BAGIAN 18

47 51 4
                                    

Masih terlalu pagi bagi Ahra untuk beranjak dari tempat tidur. Sekitar setengah jam yang lalu dia terbangun karna mimpi aneh baginya. Saat akan melanjutkan kembali tidurnya, bayangan dalam mimpinya terus muncul. Akhirnya dia hanya berbaring dan memainkan ponselnya. Ada pesan masuk dari El.

El: "Kenapa kau sudah bangun? Ini baru jam 4 subuh"

Me: "Aku terbangun karna mimpi, tapi tidak bisa melanjutkan tidur lagi"

El: "Sudah jangan dipikirkan, itu hanya mimpi"

Me: "Iya, kau sendiri kenapa belum tidur?"

El: "Aku tidak bisa tidur, sepertinya sudah terbiasa tidur bertiga denganmu dan Fai, jadi saat tidur sendiri rasanya aneh"

Me: "Harusnya kau jual saja apartemenmu itu, kau tinggal bersama kami disini"

El: "Akan kupikirkan nanti"

Me: "Terserah kau sajalah"

El: "Baiklah, kita lanjutkan nati ya"

Me: "Baiklah"

Ahra menyimpan ponselnya dan kembali mengingat mimpinya. Bukan tanpa alasan Ahra terus memikirkan mimpinya itu. Sudah lama sejak dia memutuskan untuk tidak lagi mengingat masa lalunya. Baru kali ini dia memimpikan mendiang sang ayah.

Mimpi itu seolah benar-benar nyata. Sosok ayahnya yang lemah lembut berdiri didepannya. Tatapan sendunya, senyum menenangkannya juga kata-katanya yang membuatnya tidak bisa lupa. Ahra ingat benar yang dikatakan ayahnya dalam mimpi itu.

"Anak ayah sudah dewasa, sudah mengerti tentang hidup yang tidak mudah, apapun yang terjadi ayah selalu bersamamu, ayah percaya kau bisa menghadapi setiap masalah yang datang, pria itu akan memberikan kebahagiaan untuk putri kesayangan ayah", Tangannya mengusap lembut rambut Ahra.

"Ayah tau kau masih ragu dengan perasaanmu, ayah tau meski niatmu tidak ingin membuat orang sekitarmu mendapat masalah, kau juga ingin membahagiakan ibu dan adikmu, percayalah perlahan kau akan menerimanya sebagai sosok pengisi hatimu"

Perlahan bayangan ayahnya memudar, lalu menghilang.
Ahra menghela napas dan perlahan menangis. Dia merindukan ayahnya lagi. Selalu seperti ini, padahal sebelumnya dia bisa menahan rasa rindunya pada sang ayah.

Meski setiap hatinya gundah, nama ayahnya yang disebutnya, namun dia bisa lupa setelahnya. Namun tidak kali ini.Apa ini ada hubungannya dengan keinginannya untuk mengingat kembali memori masa kecilnya.

Ahra mencoba menghentikan tangisnya, tapi bukannya berhenti dia semakin terisak, membuat Fai yang tidur disebelahnya terbangun.

"Ahra, kau kenapa? Ada apa??" Tanya Fai dengan suara khas laki-lakinya.

Dia panik saat mendapati Ahra menangis sesenggukan.

"Ahra, ayo katakan ada apa? Kau mimpi buruk?" Kali ini Fai menghadapkan tubuh Ahra kearahnya.

Ahra hanya membalas pertanyaan Fai dengan menggelengkan kepala.

"Sudah-sudah, tidak perlu dipikirkan, anggap saja itu bunga tidur ya" Kata Fai menghibur Ahra. Perlahan Ahra mulai berhenti menangis.

Love Story Of Sharga & Ahra ✅(Tamat)Where stories live. Discover now