Bab 22

2.3K 239 5
                                    


"Just like someone said to me for comfort
It's so hard to forget a single memory
Even after time passes
This place still holds onto me.
"

IU ft Suga (of BTS) – Eight

*****************

"Tuan Putri ditemukan hampir tak sadarkan diri juga kesulitan bernafas."

Suara hentakan langkah yang tergesa penuh amarah terdengar menggema. Elliot tak mempedulikan etika dan berlari secepat yang ia bisa. Dalam hati ia menggerutu, mengapa meletakan ruang kerja berjauhan dengan kamar adiknya? Ia harus memindahkannya nanti.. Tidak-tidak yang terpenting sekarang ia harus segera sampai. Ia tidak boleh kehilangan lagi.

Keributan kecil terjadi mengacaukan malam mereka yang damai. Siapa yang menyangka malam dimana mereka seharusnya mengadakan penyambutan akan kepulangan tuan besar beserta nona muda, justru menjadi malam dimana mereka hampir saja kehilangan sang nona.

Pintu segera dibukakan begitu para pelayan melihat Elliot datang. Tergesa, ia bahkan tidak sempat memikirkan para pelayan yang berkumpul di luar kamar Serena dengan gelisah. Albuslah yang akhirnya menangani mereka.

Di dalam ruangan dokter tengah memeriksa Serena. Kediaman Duke memang memiliki dokter pribadi. Dan karena kehamilan Iris dan Elliot yang pergi ke ibu kota, dokter tersebut akhirnya menetap di kediaman utama untuk sementara. Tak disangka malam ini justru sang dokter di panggil untuk alasan lain.

Dokter perempuan itu bangkit setelah beberapa saat memeriksa keadaan Serena yang sekarang tak sadarkan diri. Jelas sekali jejak kesakitan terlihat dari wajahnya. Elliot berdiri mematung tak kuasa menahan gejolak yang timbul akibat kejadian ini. Ia masih diam hingga sang dokter sendiri yang harus menyadarkannya.

"Jadi apa yang terjadi pada adikku?"

"Sama seperti sebelumnya, prediksi sementara kelelahan yang berlebih. Tetapi karena gejalanya hingga seperti ini butuh pengamatan lebih lanjut. Karena sekarang putri tak sadarkan diri aku perlu menanyai pelayan yang melayaninya di ibu kota."

Elliot mengangguk mengizinkan.

"Al panggilkan pelayan yang menanggani Serena."

Albus yang telah bersiap segera mengangguk dan memberi sinyal pada Sarah dan beberapa pelayan lain untuk mendekat pada Dokter.

Sementara sang Dokter menanyai mereka, Elliot ikut mendengarkan tetapi matanya hanya terfokus pada Serena. Helaian rambut yang kusut tak beraturan, jejak air mata dan keringat juga rintihan yang sesekali terdengar lemah. Tak habis pikir, bagaimana bisa semua ini terjadi? apa yang luput dari pengamatannya? Serena memang terlihat tidak baik dalam seminggu setelah mereka menghabiskan perjalanan di kereta kencana, tetapi berluang kali gadis ini menolak untuk istirahat total. Jika saja ia bisa sedikit memaksa, tidak akan seperti ini jadinya. Tak henti ia menyalahkan diri.

"Duke, apakah menyadari sesuatu perubahan dalam sikap Putri?" Pertanyaan dari sang Dokter berhasil mengaburkan lamunan Elliot.

"Apa maksudmu?"

"Kondisi tubuh manusia tidak hanya bergantung pada apa yang diberikan dari luar, tetapi juga apa yang terjadi di dalam. Ada kemungkinan yang mengakibatkan sang Putri sampai kesulitan bernafas bukan akibat fisik tetapi emosional. Karena jika menilai asupan juga kegiatan selama ini, tidak ada yang menonjol selain perjalanannya kemari." Dokter tersebut berkata sambil menunjukan hasil pertanyaan singkatnya dengan para pelayan.

"Asupan makanannya normal, tidak ada catatan sang Putri alergi terhadap jenis makanan tertentu, tetapi ia kehilangan selera makan. Aktifitas fisiknya tidak berat tetapi ia terlihat sering kelelahan dan memilih berdiam di kamar sendirian. Mereka juga melaporkan sang putri seperti kesulitan tidur di malam hari karena selalu meminta mereka menyalakan aromaterapi dan minuman tertentu untuk memicu rasa kantuk. Sehingga aku menimang kemungkinan bukan gejala penyakit fisik yang Putri alami."

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now