Bab 35

1.6K 154 28
                                    

"Oh, why you make me crazy?
Why are you doing this to me?
Make me bleed,
I'm so insane.
I try to erase you,
but you make me cry."

Woodz – Waiting.

******************

Krrtk kkrtk kkrtk.

Suara desisan pelan mengalun. Api yang semula percikan berubah menjadi kobaran, melahap batangan kayu yang dipersembahkan untuknya. Di hadapan perapian yang tidak pernah beristirahat, seorang pemuda duduk dengan nyaman. Entah apa yang dipikirkan hingga sorotnya terfokus pada kepalan tangan.

Berulang kali ia membuka untuk kemudian menutup kembali telapak tangan itu. Telapak tangan yang halus berkat diberi perawatan khusus. Jemari panjang yang diidamkan beberapa kalangan ditambah kuku-kuku yang terpangkas rapi. Guratan urat yang menonjol menunjukan kerja keras yang dilalui.

Helaan nafas kasar kemudian mengikuti. Nada kesal bercampur lelah tanpa sengaja ia keluarkan.

'Masih belum. Masih tidak bisa.'

Ia menggumam kemudian bangkit dari posisinya. Tepat saat suara ketukan terdengar dari pintu.

"Masuk."

Suara derit terdengar begitu izin diberikan.

"Yang Mulia baik-baik saja?"

Pertanyaan langsung terlontar tanpa salam ketika tamunya masuk. Tetapi bukan jawaban yang diberikan, ia justru mengernyit ketika mendapat pertanyaan.

"Apa maksudmu?"

"Dari ekspresi sudah dapat terlihat jelas." Pria itu membalas.

"Daniel, aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan." Suaranya ketus ketika temannya semakin menatapnya dengan sorot iba.

"Apa yang tidak dimengerti? Aku bertanya keadaanmu, bagian mana dari pertanyaanku yang tidak jelas?" Daniel melipat tangannya di depan dada.

"Ck. Kapan kau menukar tugasmu jadi Dokter istana?" nada mencemooh sengaja diperjelas.

Daniel pada akhirnya hanya dapat menggelengkan kepala melihat tingkah temannya ini.

"Sudahlah, aku mengalah. Aku datang untuk menyampaikan sesuatu."

"Katakan."

"Apa kau sudah bertemu pangeran Felix?"

Mendengar pertanyaan itu, keningnya segera berkerut.

"Felix? Apa maksudmu? Dia seharusnya masih ada di akademi."

"Benar, tetapi sebuah kiriman untuknya datang dari akademi." Daniel terlihat hati-hati ketika mengatakannya. Membuat ia turut mencerna.

"Tapi Felix belum sampai di istana, . . mungkinkah?"

Tatapan mereka saling bertemu, hingga kemudian Daniel mengangguk pelan.

"Kemungkinan terbesar anak itu mencari putri."

Suara nafas yang dihembuskan kasar terdengar begitu pikirannya dieja oleh Daniel. Suara tawa mencemooh terdengar kemudian.

"Anak itu memang mudah ditebak."

Namun sorot mata yang dibuatnya sama sekali tidak mendukung tawa tadi.

'Jika itu Felix, dia pasti menemukannya.'

Dia yang dicari olehnya selama berpekan-pekan, dia yang tak bisa ditemukan olehnya bahkan hingga energinya hampir habis terkuras.

Sementara itu Daniel tidak merespon lagi. Ia hanya mengamati sang pangeran yang larut dalam pikiran. Sesuatu yang ditangkap oleh pengamatan Daniel hingga ia tidak tega mengganggu.

Kingdom Stories : The Abandoned CrownWhere stories live. Discover now