Bab 30

1.9K 192 3
                                    



"This cold night street,
These heartbreaking footsteps,
Some day, it'll all pass.

Memories of us crazily in love,
It will slowly flow down,
Forgotten with time."

Super Junior D&E - Growing Pains.

*******************

Suara derit pintu kayu terdengar memecah keheningan. Menampilkan sebuah ruangan mungil yang semula tertutup rapat. Sebuah meja kayu di tengah ruangan menyangga benda lain tertutupi kain kelabu yang telah berlapis debu.

Dua orang dengan jubah yang menutup hingga puncak kepala mereka menyingkirkan kain tersebut dalam satu hentakan. Sebuah benda berbentuk persegi terbuat dari kristal-kristal berkilauan dengan permukaan licin tampak setelahnya.

"Kau yakin ingin melakukan ini?" suara tua yang mengajukan pertanyaan sedikit menyelidik melirik pada pria dihadapannya. Pria itu bergeming, sejenak mungkin tengah menimang kembali pilihannya.

"Aku yakin."

Suara helaan nafas kemudian terdengar, pria tua yang sebelumnya menyelidik sekarang menjadi sedikit khawatir.

"Kau tidak bisa melayangkan tuntutan padaku meski sesuatu terjadi nanti."

Tawa pelan terdengar sebagai jawaban.

"Profesor tidak perlu khawatir."

Meski telah diperingatkan nampaknya pria muda itu tidak gentar. Tidak ingin membuang waktu lagi, ia membenarkan letak tudungnya seraya berkata,

"Sampai bertemu dua bulan lagi prof.Alen."

Pria tua tadi, professor Alen, akhirnya mengangkat kedua tangannya. Mulutnya merapal runtutan kalimat yang tidak dimengerti. Dalam sekejab kristal persegi tadi memancarkan cahaya yang mengalir seolah cairan. Alirannya menjalar melalui kaki-kaki meja terjatuh ke lantai, hingga ukiran di lantai mulai memancarkan cahaya serupa.

"Jaga dirimu."

Pesan terakhir yang diucapkan profesor sebelum tubuh pria muda tadi memudar entah sempat tersampaikan atau tidak.

****************

Lengkingan suara dikeluarkan teko yang dipanaskan memekakan telinga. Tiana dengan segera meraih teko dengan mengaitkannya pada batangan kayu. Dalam sekejap aroma teh menguar memenuhi ruangan.

Disisi lain, Daisy dengan lengan baju yang dilipat hingga siku tengah sibuk memberikan sentuhan akhir pada makan malam mereka. Di sampingnya, Aron yang baru saja menyelesaikan masakan terakhir tengah memindahkan mereka ke piring saji. Sedangkan Serena sendiri membantu menata peralatan makan di meja. Setidaknya hingga hari ini ia belum dibiarkan bertanggung jawab atas makanan sepenuhnya. Mungkin mencuci, mengupas, mencicipi adalah tugas terdekatnya dengan memasak. Ia sendiri tidak mengerti mengapa mereka belum juga membiarkan Serena bertanggung jawab membuat makanannya sendiri. Tetapi bukan perkara besar, ia tidak perlu terburu-buru. Seperti yang diingatkan Iris melalui suratnya, Serena bisa melangkah sesuai kecepatannya sendiri.

Malam ini, sedikit berbeda dari malam-malam lainnya. Hidangan yang lebih menggugah disediakan, Aron bahkan meski bukan gilirannya, turut memasak hidangan utama. Jarang-jarang bagi dokter ini, yang selalu terlihat lelah, mau untuk memasak selain waktu yang telah ditentukan. Tetapi hari ini istimewa, malam ini sang putri akan memperingati hari lahirrnya ke dunia.

Bukan perayaan besar memang, tetapi Serena pun sudah lama tidak memiliki perayaan besar untuk hari lahirnya. Mungkin karena berdekatan dengan pergantian tahun, selama ia menjadi putri mahkota ia tidak pernah memiliki perayaannya sendiri. Pestanya selalu diperingati bersamaan dengan pesta akhir tahun, dan sejujurnya ia tidak dapat banyak berpendapat mengenai hal itu di Istana hingga hanya menerima keputusan itu meski artinya perayaannya terlambat beberapa minggu. Tentu para dayang pribadi juga staff kediamannya akan memberikan sedikit kejutan di harinya, tetapi sebatas itu. Ia tidak memiliki kesempatan bahkan untuk sekedar merasakan iri terhadap gadis bangsawan lain yang membicarakan pesta megah yang dibuat terkhusus untuk mereka dikediaman mereka masing-masing.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now