisi. Semua orang lega, termasuk Maria. Air mata yang tak terbendung membuncah begitu saja seolah mengikuti isakan bayi tersebut.

Di saat yang sama, genggaman tangan Rowena akhirnya melemah hingga terlepas seolah tidak memiliki tenaga lagi. Tetapi senyuman justru merekah di wajah. Air mata yang sebelumnya hadir akibat kesakitan kini mengalir lebih cepat akibat lega dan buncahan bahagia.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin