Bab 24

2.3K 232 7
                                    


"Are your shoulders heavy?
It's not easy to put down heavy baggage.
Someone said that when feel your dreams are
getting far away –
You should take a break."

BTOB – It's Okay.

*****************

Detik jarum jam menjadi teman setia. Ketika matahari telah sepenuhnya dilahap kegelapan, hanya sunyi yang tersisa. Kamar Serena baru saja berganti siang ini, kini ia menempati ruang yang sebelumnya menjadi kamar tamu. Tidak sekalipun dirinya pernah menginjakan kaki di ruangan ini sehingga mereka memutuskan tempat ini adalah pilihan terbaik. Interior ruangan tetap mewah meski lebih sederhana. Tidak banyak furnitur mengingat hampir tak pernah ditempati tetapi tetap dirawat sebaik mungkin hingga tidak menyisakan kesan tak menyenangkan.

Mereka mengganti segalanya bagi sang Putri. Seprai bahkan aroma kamar ini berbeda. Aroma sitrus ditambah bunga musiman yang dipetik sendiri dari taman membuatnya lebih nyaman. Serena terduduk di hadapan secangkir minuman herbal yang masih mengepul. Minuman itu merupakan obat yang disamarkan khusus dibuat dokter Riesl untuknya.

Suara nafas yang tertahan terdengar bersamaan dengan diteguknya ramuan itu. Benak Serena tengah berkelana, seharian sang Putri termenung. Tidak hanya sekali tetapi dua kali dirinya hampir berada di penghujung kisah. Bukan berarti selama ini hidup yang dijalaninya mudah, tetapi dua kali mengalami hampir meregang nyawa akibat kelemahan dirinya sendiri membuatnya merasa tak berdaya.

Meski memalukan bisa dikatakan dua hari setelah serangan pertama, pikirannya masih berusaha mencerna, ia sempat berpikiran bahwa mungkin tidak apa jika ia pergi dengan cara seperti itu. Toh tujuannya memaksa ingin tinggal sendiri memang untuk menghapus jejaknya, mengakhiri hidupnya sebagai sang putri mahkota. Untuk pergi melarikan diri dari segala kekacauan. Dan tidakkah sama artinya jika ia benar-benar pergi? Karena itu ia mulai berbohong pada sang dokter berkata meminum obatnya. Hingga di hari keempat ia mendapat serangan kedua.

Tetapi entah kemauan itu datang dari mana, diantara nafas yang tercekat juga kesakitan yang mendera, tanpa sadar ia menjeritkan permohonan agar diselamatkan. Mungkin, hanya mungkin tanpa diharapkan jauh dilubuk hati ia masih berharap dapat hidup.

Kehidupan yang ia tahu penuh dengan jerat. Ia tak boleh lengah, hingga ketika bernafas sekalipun rasanya udara semakin menipis tiap harinya, melelahkan dan penuh tekanan. Sang Putri yang berada di titik terendahnya membuat sebuah keputusan. Merasa tidak peduli lagi dan ingin melarikan diri. Diantara banyak jalan, ia bahkan bersedia mengambil jalan paling gelap yang ditakuti sekalipun.

Hanya saja ketika salah satu gerbang keluar itu hampir terbuka, nyatanya masih ada keterikatan dan penyesalan disana. Ikatan yang kembali memanggil namanya agar tetap tinggal hingga gerbang tadi kembali tertutup.

Tetapi benarkah ia masih boleh menjalani kehidupannya? Bolehkah ia menghirup oksigen tanpa khawatir akan ketersediaannya di hari esok?

Knock.. knock ..

Suara ketukan mengejutkan sang Putri. Tubuhnya sedikit tersentak, tak menyangka akan ketukan itu. lagi pula siapa yang mengetuk di jam seperti ini? ketika bahkan lampu-lampu telah diredupkan?

"Siapa?" Tetapi tetap Serena memutuskan untuk menjawabnya.

"Tuan Putri, mohon maaf mengganggu waktu istirahat. Ini Albus, saya datang atas permintaan tuan besar."

Serena bangkit dari kursinya begitu mendengar suara tua Albus. Setelah meraih luaran panjang yang tergantung tak jauh dari tempatnya, dibukakannya pintu besar. Seorang pria paruh baya telah berdiri disana dengan raut ramah seperti biasa.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now