Love From Mafia Part 63 Pergi Saja Jangan Kembali

87.6K 4.3K 110
                                    

hy gaes.. untuk besok aku enggak tau bisa up atau enggak. kalau nnti malem ada spoiler di ig atau aku umumin di pesan berarti aku bsok up, kalau enggak ada berarti aku enggak up.. ok see u, happy reading gaess..





Berita tertembaknya Bara masih simpang siur, ada yang percaya jika Aldebara Reonando Hopskin tertembak, namun ada juga yang tidak percaya, bahkan sebagian orang berkomentar jika berita penembakan Bara itu hanya akalan akalan beberapa orang untuk menutup berita tertangkapnya Erico dan Ariano, karena Bara sendiri berada di kubu Jonnas Khiel, musuh dari Erico dan Ariano walau tidak kentara, namun banyak pengusaha yang tau bagaimana Erico dan Ariano berusaha menjatuhkan Jonnas Khiel dari dulu.

Ariano yang menonton berita di televisi hanya bisa tertawa, jika keluarga Jonnas Khiel belum memberikan klarifikasi sama sekali berarti Bara tidak dalam keadaan baik baik saja.

“Honey tambah lagi,” Ariano meminta perempuan yang berdiri di sampingnya untuk menuangkan wine dalam gelasnya yang telah kosong.

Perempuan setengah telanjang itu mendekat, menuangkan wine dalam gelas Ariano.

“Kamu makin sexy, malam ini kamu yang temani aku,” Ariano meremas bokong perempuan itu membuat sang perempuan mengaduh manja.

“Sepertinya kau sedang senang,” Erico datang ke bersantai, melihat Ariano menggoda jalangnya.

“Aku berharap Bara mati, dengan begitu Jonnas bisa kita hancurkan, Jonnas belum merilis berita penembakan Bara, namun Axel telah memenjarakan anak buahmu, tapi sayangnya mereka tidak akan mendapatkan hasil apapun, keempat orang itu telah meregang nyawa.” Ariano meneguk winenya, dia sedang Bahagia.

“Kamu benar Ariano, kita harus berpesta, malam ini kita akan berpesta,” Erico menyetujui usulan Ariano.


****



“Kenapa kamu kembali?.” Tanya Bara, setelah dia mendapat kesempatan bersama Ciara berdua, setelah tadi Axel, Keano, Daddy, Mommy menjaga dirinya.

“Bara,, aku,, aku,,” Ciara tidak tau apa yang akan dia katakana, melihat Bara terbaring di tempat tidur seperti kemarin membuatnya kehilangan akal, dia takut, takut Bara seperti Ibra.

“Pergilah jika kamu ingin pergi, aku tidak membutuhkanmu lagi, kamu bisa mengejar cinta sepihakmu.” Apa yang dikatakan Bara barusanya sangat sangat menohok hatinya.

Selama dua tahun ini Ciara mati matian menahan rasa bersalahnya pada Ibra dan Esna, Ciara menekan perasaannya pada Ibra sedalam mungkin, menyibukan dirinya dengan semua pekerjaan yang diambilnya, hingga Ciara benar benar lupa jika dirinya mencintai Ibra, dan saat Ciara bertemu dengan Bara, menikah dengan Bara Ciara mulai berani membuka perasaannya, namun dia lupa, jika Bara bukan orang yang mudah untuk dia gapai.

“Bara,, aku,, aku,, aku,, tidak mau pergi, aku ingin bersamamu,” Bara tersenyum sinis, sungguh, apa yang diucapkan Ciara barusan benar benar di luar fikiran Bara.

“Aku tidak menerima orang yang mengkhianatiku. Jika kamu bukan anak Daddy dan Mommy, mungkin saat ini kamu benar benar tinggal nama, jadi pergilah selama aku masih membiarkanmu pergi tanpa terluka sedikitpun,” Bara mengucapkan kata katanya tanpa memandang Ciara sama sekali, tatapan lurus menghadap tembok, seolah olah tembok itu lebih indah di pandang dari pada Ciara.

“Bara,, aku tidak pernah mengkhianatimu, aku sama sekali tidak berkhianat, aku,,,,” Ciara menjeda ucapannya sebentar, dia menarik nafas sedalam dalamnya, untuk menenangkan dirinya.

“Bara, Aku kalah,, karena aku telah mencintai kamu, aku bodoh bukan? selalu mencintai laki laki yang tidak pernah menganggapku ada, aku bodoh karena mencintai laki laki yang tidak bisa aku gapai, aku bodoh kan mencintai laki laki yang tidak bisa membalas cintaku, aku benar benar bodoh,, bagaimana bisa aku mencintai kamu Bara,, aku benar benar bodoh,” Bara mengepalkan telapak tangannya, mendengar apa yang di katakan Ciara barusan, hati Bara seperti di hantam ribuan palu hingga membuatnya ngilu.

“Jika itu mau kamu, aku akan pergi Bara, selamat istirahat,” Ciara bangkit dari duduknya, dia melangkah keluar dari kamar inap Bara.


