Bab 16

3.1K 349 12
                                    

"So we can laugh without being tainted like a child.
I will always be your white light
Like a childhood fairy tale,
Like an innocent dream,
I will embrace you."

Gfriend – White

*****************

Aroma menggiurkan dari roti yang baru saja dipanggang ditambah lembutnya mentega dan berbagai selai buah menggoda untuk dicicipi menarik setiap insan untuk mendekat. Antrian rapi telah terbentuk bahkan sebelum toko benar-benar dibuka dengan jelas menunjukan betapa tinggi reputasi toko tersebut. Dan diantara mereka yang melintas, sebuah rombongan kecilpun ikut terpikat dengan aroma juga pemandangan yang tak biasa.

"Apa itu toko roti yang terkenal di daerah ini?"

Serena mengangkat topi yang ia kenakan untuk memperbaiki jarak pandangnya. Bertanya pada seorang gadis pelayan yang bertugas menemaninya hari ini.

Bertha, gadis dengan rambut kecokelatan yang diuntun dua rapi ikut melihat pada toko yang ditunjuk nonanya. Segera ia menganggukan kepala begitu mengenali papan nama toko yang sengaja dibuat besar dengan warna mencolok untuk menarik perhatian.

"Benar nona, mereka adalah salah satu toko roti dan kue yang paling terkenal di ibu kota. Mereka bahkan pernah beberapa kali ditunjuk menjadi penyedia makanan ketika festival berlangsung."

Bertha segera menuturkan segala informasi yang ia tahu untuk memuaskan sang putri. Gadis ini telah dilatih sedemikian rupa hingga mau memanggil Serena dengan panggilan nona. Tidak akan ada hal baik yang datang dengan mengumumkan bahwa seorang Putri tengah berjalan santai di keramaian pada khalayak umum.

Serena menganggukan kepala singkat sebagai respon.

"Apa Nona ingin mencicipi kue dari toko itu?"

Bertha bertanya karena setelah tiga puluh menit berkeliling tanpa suara, akhirnya Serena bertanya tentang sesuatu.

"Kita mampir di perjalanan pulang saja."

Serena tidak ingin membuang waktu dengan ikut mengantri panjang di depan toko mengingat saat ini adalah jam makan siang. Lebih baik membeli ketika perjalanan pulang sehingga mereka mungkin bisa mencicipi setelah makan malam. Serena kembali melangkah ringan. Menyadari sang nona yang kembali berjalan Bertha segera mengikutinya.

Hari Jumat yang cerah. Empat hari setelah Serena mulai hidup barunya, juga empat hari yang penuh dengan usaha agar ia dapat meyakinkan Elliot mengizinkannya pergi ke luar sendirian. Awalnya pria itu bersikeras untuk ikut, namun karena undangan sang Rajapun jatuh tepat di hari ini, ia tidak dapat menemani Serena. Hingga akhirnya disinilah Serena, ditemani seorang pelayan dan tiga orang pengawal. Berjalan santai di tengah distrik terramai ibu kota yang selama ini belum pernah dikunjunginya.

************

"Bertha, katakan seperti apa tempat asalmu?"

Serena mengajukan pertanyaan tak terduga di sela makan siang atau bisa dikatakan sorenya. Bertha yang terkejut hampir saja menjatuhkan sendok berisi sup yang hendak disuapkan. Seumur hidup, ia tidak pernah membayangkan dapat bertemu langsung dengan Putri mahkota. Jangankan berbincang, melihat bayangannya saja rasanya hanyalah sebuah khayalan. Tetapi nyatanya disinilah Bertha, tidak hanya melihat dan bercakap langsung, iapun tengah santap sore bersama sang Putri.

"Uh- saya berasal dari desa Barius di perbatasan paling barat dari wilayah Duke Olive."

"Lanjutkan."

Serena memberikan sedikit dorongan agar gadis ini mau melanjutkan ceritanya.

"Desa ini meski tidak memiliki banyak daya tarik dan sedikit terpencil, tetapi merupakan tempat yang nyaman untuk ditinggali. Kebanyakan dari kami bertanam atau berternak. Orang-orangnyapun ramah, setiap dari tetangga memperlakukan tetangga lainnya seperti mereka anggota keluarga. Karena dikelilingi gunung udara disana sedikit lebih dingin dari ibu kota, tetapi wilayahnya masih sangat asri. Hutannyapun bukanlah hutan yang berbahaya sehingga anak-anak biasa bermain disana tanpa khawatir terluka atau binatang buas."

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now