Bab 2

5.3K 449 3
                                    


"The shimmering starlight shines, but you
Where are you looking at?
I feel you'll be gone soon.

***

It seems like my presence of mind
Isn't in your heart
I wonder when you threw me out?"

Gfriend - Time for the Moon Night.

************************

Serena Olive mungkin merupakan nama yang paling sering dibicarakan di Kerajaan Valency. Gadis tersebut telah terpilih menjadi calon Ratu masa depan mereka bahkan sebelum gadis itu dapat membuka kedua kelopak matanya. Tumbuh dengan dedikasi tinggi untuk negerinya membuat reputasi gadis itu semakin meningkat.

Dididik secara terperinci bahkan mungkin semenjak gadis itu bisa mengucapkan kata pertamanya. Memiliki  paras yang rupawan, berkepribadian luhur, juga lulus dari akademi dengan predikat kehormatan, terlibat dalam berbagai kegiatan amal hingga tragedi yang menimpa keluarganya semakin menambah daftar panjang hal yang dapat diperbincangkan dari sang Putri.

Keluarga kerajaan Valency tidak memiliki seorang putri. Karena itulah, status perempuan tertinggi kedua untuk sementara secara otomatis beralih kepada anak-anak perempuan yang terlahir dari keluarga Duke. Termasuk Serena, ditambah tingkatnya lebih dikuatkan lagi akan fakta bahwa Duke Olive diakui sebagai kerabat terdekat Raja.

Yang Mulia Raja merupakan anak tunggal, pun juga dengan ayahnya, tetapi kakek sang Raja memiliki adik yang berbeda ibu dan itulah asal usul buyut Serena.

Dengan alasan menjaga keturunan murni, sang Raja memilih keluarga Olive sebagai rumah bagi Ratu selanjutnya. Atau mungkin pula mereka mengincar kekuatan dari keluarga Olive yang terkenal tidak pernah memihak. Mereka memiliki sejarah panjang yang dibangun leluhur akan kemandirian tanpa condong ke salah satu kekuatan di kerajaan. Karena bahkan tanpa dukungan pihak luar, Keluarga tersebut tetap dapat berdiri tegar.

Terperangkap dalam lingkungan yang diidamkan banyak gadis lain membuat semua mata secara alami berekspektasi tinggi. Di Valency perkataan seperti, 'contohlah Putri Serena' atau 'semoga menjadi seperti putri Serena' sudah biasa terdengar diucapkan oleh para ibu maupun pemuka agama saat perayaan kelahiran bayi perempuan maupun petuah sehari-hari. Entah itu keluarga rakyat biasa maupun keluarga bangsawan. Sebesar itulah dampak yang dibawa oleh sang Putri. Banyak orang mempercayai bahwa ia adalah masa depan cerah bagi Valency.

Dan entah sebuah kemalangan atau kemujuran, Serena secara suka rela menyanggupi untuk memikul ekspektasi tersebut.

************

Harapan besar akan pemimpin yang adil, akan masa depan yang indah bergelayut menjadi beban tanggung jawab besar bagi para pemimpin. Tetapi lucunya, beban itu entah bagaimana turut terbang dan hinggap pada pundak rapuh milik seorang gadis.

Meski menurut aturan Valency seorang perempuanpun dapat secara sah memiliki gelar dan memimpin tanahnya sendiri dengan tentunya aturan yang lebih ketat, tetapi jumlahnya masih minim. Tak luput pula perspektif laki-laki sebagai pemimpin masihlah kuat tertanam dipikiran. Namun lagi, selain Vieno sang putra mahkota, nama Serena seringkali turut disebut dalam harapan orang-orang agar dapat memimpin dengan bijak.

Karena itulah semakin banyak mata yang memandang. Dan entah sebuah prediksi yang beruntung atau bukan, Serena dibesarkan dengan ketat. Kesempurnaan bukanlah lagi sebuah pilihan melainkan sebuah kewajiban. Kesalahan tidak boleh ada di dalam hidupnya. Dan yang memastikan semua itu adalah mendiang Duchess Olive sendiri, Viviane Calestine, ibu dari Serena.

Seperti inilah sekarang gadis itu. Gadis yang disanjung sebagai putri yang sempurna kali ini tengah memandangi pantulan dirinya di cermin. Sepasang bola mata hijau kebiruan bagaikan telaga yang jernih dibingkai dengan bulu mata lentik, rambut panjang berwarna kuning gandum juga hidung mungil yang lancip disempurnakan bibir tipis kemerahan. Semua orang akan menyanjung tampilan sang Putri.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang