Bab 34

1.3K 132 0
                                    

"A story that became cruel,
Happiness is all lies.
The law is not obeyed,
Poke one drop at a time.
Maybe crazy like this,
I don't even know who I am."

Adora ft Eunha – Make U Dance.

*************************

Aroma menggiurkan dari daging yang dipanggang memenuhi ruangan. Sup jagung hangat hingga kentang tumbuk mengisi meja makan pagi itu. Makanan selalu tersedia lengkap di rumah ini, melimpah tanpa mengkhawatirkan hari esok.

Felix duduk di tengah-tengah meja dengan kikuk. Lima hari berlalu dan kini pangeran muda ini telah dapat bangkit dari ranjangnya. Mata Felix, meski ekspresinya datar, sedikit bergetar tidak nyaman. Ia tidak terbiasa, duduk di tengah orang-orang yang apalagi di mata kerajaan berstatus lebih rendah dari dirinya. Tetapi ia bertahan karena Serena, orang yang dianggap sebagai panutannya, duduk dengan nyaman tepat di sebrang.

Ada sedikit ketegangan di meja makan. Nuansa canggung yang meski sebisa mungkin mereka acuhkan tetap menggelayut tak terbantahkan. Felix tidak banyak bersuara, pada dasarnya ia memang seperti itu. Tetapi diamnya sang pangeran justru membuat Tiana dan Carl utamanya gugup.

Keduanya mungkin sudah mengenal Felix sejak lama. Tetapi tidak menjamin hubungan yang terjalin diantara mereka. Justru Aron, dokter muda yang baru mengenal sang pangeran selama lima hari yang paling santai diantara mereka. Bahkan Serena meski dengan senyum yang terkembang masih bisa merasakan kecanggungan itu.

Felix bersikeras ikut makan bersama pagi itu. ia yang merasa tubuhnya sudah pulih tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bersama Serena dan melihat sendiri bagaimana kehidupan sang putri disini.

Sarapan mereka dimulai dalam keheningan.

"Oh nona saya hampir lupa, Kemarin Paul mengatakan bahwa kemungkinan kelompok mereka akan pergi dua minggu dari sekarang. Jadi jika ada benda yang nona inginkan mereka bilang untuk menyampaikannya sebelum hari itu."

"Dua minggu lagi? bertepatan dengan akhir tahun?"

Dua hari lalu sinar matahari secara tiba-tiba bersinar mencapai Barius. Lapisan salju yang semula menumpuk menutupi jalan berkurang banyak sehingga kelima orang itu dapat melanjutkan ekspedisi mereka.

Felix tertarik mendengar percakapan Serena dengan Tiana. Meski sempat tinggal di bawah atap yang sama, Felix dan orang-orang kelompok dagang belum sempat bertemu.

Alasan utamanya tentu status Felix. Serena tidak membiarkan kelima pemuda itu bertemu dengan pangeran kedua begitu saja. Meski kelima orang itu sudah melihat Felix, tidak menjamin mereka mengenalinya dan akan lebih baik berhati-hati. Situasi dapat semakin rumit jika terlalu banyak saksi.

Mungkin keberuntungan tengah berpihak pada Serena, para pemuda tersebut tidak banyak mengungkit kejadian di hari itu. Hanya sekali mereka menanyakan kabar Felix. Setelah dijawab ia akan segera pulih, mereka tidak pernah menyinggung tentangnya lagi. Yang secara sepihak Serena artikan mereka dapat membaca maksud sang nona. Menyembunyikan Felix dari mereka, artinya ia ingin biarpun mereka tahu mereka harus tutup mulut.

"Kalau begitu apa kalian membutuhkan sesuatu? Buatlah daftar nanti akan kusampaikan pada mereka." Serena mengatakannya ringan sambil menyuapkan supnya pelan.

"Bukan kami, tetapi nona yang seharusnya membuat permintaan." Tiana segera menyanggah.

Serena menjeda kegiatannya sejenak untuk berfikir.

"Aku saat ini tidak membutuhkan apapun. Persediaan makanan masih cukup, peralatan dan perabotan juga memadai. Tetapi mungkin Tiana atau Carl menyadari sesuatu yang kurang? Aron dan Daisy, mungkin kalian membutuhkan peralatan atau bahan-bahan yang sulit didapat? Kalian bisa menggunakan kesempatan ini." jelas Serena.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now