Bab 15

3.2K 360 3
                                    


"Don't let my hand go.
Don't cut this thread
In this pitch darkness,
I'll come to find you again someday
I'll hug you then."

Oneus – Red Thread.

*****************

Krrtk krrtk

Kereta kuda yang melaju tenang tengah dalam perjalanannya menuju bangunan termegah di ibu kota. Istana Valency adalah tujuannya. Seorang putri yang terperangkap dalam kereta tersebut menutup tirai jendela rapat-rapat. Tak membiarkan satu pasang matapun menangkap bayangnya.

Dua hari baru berlalu setelah ia meninggalkan istana. Kabar burung masih belumlah terdengar. Mereka yang menyaksikan kepergian sang Putri secara langsung tentu akan bungkam hingga pihak istana sendiri yang memberikan pernyataan. Sementara mereka yang diam-diam tak sengaja melihat kepergian tersebut hanya akan mengira sang putri pergi mengunjungi keluarganya mengingat Duke muda yang jarang sekali muncul kali ini datang sendiri ke ibu kota.

Pintu kereta dibuka, seorang pengawal dari kediaman Olive segera mengulurkan tangannya membantu sang Putri untuk turun. Serena harus kembali menguatkan hati ketika matanya menangkap bangunan megah dikelilingi taman yang membuatnya terlihat asri.

Serena membawa tiga orang pelayan bersamanya mengingat ksatria dari luar tidak di izinkan memasuki kawasan istana Ratu kecuali dengan izin khusus.

Ingatan Serena yang masih segar melekat pula pada refleks tubuhnya. Dengan tenang ia menyusuri lorong-lorong yang ia telah hafal betul. Sesekali ia bertemu dengan pelayan Istana maupun pengawal, mereka yang tidak tahu apa-apa hanya memberikan penghormatan seperti biasa.

'Istana tetap sama.'

Serena berfikir dalam benaknya. Bahkan dengan ketidakhadiran dirinya, istana tetap akan berjalan sebagaimana mestinya. Namun sebersit pemikirannya merasa kecewa.

'Apa yang aku harapkan?'

Serena merasakan kepahitan tersendiri. Apakah yang ia harapkan dengan ketidakhadirannya? Apakah ia berharap terjadi kekacauan? Apakah ia berharap ada keributan besar? Apakah ia berharap mereka memohon diatas lutut agar Serena kembali?

Ada kekosongan disana. Tetapi kekosongan tidak berarti kekacauan. Posisi tunangan putra mahkota tidak benar-benar signifikan rupanya.

Mengesampingkan emosi yang mencoba mengambil alih kesadaran, Serena berjalan melalui lorong sepi ditemani suara dari hak sepatunya yang menggema. Hingga akhirnya ia berhadapan dengan kepala dayang pribadi sang Ratu, Nyonya Carol.

"Yang Mulia telah menunggu putri."

Wanita yang telah memasuki kepala lima itu segera menunjukan jalan pada Serena.

Untuk alasan tertentu Serena tertegun. Tidakkah saat itu musim gugur juga? Ketika ia pertama kali dibawa ke Istana dan menghadap sang Ratu secara pribadi?

Saat itupun Nyonya Carol yang menjemputnya. Ia mengenakan gaun hijau yang sama, tatanan rambut yang sama, mungkin hanya guratan usia dan helaian rambut memutih yang menjadi pembeda.

Seorang gadis kecil yang baru saja berduka karena kehilangan kedua orang tua langsung harus berhadapan dengan dinginnya Istana. Serena merasa bisa kembali mengingat betapa gemetarnya ia hari itu. Ia yang mencoba mempertahankan senyumnya hingga tulang dan otot pipinya sakit, juga ia yang secara diam-diam menangis di pojok ranjangnya di tengah keheningan malam. Memori itu kembali padanya seketika.

Fokus Serena kembali terpangil setelah suara derit pintu yang terbuka didengarnya. Sebuah ruangan megah yang familiar. Ruangan bercat putih dengan langit-langit tinggi, dihiasi berbagai lukisan dan ukiran pada pilar-pilar yang menyangga ruangan. Polesan emas mewarnai berbagai sudut hingga tirai-tirai halus berwarna merah darah yang mempermegah ruangan. Semuanya hampir sama dengan ingatan Serena.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now