BAGIAN 27

42 33 11
                                    

Hai....... Sebelumnya aku minta ma'af kalo cerita ini banyak bgt kekurangannya. Maklumi ya karna aku masih tahap belajar.

Selamat membaca semua.........

🌸🌸🌸

Suasana hening dikoridor rumah sakit itu tampak jelas terlihat sejak beberapa menit yang lalu. Fai terlihat tegar setelah mendengar salah satu sahabatnya mengalami luka cukup serius dipunggung akibat ditusuk pisau. El tidak berhenti menangis. Aro dan Diaz diam dan sesekali menenangkan Sharga. Pria itu tampak terpukul. Penampilannya acak-acakan dengan noda darah dikemejanya.

Diaz menyarankan untuk pria itu pulang dan mengganti pakaiannya. Tapi dengan tegas Sharga menolak. Dia tidak ingin sedikitpun beranjak dari tempat itu.

Diruang operasi itu, wanita yang dicintainya tengah berjuang. Bertaruh antara hidup dan mati. Jika diijinkan, ingin rasanya dia menggantikan tempat Ahra.

"Ahra.... Dimana Ahraku" Itu suara ibu Ahra yang datang bersama Hirham.

Beberapa menit yang lalu, Fai memang menghubungi Hirham. Walau bagaimanapun, ibu dan adik Ahra harus tau keadaan Ahra.

"Dimana Ahra, Sharga? Katakan dimana?" Ibu Ahra berteriak histeris. Tangannya memegang bahu Sharga dan mengguncangnya.

Meski tidak sedekat orang tua lainnya. Dia tetaplah seorang ibu. Tetap sakit melihat anaknya terluka.

"Ibu, tenanglah" Kata Hirham sambil memeluk ibunya.

Adik Ahra itu memang terlihat lebih tenang daripada sang ibu. Tapi yakinlah, ada kekhawatiran dimanik mata serupa Ahra itu. Dibanding siapapun, Hirham adalah orang yang paling terpukul mendengar kabar tentang kakaknya.

Mereka memang tidak dekat. Tapi ikatan darah antara keduanya mampu mematahkan segalanya.

"Ma'afkan Sharga ibu, ma'af tidak bisa menjaga Ahra dengan baik" Kata Sharga dengan kepala menunduk. Tangisnya pecah. Tidak berani menatap pada ibu dari tunangannya itu. Rasa bersalah terus menghantuinya.

"Ini bukan salahmu, ini terjadi karna memang takdir, berhenti menyalahkan dirimu sendiri" Kata Hirham.

"Tapi tetap saja ini salahku, aku lalai menjaga Ahra, aku gagal menepati janjiku untuk tidak membuatnya terluka" Sharga masih tertunduk didepan ibu Ahra.

Tidak ada kata-kata yang terucap dari ibu Ahra. Entah apa yang kini ada dipikiran wanita yang telah melahirkan Ahra itu. Air matanya terus mengalir membasahi kedua pipinya yang mulai keriput.

"Sudahlah yang terpenting kita berdo'a semoga Ahra baik-baik saja" Kata Hirham.

Hirham menuntun ibunya duduk dikursi tunggu bersama Fai dan El. Kedua sahabat Ahra itu memeluk ibu Ahra. Ikut merasakan kesedihan yang dirasakan ibu Ahra.

Hirham melangkah mendekati pintu ruang tempat Ahra dioperasi. Walau tidak bisa melihat keadaan didalam, Hirham tau dokter dan perawat tengah berusaha menolong kakaknya.

Hirham meletakkan telapak tangannya dikaca pintu ruangan itu. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Tuhan, aku mungkin bukan adik yang baik untuknya, bukan adik yang selalu ada untuknya, bukan adik yang mengerti segala keluh kesahnya, tapi Tuhan bolehkah aku meminta satu hal untuknya, berikan dia kesempatan bahagia, aku percaya dia tidak pernah melupakan-MU, aku percaya dia selalu menyertakan nama-MU disetiap langkahnya, aku mohon selamatkan dia, jangan biarkan kami kehilangan sosoknya" Pertahanan Hirham runtuh. Tetes air mata kini berjatuhan. Dia menangis. Seberapa kuatpun dia untuk menahan air matanya. Pada akhirnya runtuh juga. Ternyata dia tidak sekuat itu.

Love Story Of Sharga & Ahra ✅(Tamat)Where stories live. Discover now