BAGIAN 2

110 92 31
                                    

Ahra menatap sekeliling sambil mengerutkan keningnya. Dia sangat asing dengan rumah didepannya saat ini.

"Ini rumah siapa? Kenapa kita disini?" Tanya Ahra bingung. Dia menatap Hirham yang ada disampingnya.

"Sebaiknya kita masuk dulu kak, akan kujelaskan didalam" Jawab Hirham terlihat gugup.

"Aku tidak mau, ini rumah siapa?" Kata Ahra menolak, lalu berjalan berbalik ingin meninggalkan Hirham.
Dengan cepat Hirham menghentikan langkah Ahra.

"Ini rumah kita kak, ibu ada didalam, masuklah dulu, aku akan menceritakannya didalam nanti", Ucap Hirham meyakinkan Ahra.

Ahra tampak ragu dan menatap Hirham penuh selidik. Perasaannya tidak menentu, rasa gelisah yang beberapa menit tadi menghilang kini datang lagi.

Ahra belum beranjak dari tempatnya berdiri. Dia menatap kearah rumah minimalis didepannya. Ahra sedikit tidak percaya jika rumah itu adalah rumah milik ibu dan adiknya.
Selama ini ibu dan adiknya tinggal disebuah kontrakan. Ahra belum memiliki cukup uang untuk membeli rumah. Jadi mana mungkin dalam waktu singkat ibu dan adiknya bisa membeli rumah dan tanpa sepengetahuan Ahra.

Ahra tau benar itu hal yang mustahil. Adiknya, Hirham hanya seorang kuli bangunan yang penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Sementara ibunya hanya bekerja sebagai pengasuh anak. Setiap bulan, gajinya juga untuk membayar uang kontrakan jika Ahra belum mengirimi uang. Jadi akan butuh waktu yang tidak sebentar untuk membeli rumah yang cukup bagus.

"Ayo kita masuk, kak" Suara Hirham menyadarkan Ahra.

Lagi-lagi Ahra menatap rumah didepannya. Lalu menghela nafas sebelum melangkah memasuki rumah yang begitu asing baginya.
Ibunya menyambut dengan senang saat Ahra memasuki rumah.

Ahra memperhatikan ruang tamu yang cukup luas dengan sofa sederhana disudut ruangan. Dibanding tempat kost Ahra dan Fai, ruangan ini dua kali lipat lebih luas. Ahra hanya diam saat ibunya menuntunnya duduk disofa.

"Kau kurus sekali Ahra, apa kau tidak makan dengan benar?" Celoteh ibu Ahra sambil menepuk pundak Ahra pelan.

"Ibu, ini rumah siapa? Kenapa ibu dan Hirham tinggal disini? Apa ibu menyewa tempat ini?" Tanya Ahra yang balik bertanya, mengabaikan pertanyaan ibunya.

Ahra menatap ibunya berharap mendapat jawaban dari kebingungannya. Tidak ada jawaban, ibu Ahra terdiam. Ahra masih menatap ibunya, menunggu jawaban. Adik Ahra muncul setelah beberapa saat menghilang entah kemana.

"Kak, ibu sudah memasak makanan kesukaan kakak, bagaimana jika kita makan dulu, ibu belum makan karna menunggu kakak" Kata Hirham memecahkan suasana yang sedikit tegang itu.

Dia menarik tangan Ahra menuju ruang makan.
Lagi, Ahra dibuat tidak bisa berkata-kata. Kali ini dia yakin, rumah itu bukan rumah yang dikontrak ataupun disewa ibu dan adiknya.

Rumah itu luas dan besar, jika menyewa atau mengontraknya, sudah pasti mahal. Ibunya tidak mungkin juga menyewa rumah mahal-mahal. Ahra tau, ibunya sangat perhitungan jika itu menyangkut masalah uang. Dibanding harus menyewa, lebih baik uangnya ditabung untuk membeli rumah. Jika tidak menyewa, lalu rumah siapa ini. Hal itu lah yang terus menjadi pertanyaan dipikiran Ahra.

🌸🌸🌸

Suasana diruang tamu itu sangat tegang. Ahra duduk diantara ibu dan adiknya. Sudah sekitar 10 menit mereka tidak ada yang memulai pembicaraan. Ibu Ahra menunduk tidak berani menatap kearah Ahra. Begitu pula adik Ahra yang sibuk meremas kedua tangannya.

Love Story Of Sharga & Ahra ✅(Tamat)Where stories live. Discover now