Bab 6

2.8K 304 0
                                    


"Black dark night,
Please don't turn away in this dark night
Stay strong,
Even in a rougher time.
"

Gfriend (Sowon & Umji) – Better Me

*****

"Seorang Ratu sesulit apapun situasinya akan dituntut untuk tetap berkepala dingin. Semua orang akan melihat dan merujuk padamu. Gadis – gadis muda akan mencontoh tindakanmu. Kaulah yang akan menjadi ibu bagi mereka dikeadaan serumit apapun, dan tidakkah pelukan ibu merupakan tempat terhangat jua ternyaman di semesta ini? Tetapi bahu seorang ibupun merupakan tiang terkokoh. Maka dari itu tegakanlah kepalamu, tarik nafasmu dalam-dalam dan tetap jaga ketenangan dalam segala tindakan. Karena keputusanmu dapat merubah dunia."

- Clara Endlestain Valency, Ratu pertama Valency.

*************

"Kali inipun ditolak Putri."

Suara Tiana penuh penyesalan melapor pada Serena. Namun berbanding terbalik dengan dayangnya, Sang Putri tak menunjukan perubahan ekspresi yang berarti seolah ia sudah terbiasa. Serena hanya menganggukan kepalanya singkat.

"mmh, Aku mengerti."

Pandangan sang Putri tetap tak teralih dari buku yang dibacanya. Saat ini telah memasuki waktu istirahat siang, hidangan bagi keluarga kerajaan biasa disajikan di waktu yang bersamaan kecuali dengan pemberitahuan sebelumnya agar pihak dapur istana dapat menyediakan makanan terbaik.

Entah undangan keberapa yang ditolak. Serena sudah lelah menghitungnya dan sudah tidak ingin mengingatnya lagi. Undangan minum teh atau makan siang seharusnya tidaklah sulit. Mengingat Serena telah terlebih dahulu menyesuaikan jadwal sejak sebulan sebelumnya pun juga ia meminta ketika orang itu berada di tempat. Serena juga tidak pernah meminta undangannya langsung dipenuhi, ia akan setidaknya mengirimkan permintaan tiga hingga tujuh hari sebelum hari yang diminta. Tapi tetap saja orang itu menolak semuanya dengan berbagai alasan.

'Padahal ia bisa dengan mudah mengunjungi taman istana itu.'

'Aku bahkan sudah tidak berselera lagi mengingatnya.'

Serena menutup buku yang dibacanya. Ia baru saja menyelesaikan buku yang ditulis oleh permaisuri pertama Valency, seseorang yang sangat dipuja tidak hanya oleh Serena tetapi oleh seluruh orang di negeri ini.

Matanya beralih pada makanan yang telah terhidang di meja. Setelah menimang, ia mulai memotong daging sapi dengan pisau dan garpu dalam gerakan yang elegan. Dengan mudah daging tersebut terpotong dadu seperti yang gadis itu inginkan. Sesaat setelah ia menyuapkan makanan ke mulutnya, keningnya berkerut.

'Hambar.'

Serena telah kehilangan selera makannya. Entah karena emosi yang selama ini terpendam terlalu penuh hingga mulai menetes keluar atau stress yang dialaminya belakangan ini hingga membuat semua makanan terasa tidak enak. Ia tidak berselera makan. Tetapi demi menghargai usaha para koki ia paksakan dirinya mengunyah makanan ini.

Serena makan di balkon kamar pribadinya. Dari sini pemandangan bagian timur Istana dapat terlihat. Kamar yang berada di lantai tiga membuatnya bisa dengan leluasa melihat hingga pegunungan Riftan yang berderet jauh disana. Ia pun dapat melihat taman kecil dilengkapi paviliun dengan kolam ikan dari sini. Dahulu tempat itu adalah tempat kesukaan mendiang kakek Vienno untuk menghabiskan waktu bersama permaisurinya.

Serena mengetahui itu dari buku sejarah. Sebagai seorang putri mahkota mempelajari sejarah merupakan bagian dari hidupnya. Mempelajari bagaimana Ratu di tiap generasi mendampingi rajanya, seperti buku yang baru saja ia baca. Dan kisah romantis diantara Raja Alvian, kakek Vienno dan permaisurinya, Ratu Ellena adalah salah satu kisah yang paling mencolok dari sejarah mereka.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now