Sementara Axeld an Keano yang berjaga di luar kaget melihat Ciara keluar dari kamar inap Bara, pasalnya dari tengah malam sampai menejlang sore Ciara benar benar tidak mau lepas dari Bara.

“Ciara ada apa?.” Tanya Axel,.

“Bara ingin istirahat, jadi aku keluar, tanpa sadar aku telah mengganggu istirahatnya,” Alasan yang masuk akal bagi sebagian orang namun tidak untuk Axel dan Keano yang sama sama memiliki jiwa detective.

“Emmm, kamu juga bisa istirahat Cia, mau aku antar ke kamar?.” Tanya Axel, namun Ciara menggeleng..

“Aku ingin pulang, kalau boleh.” Balas Ciara pelan, Axel dan Keano malah saling lirik.

“Nona bisa istirahat di mansion, kalau begitu saya yang akan mengantar Nona,” Keano mengajukan diri untuk mengantar Ciara. Ciara hanya mengangguk, Keano langsung mengantar Ciara pulang, karena Keano tau Ciara juga lelah.


Setelah memastikan Ciara dan Keano masuk dalam lift, Axel masuk kedalam kamar inap Bara. Axel tidak bertanya mengenai Ciara, itu urusan rumah tangga Ciara dan Bara, Axel tidak mau ikut campur.

Bara melepas infusnya, dia berjalan pelan menuju Axel yang duduk di sofa, Bara benar benar gila, padahal baru beberapa jam yang lalu dia siuman pasca operasi, kini sudah melepas infus dan berjalan jalan di dalam kamar rawatnya.

“Enggak istirahat lo?.” Tanya Axel, dia memakan buah buahan yang tersedia di meja depanya.

“Capek,” Balas Bara santai, dia bersender di sofa, beruntung sih, jahitannya ada di depan semuanya jadi punggungnya aman, tapi tetap aja ngilu ngilu sedap kalau orang yang baru pertama kali operasi setelah selesai operasi  besar langsung duduk kaya gitu.

“Keempat orang itu tewas tadi siang, sepertinya mereka meminum obat bunuh diri, jaid kita tidak tau siapa dalang dari pembobolan data di perushaan Daddy,” Axel menjelaskan permasalahan yang membuatnya tidak berhenti berfikir sejak tadi,

“Aku tau mereka suruhan siapa, kamu kira mereka mudah membobol data di perusahaan Daddy itu bukan karena aku?,” Balas Bara. Bara entah dari mana memiliki fikiran jika target selanjutnya perusahaan Daddynya, dengan berat hati Jonnas mengizinkan Bara untuk mengubah beberapa kode keamanan perusahaan, dan juga menyediakan uang cash di perusahaan, lebih tepatnya di ruangan manajer keuangan..

“Kenapa enggak bilang coba, pusing nihh kepala mikir sana sini,” Balas Axel, Bara benar benar keterlaluan.

“Sengaja,.” Axel benar benar ingin memutilasi Bara, bisa bisanya Bara membuat dirinya pusing, belum lagi dia di terror banyak awak media yang ingin tau keadaan Bara, sungguh nasibnya sedang buruk kali ini.

“Apa yang selanjutnya akan kamu lakukan Bara?,” Tanya Axel, lebih baik Axel bertanya sekarang, jadi kalau ada apa apa Axel tau, dari pada kaya tadi, dia bingung sendiri karena Bara tidak memberitahunya.

“Tentu saja orang orang harus tau kejahatan Ariano dan Erico, bukti bukti yang telah aku kumpulkan akan segera aku berikan ke awak media, beserta data data polisi yang mereka suap, mereka kira mudah memanipulasi seorang Bara.


****



Ciara baru saja sampai di mansion, dia langsung memeluk Catya, menumpahkan semua tangisannya dalam pelukan Catya yang hangat, membuat Ciara nyaman untuk bersandar dari rasa lelah yang melandanya.

Catya tidak tau apa yang terjadi dengan Ciara, namun Catya membiarkan Ciara menangis dalam pelukannya hingga Ciara puas.

“Sayang,, kamu sudah pulang, Daddy dan Mommy baru saja mau siap siap ke rumah sakit lagi,” Jonnas datang ke ruang tamu setelah pelayan memberitahu jika Ciara telah pulang.

“Iya Dad, Bara menyuruh Ciara untuk istirahat di mansion dulu.” Jonnas mengangguk.

“Yaudah, sekarang kamu istirahat dulu, Mommy akan meminta pelayan menyiapkan makan malam untukmu, Daddy dan Mommy akan ke rumah sakit sebentar untuk melihat kondisi Bara, kamu enggak papakan kita tinggal sebentar?.” Tanya Jonnas, Ciara hanya mengangguk.


Ciara hanya berdiam diri di kamarnya bersama Bara, kamar yang luas ini terasa dingin dan sepi tanpa Bara. Pelayan telah mengantarkan makan malam untuk Ciara mungkin tiga puluh menit yang lalu namun Ciara belum ada niatan untuk makan malam, fikirannya masih campur aduk.


