Bab 29

1.6K 169 3
                                    

" I don't want to go somewhere far,
But I do want to hold your hand tightly,
Even though I don't know the names of the lovely constellations,
Would you come with me?"

Jukjae – Let's go see the stars.

*************************

Hari ini udara semakin dingin. Tidak hanya angin tetapi kabut tebal dan awan mendung melengkapi pemandangan pagi ini.

"Putri harus mengenakan mantel yang lebih tebal. Udara disini berbeda dengan di ibu kota! bagaimana jika putri jatuh sakit?" Tiana yang terbiasa membangunkan Serena mulai mengoceh ketika ia membantunya bersiap.

"Tiana, tidakkah sudah waktunya untukmu terbiasa mengubah cara memanggilku?" Serena dengan tenang mengingatkan Tiana sekaligus mengabaikan omelannya.

Suara decakan terdengar kemudian.

"kau bisa bersikap seperti itu tetapi tidak dengan panggilanku?" goda Serena. Sebelumnya dinilai sangat tidak sopan bagi seseorang mendecak dihadapan orang yang berstatus lebih tinggi darinya.

"Ini karena nona mengabaikan ucapanku!" Tiana mengeluh kemudian.

"Ini setidaknya gunakan syal tambahan." Dengan cekatan tangannya mengalungkan sehelai kain panjang untuk melengkapi busana Serena.

"Thomas akan mengkritikku lagi karena pakaian." Serena mengguman.

Hari ini adalah hari terakhir mereka berkeliling. Hanya bagian pusat yang belum Serena kunjungi. Dan setiap kali Serena muncul, kerutan akan turut terbentuk di kening Thomas. Itu karena pakaian yang diberikan Tiana membuat Serena tenggelam diberbagai lapisan kain, berkata bahwa udara dingin dan bahaya jika sang putri terkena flu.

"ck! Abaikan saja pemuda itu! dia tidak akan bertanggung jawab jika putri sakit!"

Sebuah tawa terdengar dari Serena kemudian.

"Kau benar."

Dalam hati Serena sedikit bertanya, tidakkah belakangan ini ia sering tersenyum bahkan tertawa? Apakah sesuatu dalam dirinya perlahan telah berubah tanpa disadari?

Sebelumnya bertukar candaan dengan Tiana seperti ini tidaklah biasa. Tiana tidak pernah mengkritik seseorang seterbuka ia mengkritik Thomas. Berbincang santai dengan Carlpun tak pernah terbayangkan, karena mereka berdua tipe yang menggambar batas sesuai status. Juga, makan di satu meja bersama orang lain mulai terasa familiar, bahkan ketika seseorang tidak muncul sesuatu terasa kurang. Mimpi buruk yang menghantuinyapun semakin jarang berkunjung.

Perlahan tawa berubah menjadi seulas senyum di wajah Serena. Mungkin keputusan pindah ke Barius adalah keputusan yang tepat.

*************

Suara goresan pena diatas kertas terdengar jelas. Jemari panjang, lentik dibalut kulit putih pucat bergerak cepat kemudian merobek beberapa lembar daun. Kali ini suaranya beralih menjadi suara batu yang saling bertumbuk. Aron tengah berfokus pada pekerjaannya ketika Serena datang berkunjung.

Sesuai janji, kondisi yang diderita Serena dirahasiakan dari Carl maupun Tiana. Namun pemeriksaan tetap perlu dilakukan sehingga setidaknya sekali sehari Serena diminta datang untuk menjalani pemeriksaan ketika Aron tengah bekerja di klinik.

"Apa nona masih merasakan gejala sesak nafas?"

Setelah lama ia tidak mengajukan pertanyaan lagi, akhirnya Aron membuka suara ketika ia selesai membuat pasta dari helaian daun tadi.

"Tidak." Serena menjawabnya singkat. Matanya masih sibuk melihat sekitar. Sudah beberapa kali sebenarnya ia masuk ke ruangan ini, tetapi baru hari ini ia melihat berbagai botol yang berjejer juga tumpukan tumbuhan memenuhi meja.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now