Bab 10

3.3K 427 17
                                    

"When I opened my eyes quietly, The thick warmness embraces me,
Even all the painful memories pulls me up stronger.
I gather my courage and lift my head up,
Even if it changes restlessly,
Take one step to find the light."

Gfriend - Eye Of The Storm

***************************

Suara langkah kaki yang sibuk memenuhi lorong begitu kereta kuda memasuki gerbang utama. Para pelayan segera berderet rapi memberikan hormat pada tuannya yang baru kembali dari pesta. Seorang pria dengan stelan hitam berkemeja putih segera mendekat pada sang tuan dengan tenang.

"Selamat datang kembali tuan."

Suara dalam yang berwibawa namun terdengar semakin melemah karena usia menyambut kepulangan tuannya.

"Sesuatu terjadi selama aku pergi?"

"Semuanya berjalan lancar tuan."

Kepala pelayan itu kembali menjawab dengan hormat. Sang tuan mengangguk singkat. Tetapi kemudian kakinya berhenti melangkah, seolah teringat sesuatu matanya mulai berkilat.

"Kirimkan surat pada Raja. Katakan aku ingin menemuinya."

Matanya berkilat penuh dengan tekad. Kepala pelayan yang sedikit terperajat karena nada yang tidak biasa dari ucapan tuannya dua hitungan lebih lambat ketika akan menjawab.

"Saya mengerti tuan."

"Dan siapkan 'dokumen' itu."

Kembali Kepala pelayan tidak segera menjawab ketika mendengar perintah terakhir. Kerutan di kening terbentuk samar, namun kemudian ia menganggukan kepala.

"Saya mengerti tuan."

Bahkan tanpa diberikan penjelasan lebih lanjut pria paruh baya ini mengerti. Hanya dari penekanan suara dari tuannya ia telah dapat menebak, karena hanya satu dokumen yang pernah disebutkan sang tuan dengan intonasi seperti itu.

Kepala pelayan masih dengan setia mengikuti sang tuan hingga ia memasuki kamar tidurnya.

"Apa tuan ingin langsung beristirahat? Perlukah saya menyiapkan air hangat sekarang?"

"Ya, siapkan pula teh herbal untuk malam ini."

"Saya mengerti tuan."

"Kau boleh pergi Al."

Kembali kepala pelayan itu mengangguk. Ia segera meninggalkan ruangan ketika pelayan lain masuk untuk membantu tuannya membersihkan diri. Dalam perjalanan untuk menyiapkan tehnya, pikiran sang kepala pelayan menerka-nerka.

'Sesuatu pasti telah terjadi di pesta. Dan jika tuan sampai menyinggung dokumen itu, mungkin sesuatu telah terjadi pada Putri Serena.'

Sebagai pelayan yang telah bekerja lebih dari 40 tahun untuk keluarga ini, Albus tidak hanya memiliki kemampuan dalam hal manajemen. Ia pun telah berbekal jaringan dan pengetahuan lain demi mendukung keluarga yang dilayaninya. Termasuk jaringan informasi ke dalam istana. Rumor yang tidak baik tengah membelit putra dan putri mahkota. Sebab itukah Tuannya mengungkit dokumen itu?

Aroma teh herbal segera menyeruak ketika teko berisi air panas dituangkan ke dalam poci yang telah duduk manis beserta sebuah cangkir dari keramik berwarna biru. Albus kemudian melirik pada pelayan dapur yang telah selesai menuangkan teh tersebut.

"Sajikan bersama camilan biasa."

Pelayan itu segera mengerti dan bergerak cepat sesuai arahan. Ketika pelayan tersebut telah pergi, Albus sendiri berjalan menuju tempat lain. Sebuah lorong panjang dan temaram telah menantinya. Pintu besar yang terbuat dari metal menjadi tujuannya. Hanya dua orang yang dapat mengakses tempat ini, Tuannya sebagai pemilik, dan dirinya sebagai tangan kanan.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang