Love From Mafia Part 71 Puppy eyes

95K 4.4K 75
                                    

hola gaess.. good night, maaf ya yang udah chat di ig, wattpad, ada.yg ke balas ada yg enggak, aku lgi sibuk tiga hari ini, dan yaaa baru bisa ngetik trus lanjut up, maaf kalau banyak typo ya...

happy reading









Satu bulan telah berlalu, kini kasus Erico Altera dan kawan kawannya telah memasuki babak persidangan atas kejahatan mereka. Hari ini sidang perdana kasus penculikan anak, walau sudah lebih dari dua puluh tahun tapi Jonnas selalu memberikan setiap informasi yang dia dapat pada kelapa polisi,, Jonnas yakin semua usahanya untuk menemukan sang buah hatinya dan memberi hukuman pada orang orang yang bersalah akan membuahkan hasil.

Axel dan Bara yang datang ke pengadilan untuk menyaksikan persidangan Erico cukup puas dengan hasil kali ini, pengacara dari Erico pun tidak bekutik dengan pengacara keluarga Jonnas karena bukti bukti telah di depan mata.

“Sidang kalai ini cukup berjalan dengan sukses, tapi kita tidak boleh lengah,” Axel berkomentar.

“Hemmm,,, aku pergi dulu, Cia mau ke Dokter kandungan.” Axel hanya mengangguk, Bara meninggalkan Axel di ruang sidang yang masih menyaksikan jalannya sidang.

Awak media memnag di perbolehkan masuk untuk meliput namun hanya di batasi saja, diharapkan tidak menganggu jalannya sidang perdana kali ini.

“Huhhhh,, emang orang kaya ya,, kasus lama di ungkit lagi, buang buang duit aja,” Orang yang duduk di samping Axel menyeletuk, saking fokusnya Axel pada jalannya sidang dia bahkan tidak tau jika ada oarng yang duduk di sebelahnya.

“Bukan buang buang duit, tapi keadilan itu penting,” Balas Axel, entah kenapa Axel mau meladeni perempuan di sampingnya.

“Sama aja,, orang kecil di luar sana mencoba untuk menerima nasib mereka dari pada membuang uang mereka untuk hal hal seperti ini.” Perempuan di samping Axel berkomentar lagi.

“Apa kamu tidak tau apa saja kejahatan yang dilakukan Erico Altera? Hingga kamu dengan mudah mengatakan jika ini semua hanya buang buang uang?.” Tanya Axel lagi, entah kenapa dia ingin membungkam perempuan di sampingnya itu.

“Entah,, aku tidak tau, aku hanya menggantikan temanku untuk meliput, dan aku tidak perduli dengan kasus ini, semuanya hanya buang buang uang saja, tidak ada untungnya untuk banyak orang, juga emang ya orang kaya itu kalau ada maslaah sedikit langsung di besar besarin..” Balas Perempuan di samping Axel.

Axel yang kesal dengan perempuan di sampingnya, menarik kalung pengenal yang di pakai semua awak media yang meliput kali ini.

“Stella Carolline,, sampai ketemu nanti,”  Axel memilih untuk pergi, lihat saja nanti dia akan membuat perhitungan dengan Stella Carolline.


****


Bara sampai di mansion Mommy dan Daddynya, Ciara sudah bersiap karena Bara datang mereka berdua langsung pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Ciara, tidak terasa sudah lima bulan Ciara mengandung anak mereka,

“Selamat siang Mommy, selama siang sayang,, gimana udah siap?.” Tanya Bara ketika melihat Ciara sedang membaca majalah di sofa bersama Mommynya.

“Siang Bara,,” Balas Catya,,

“Udah,, tinggal nunggu kamu aja,” Bara mengangguk mendengar jawaban Ciara.
“Bentar ya, aku ganti baju dulu,” Ciara menarik baju Bara.

“Kenapa?.” Tanya Bara yang kebingungan melihat Ciara yang menarik bajunya.
“Enggak usah ganti baju, gitu aja,” Ucap Ciara.

“Masa kamu santai gitu aku formal gini jatuhnya malah kaya pengawal kamu tau,” Canda Bara, tapi memang benar sih, Bara masih dengan stelan kerjanya, jas warna hitam, kemeja warna putih, celana khaki warna hitam dan sepatu pantofel warna hitam.

