Bab 32

1.7K 154 1
                                    

"Flow with the time,
Flow with the wind,
The emptiness remains where you left,
You are like a lonely blossoming flower."

ONEUS – Luna.

*****************

Waktu makan malam telah terlanjur terlewat jauh. Kepulan uap udara yang semula memenuhi hidangan telah sirna, hilang entah kemana. Hingga terpaksa mereka menikmati santap mereka dalam keheningan.

Waktu telah lama berlalu semenjak sang putri terpaku untuk beberapa saat ketika menyadari siapa yang tengah terbaring di sofa ruang tengahnya. Saat itu gurat tidak percaya terlihat jelas dari detil ekspresinya. Kelopak mata berkedip berulang kali, tetapi tak peduli seberapa banyak, wajah yang dikenalnya itu tak kunjung berganti jua. Ia bahkan sempat tidak bernafas untuk beberapa saat hingga Aron dengan pelan mengguncang pundaknya.

Senyuman canggung segera terukir demi menyamarkan tindakannya saat itu. Tentu saja usaha yang payah, karena ketiga pemuda di ruangan terlanjur menyadari ada yang aneh dengan Serena. Tetapi memutuskan untuk tidak mempedulikan, Serena berjalan keluar dengan alasan tidak dapat membantu jika ada di sana. Ia yang kala itu langkahnya tenang, berubah menjadi hampir berlari ketika pintu ditutup. Ekspresi yang tak tersembunyikan lagi, matanya yang seolah hilang fokus seketika mencari Carl.

Seulas senyuman kecil dipaksakan terkembang begitu ia berhasil mengambil alih kesadaran. Matanya menangkap satu persatu wajah yang mengelilingi seraya berkata,

"Meski banyak kejadian tak terduga, aku berterimakasih juga bersyukur kita semua dapat hadir disini. Aku harap setelah malam ini berakhir hanya hal baik yang datang menghampiri." Serena memberikan sambutan.

Mereka duduk melingkari meja makan. Berbagai hidangan, meski telah kehilangan sebagian temperaturnya, terhidang dengan cukup menggiurkan. Serena kembali duduk setelahnya, mereka memulai makan malam dengan tenang.

Seulas senyuman ringan terukir di wajah sang Putri. tetapi semua mengerti dalam diam, bahwa itu hanya kamuflase. Terutama mereka yang menyaksikan betapa pasinya wajah itu beberapa saat lalu. Jika saja Carl tidak memaksa, Serena mungkin tidak akan ingat akan makan malamnya.

"Selamat atas terlewatinya masa remaja nona. Orang-orang dari Selatan berkata bahwa permulaan kehidupan seseorang yang sesungguhnya diawali pada usia ini." Alex memecah keheningan dengan ucapannya yang hangat.

"Terima kasih, Tuan Alex."

"Kami tidak memiliki hadiah, kami bahkan mengganggu malam penting ini, tetapi kami sangat berterima kasih juga berdoa akan kebahagiaan nona." Ucap Bryan, salah satu anggota kelompok dagang yang sama dengan Alex, mengikuti.

"Kami tidak akan melupakan kebaikan nona." Paul, dengan suara yang pelan turut memberikan selamat.

"Jika nona butuh sesuatu katakan saja. Kami akan berusaha, tidak-tidak, kami pasti akan menyediakannya." Kali ini Gillian, pria lainnya yang terlihat paling tua diantara kelompok pedagang, memberikan ucapannya dengan mata membara. Berhasil memancing tawa kecil muncul di wajah Serena. Hal ini karena tidak hanya sorot mata, tetapi ekspresi serius dan tangan besar terkepal yang dibuatnya tampak begitu meyakinkan, seolah yakin ia bahkan dapat menaklukan naga dengan tekad itu.

Menyadari tawa kecil Serena, diam-diam mereka menghembuskan nafas lega. Merasa telah dapat menyuapkan makanan dengan ringan.

"Oh aku dengar sebelumnya tuan Alex dan Thomas membahas sesuatu tentang perkemahan musim dingin. Apa keadaan kalian tadi berhubungan dengan itu?" Tidak ingin menjebak tamunya dengan keheningan yang sama, sebagai tuan rumah Serena berusaha membuka percakapan.

Kelima tamu prianya kemudian saling melirik, Thomas yang kemudian berbicara.

"Benar awalnya kami berniat untuk melakukan perkemahan, ya walaupun gagal karena kejadian tidak terduga." Thomas mengatakannya dengan ringan.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now