Bab 27

1.8K 190 4
                                    

"Same night, same room, same dream.
Same window, same moon, same view.
The only thing that has changed is you,
Same Night with different Feeling."

VROMANCE – Unlike.

(note : ONEUS juga mencover lagu ini ada di Youtube channel mereka. Dan aku karena bias lebih suka versi ONEUSnya.)

************************

Malam telah mengunjungi langit yang melingkupi Barius. Bintang layaknya permadani yang dihamparkan menghiasi gelapnya malam. Pemandangan dengan kegelapan pekat tanpa lampu yang biasa menerangi jalan, angin dingin yang berhembus membawa sedikit aura misterius. Menakutkan sekaligus memikat.

Pakaian tidur yang telah terjatuh menutup hingga tumit menggantikan posisi gaun yang ia gunakan sebelumnya. Rambut panjang yang malam ini dibiarkan terurai begitu saja di terbangkan angin malam sedikit menggelitik permukaan kulit. Matanya tertuju entah kemana, menyimak pemandangan gelap yang asing, sinar rembulan setidaknya tidak bermain petak umpet malam ini.

Dahulu Serena tidak nyaman dengan kegelapan. Saat inipun sebenarnya sama. Namun ada sehelai benang keberanian yang melingkar di jemari yang menariknya kali ini. Pembicaraannya dengan mereka yang terlintas di benak mengetuk suatu ruang di dalam dirinya. Tanpa disadari membangun sesuatu, segumpal emosi yang meski masih berukuran kecil dapat membuatnya berdiri disini.

'Aku harap putri tidak lewatkan awal yang baru.'

'Kami mempercayai putri.'

Serena tidak mengerti. Apa yang mereka lihat dari dirinya. Apa yang melandasi kepercayaan mereka pada dirinya. Disaat ia sendiri sebenarnya tidak yakin dan mempertanyakan eksistensinya.

Sang putri mengeratkan genggaman pada pagar kayu. Balkon kecil yang dibangun terhubung dengan ruang baca di lantai dua. Tiana dan Carl memiliki kamar di lantai satu, sementara itu Serena menghuni lantai dua. Setidaknya tidak sendiri, karena malam ini Elliot ikut menginap di lantai dua. Ruang baca yang terhubung langsung dengan kamar pribadinya sehingga Serena bisa mengakses tanpa menimbulkan banyak keributan.

Suara helaan nafas terdengar kemudian.

Ia hanya meminta dibiarkan hidup menyendiri. Tanpa menarik banyak perhatian maupun melibatkan banyak orang lagi. Dari sudut pandang lain, nampaknya permintaan ini terlihat sebagai hukuman tetapi bagi sang putri, ini adalah imbalan. Hadiah yang ia persembahkan untuk dirinya.

Malam itu sang gadis menatap langit dalam sunyi. Nyayian binatang malam yang terkadang terdengar menjadi kawan. Ia tidak meninggalkan kursinya hingga rembulan berada dipuncak.

**************

Pagi datang dengan cepat. Begitu sadar suara kokokan ayam dan kicauan burung saling menyaut. Serena terbangunkan oleh sinar yang masuk melalui celah-celah jendela yang tertutup tirai. Tangannya tanpa sadar meraih ke meja tepi, beruntung kali ini segelas air ditemukannya, justru membuatnya sedikit terkejut. Butuh dua detik hingga ia ingat dimana ia berada, Tiana pasti menyiapkannya semalam.

Mata Serena menelusuri kamarnya. Keberadaan cahaya jelas membawa perbedaan besar. Semalam Serena tiba ketika malam telah gelap gulita, ia tidak dalam kondisi yang dapat mengamati dengan jelas sekitarnya. Sehingga baru sekarang ia dapat mengamati kamar ini.

Kamar yang cukup luas dengan dominasi warna cokelat dan cream. Ranjang yang ditempatinya cukup untuk memuat dua orang. Sebuah sofa, meja teh, lemari penyimpanan, dan meja hias berada di sisi berlawanan dari ranjangnya. Karpet tebal dari bulu hewan melapisi lantai. Dan dua buah pintu kayu dengan ukiran tanaman rambat, jika satunya menuju lorong maka satunya menuju ruang ganti dimana pakaian dan perhiasannya disimpan. Cukup mengejutkan sebenarnya, mengingat Serena berfikir akan mendapat rumah yang sederhana.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownDonde viven las historias. Descúbrelo ahora