Tanpa disadari pengawal, ada seseorang yang menyelinap masuk kedalam mansion melalui jalur belakang, dimana jalur belakang hanya penghuni mansion dan beberapa pelayan kepercayaan yang tau letak pintu itu.

mengendap endap, setelah memastikan aman tanpa penjagaan, orang itu langsung menuju mansion utama, walau jaraknya cukup jauh namun dia hafal jalur yang harus di laluinya.

Dari kejauhan dia melihat beberapa pelayan telah kembali ke pavilium, berarti hanya Ciara yang ada di rumah utama, dia telah mengintai dari tadi siang mansion ini, sebelum ke pintu belakang dia telah menunggu di pintu depan, jadi dia tau hanya Ciara yang ada di mansion ini..

Menuju lantai tiga lewat tangga belakang cukup melelahkan untuknya, namun tidak apa selama dia bisa menhancurkan Bara dan Ciara.

Lihat saja, ketika Bara bangun Ciara telah pergi meninggalkannya, Bara harus merasakan kehancuran, Bara harus tau bagaimana hancurnya kehilangan orang yang dia cintai.

Membuka pintu penghubung antara balkon dan ruang santai dengan pelan, dia tentu tau kebiasaan jika pintu di lantai tiga jarang di kunci, ini benar benar mempermudahkannya untuk menyelinap masuk..

Tujuan utama kini hanya kamar Bara, dia yakin Ciara ada di kamar Bara, setelah memastikan tidak ada pelayan yang berjaga, orang itu langsung berjalan ke lorong menuju kemar Bara.


Ciara yang malas di kamar memutuskan untuk keluar dari kamarnya, dia butuh udara segar untuk menenangkan fikirannya, di tambah dia sedang hamil membuat hormonnya naik turun..

Baik Ciara maupun orang yang menyusup kedalam mansion Jonnas sama sama kaget, pasalnya mereka sama sama membuka pintu dari arah yang berbeda..

“Akhirnya kita bertemu kembali Ciara,” Ucap penyusup, tujuannya memang membuat Ciara hancur.

“Ahhhh,,, anak itu tertanya masih ada di kandunganmu, ternyata dulu aku gagal membuatmu ke guguran,” Ciara memebelalakan matanya jadi orang yang di hadapannya itu Audrey.

“Au,,dreyy,,,?” Ciara tidak percaya jika Audrey berdiri di hadapannya, tunggu bukannya Audrey berada di rumah sakit jiwa, tapi bagaimana bisa Audrey ada di mansion ini.

“Iya,, ini aku, kenapa? Ada masalah?.” Tanya Audrey.

“Ngapain kamu disini? Bukannya kamu telah dilarang masuk ke mansion ini? jadi lebih baik kamu angkat kaki dari mansion ini sebelum aku panggil penjaga.” Ciara makin pusing dengan kedatangannya Audrey..

“Hahahahahaha,,, ini rumah milik Mommy dan Daddy, kamu tidak berhak atas apa yang ada disini, berani beraninya kamu ngusir aku, aku yang berhak atas apa yang dimiliki Mommy dan Daddy, karena aku anaknya.” Teriak Audrey di hadapan Ciara.

“Anak? Bukannya anak Mommy dan Daddy itu hilang ya? Dan orang tua kamu bukannya adik Daddy Mommy Catya?,” Tanya Ciara balik,.

“Berani beraninya kamu manggil Mommy, ke Mommy Catya, kamu bukan siapa siapa, brengsek..” Audrey mendorong tubuh Ciara sekuat tenaga hingga Ciara jatuh.

“Argggggghhhhh.,…..” Ciara berteriak kesakitan karena Audrey mendorongnya hingga Ciara jatuh.

“Teriak aja,, enggak akan ada yang denger,, hahahahhahahaha,,,, teriak ayooo teriak,,, yang kenceng sekalian..” Adurey menertawakan Ciara, yang kesakitan di lantai.

“Ini akan menjadi akhir untuk kamu dan anakmu.” Audrey berjalan mendekat, Ciara mencoba untuk mundur, namun dia tidak bisa.

“Jangan,,, Audreyyy jangan,,, Tolong,,, tolongggggg,,,,,” Ciara masih saja berteriak meminta pertolongan.

Kaki kanan Audrey telah terangkat, tujuannya adalah perut Ciara yang mulai membuncit di usia empat bulan kandungan Ciara.

Tangan Ciara mencoba menghalau kaki Audrey namun Audrey menepis tangan Ciara dengan kakinya.

“Kamu harus merasakan sakit yang aku rasakan Ciara,, kamu harus mati, kamu harus mati bersama anak kamu,” Kaki Audrey telah menekan perut Ciara namun seseorang langsung mendorong tubuh Audrey hingga Audrey terjatuh di lantai…




ada yang bisa nebak, siapa yang dorong Audrey sampe jatuh???

Love From MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang