Bab 39

1.1K 114 21
                                    


"The ease of feeling,
Gets annoying and nasty.
It takes you away.
I'll tell you not to be so late.
I'm sorry,
where are you now?
I've got something to say.

*****

I will go to meet you,
there something i want to say,
i'm afraid, if not now i can't do it.
So wait a moment i'll be there."

Gfriend – Eclipse.

**************

Hari itu salju tidak turun, namun kepulan asap dari barisan cerobong masih mengepul membumbung tinggi pergi ke angkasa. Di dalam sebuah ruangan, dimana perapian tidak pernah memiliki waktu beristirahat, pemiliknya masih juga berkutat dengan tumpukan kertas yang seperti tidak ada habisnya.

Orang-orang silih bergantian memasuki ruangan. Tidak hanya mereka yang memiliki kepentingan, terkadang pengganggu yang justru muncul.

Ia memijit keningnya pelan. Rasa pening yang mengganggu hingga membuat otot-ototnya berdenyut, tidak menghilang sejak beberapa hari lalu. Bebannya semakin bertambah. Semenjak hari itu.

Suara ketukan terdengar untuk kesekian kalinya hari ini. Tanpa diizinkan, pintu terbuka kemudian.

"Ada apa lagi?" suaranya sedikit berat dan parau. Seperti tidak dapat menyembunyikan kelelahan.

"Viscount Evanse meminta bertemu. Ini perihal perayaan tahun baru."

Matanya menajam ketika mendengar nama orang yang begitu rajin menemuinya belakangan ini.

"Apa dia memiliki izin hari ini?"

"Tidak tetapi ia berkata kali ini mendesak. Apa yang Yang Mulia ingin lakukan?"

"Ck. Apa dia membawa putrinya lagi kali ini?" Sorotnya merendah, pandangan tidak suka jelas tergambar di sana.

"Benar." Dengan jawaban singkat sudah cukup membuat peningnya kembali.

"Katakan untuk membuat janji esok atau lusa."

" .. Baik." Ajudannya segera pergi.

Suara helaan nafas panjang terdengar kemudian. Perlahan matanya terpejam. Entah telah berapa kali ia menegaskan pada sang viscount bahwa hanya dirinya yang perlu datang menghadap. Tetapi meski berbagai alasan diutarakan, Vienno tahu jelas apa yang dikejar olehnya, memperkenalkan dirinya dengan putri Viscount.

Viscount Evanse telah lama menjabat untuk menangani berbagai perayaan di istana. Ia terkenal cukup handal dan teliti dalam menangani tugasnya. Vienno menunjuk orang itu karena reputasinya yang baik. Tetapi siapa sangka sang Viscount justru menyembunyikan taringnya. Membawa putrinya dalam tudung untuk memberikan pelajaran penerus, tetap tidak masuk akal bagi Vienno. Terlalu jelas, apalagi ketika ia menyanjung kemampuan anak itu tiap kali putrinya selesai bicara.

Vienno akan mencoba memaklumi dan bertingkah seolah tidak menyadari, jika saja mereka satu-satunya orang. Sayangnya mereka bukan satu-satunya. Puluhan mungin ratusan orang mulai mencoba trik ini dan itu untuk menarik perhatiannya. Dan desakan yang datang dari berbagai arah membuat kepalanya pening.

". . Musim dingin akan tiba, dengan kekosongan tempat yang ditinggalkan maka kewajiban akan dilimpahkan pada pihak lain. Ada kekhawatiran yang tidak perlu dari diriku jika meninggalkan tempat tersebut sepenuhnya kosong."

Kening Vienno semakin bertaut dalam, mengingat percakapan terakhir mereka bukanlah hal yang manis saat ini. Tetapi bagian kesadarannya tahu, apa yang dikatakan orang itu benar adanya. Posisi putri mahkota yang kosong, itu sebab utama kekacauan ini.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now