Bab 25

2.6K 246 13
                                    

"Did I look weak?
Were you worried about me?
Just like the sparkling dew under the moon,
Did it seem like I'd disappear?

****

I may seem like a clear glass bead,
But I won't break that easily."

Gfriend – Glass Bead.

********************

"Ini menakutkan." Suara rendah yang secara samar terdengar.

"kau benar, tidakkah ini keterlaluan?" suara lain ikut menyahut, sama-sama rendah, berbisik seolah tak ingin ada orang lain yang mendengar.

"Oh- tolong jangan bahas itu lagi! bulu kudukku masih merinding sampai sekarang." keluh yang lainnya dengan kedua tangan yang memeluk pundaknya sendiri.

Matahari telah berada di puncak ketika waktu istirahat bagi shift pertama para pekerja tiba. Beberapa pelayan tengah menikmati santap siang mereka di ruangan khusus pegawai. Jendela terbuka lebar sehingga angin sejuk dapat masuk, aroma menggiurkan dari makanan yang tersediapun ikut memenuhi ruangan. Tengah hari yang menenangkan. Setidaknya seharusnya seperti itu jika saja kejadian pagi ini tidak menimpa mereka.

Kicauan burung silih bersaut masuk melalui celah-celah jendela pagi tadi. Suara kicauan biasanya menjadi satu-satunya melodi, tentunya diselingi dentingan peralatan ketika para pekerja melakukan kegiatan pagi mereka. Pekerja di kediaman Olive terbiasa dengan situasi tenang, bekerja tanpa banyak bicara meski tanpa perlu diawasi. Semuanya dilakukan demi memberikan pelayanan terbaik bagi tuannya.

Namun ketenangan itu terganggu beberapa hari ini. Kegemparan kecil terjadi tepatnya di tempat paling sibuk ketika pagi hari, dapur. Tiap-tiap koki dan pelayan yang bekerja disana menjadi lebih tegang dan berhati-hati ketika bertindak. Keringat menetes dan pundak yang tegang meski hari baru saja dimulai. Suasana yang semula tenang berubah menjadi mencekam. Bahkan para koki merasa perlu sehati-hati mungkin ketika mengiris sayuran agar tidak mengeluarkan bunyi hentakan ketika pisau menyentuh talenan. Para pelayan pun ikut mengecek ulang setiap peralatan memastikan segalanya bersih hingga mengkilap.

Alasannya sederhana, kehadiran seorang gadis yang tanpa diundang datang dan menjadi tamu kehormatan. Serena, satu-satunya Putri di keluarga Duke, yang entah mendapat angin berhembus dari mana tiba-tiba saja datang dan mengawasi pekerjaan mereka. Awalnya semua mengira kunjungan itu hanya berlangsung satu kali sehingga sekeras mungkin mereka berusaha melakukan yang terbaik di hari itu. Namun sayangnya praduga itu meleset. Buktinya, tiga hari telah berlalu dan sang putri setidaknya akan datang sekali sehari.

Tidak masalah jika sang putri sekedar datang untuk berkunjung, atau setidaknya memberikan sapaan singkat mengamati sebentar kemudian pergi. Tetapi tidak begitu dengan Serena, sang Putri akan datang kemudian duduk di suatu sudut hingga seluruh menu makanan siap di sajikan. Ia akan mengamati dalam diam, melihat satu persatu dari pekerja, dan yang lebih menegangkan sesekali jika ada yang menarik perhatian sang putri akan datang dan mengamati lebih dekat tanpa suara.

Kau tahu perasaan tengah diawasi pemangsa? Jujur saja tiap kali Serena begitu, mereka merasa akan melakukan kesalahan. Seolah sang putri memang sengaja tengah mengevaluasi mereka. Apa sang Putri justru memang tengah merencanakan pergantian staff? Mengingat ia tinggal selama lebih dari 10 tahun d istana, bagaimana jika ia tidak puas dengan pelayanan mereka dan ingin menaikan standar menjadi standar istana? Bagaimana jika mereka dipecat? Ketakutan mulai menghantui para staff.

Tetapi Serena yang tidak mengerti kegelisahan pekerja, seperti hari lain ia masih mengunjungi dapur pagi itu. Terduduk di kursi yang sejak tiga hari lalu seolah tersedia khusus untuknya. Mengamati dari sudut, kali ini ia membawa sebuah buku dan pena, menambah ketakutan para pekerja.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now