“Ehhhh iya juga ya,, yaudah ganti baju aja sana,” Ciara baru menyadari jika Bara formal banget, kebanting dengannya yang hanya pakai sneakers dan dress ibu hamil aja.


Ciara menunggu Bara ganti baju sambil membaca majalah, melihat majalah seperti ini membuat Ciara kangen menjadi model, dulu wajah Ciara menghiasi beberapa majalah terkenal namun kini tidak ada satupun, sepertinya kariernya memang harus berakhir sampai disini.

“Kenapa sayang kok murung gitu?.” Tanya Catya, tanpa sengaja Catya melihat Ciara yang murung, padahal tadi baik baik saja.

“Enggak papa kok Mom, melihat majalah gini, Ciara jadi kangen pemotretan, ada kebanggaan tersendiri ketika Ciara menajdi brand ambassador tas, baju, perhiasan, sepatu milik brand ternama, tapi memang disinilah akhir dari karier Ciara, namun Ciara tidak menyesal, mungkin ini takdir Tuhan untuk Ciara di tambah Ciara sudah menikah, dulu Ciara berdoa pada Tuhan jika Ciara menikah Ciara ingin berhenti jadi model, fokus mengurus rumah dan suami Ciara,” Ciara memang merindukan masa masa dulu dia sibuk pemotretan, bolak balik Indonesia Singapura, Korea, Jepang dan beberapa negara di asia, dan Eropa, bahkan Amerika, tapi kini Ciara ingin fokus pada kandungannya, Bara, dan kedua orang tuanya.

“Sayang,,” Catya menghampiri Ciara, memeluk Ciara dari samping,

“Mommy bisa bicarain semuanya sama Daddy dan Bara kalau kamu mau jadi model lagi,, gimana?.,” Tanya Catya.

“Enggak mungkin Mom, ditambah karier Ciara benar benar hancur di tambah sekarang Ciara sedang mengandung, Ciara tidak ingin kembali jadi model, walaupun setelah Ciara melahirkan anak Ciara kelak, Ciara ingin merawat anaknya penuh mungkin kalau dia bisa dia ingin merawat anaknya tanpa bantuan nany.

“Jangan sembunyikan apapun dari mommy dan Daddy sayang, apapun yang kamu rasakan beritahu Mommy dan Daddy, Mommy dan Daddy orang tuamu, jadi terbukalah sama Mommy dan Daddy jangan di pendam sendiri sayang, itu enggak baik buat kamu, sebaliknya Mommy dan Daddy juga akan terbuka denganmu, kamu berhak tau apa yang Mommy dan Daddy rasakan, kamu berhak tau apa yang sedang terjadi diantara Mommy dan Daddy,,” Ciara mengangguk, benar apa kata Catya, anak dan orang tua harus terbuka satu sama lain agar tidak terjadi kesalah fahaman nantinya.

“Makasih Mom,” Ciara memeluk erat Catya.


“Mommy sama Ciara kenapa kok nangis?.” Tanya Bara, Bara baru saja sampai di lantai satu, ketika dia keluar dari lift malah menemukan Mommy dan Ciara saling berpelukan dan Mata Mommy sembab.

“Enggak papa kok,, Mom Ciara berangkat ke rumah sakit dulu, salam untuk Daddy ya Mom.” Catya mengangguk.

“Bara dan Cia berangkat dulu Mom,” Pamit Bara. Catya mengangguk.


Seperti yang sudah sudah jika bepergian Bara selalu mengemudikan mobilnya sendiri, tentu saja Ciara yang memintanya, mau tidak mau Bara menuruti permintaan Ciara.

Dalam perjalanan ke rumah sakit Ciara sibuk dengan ponselnya, lusa dia dan Bara akan kembali ke Indonesia karena masalah di London telah selesai, walau Ciara sudah nyaman tinggal di London tapi dia juga merindukan Indonesia, tempat dimana dia dilahirkan dan di besarkan.

“Kenapa kok seneng banget?.” Tanya Bara. Melihat Ciara yang senyum senyum sendiri membuat Bara penasaran.

“Ini anak anak panti lagi main ke Dufan, melihat mereka tertawa lepas membuatku tersenyum, mereka terlalu banyak menderita dan sekarang, sebisa mungkin aku, Ibu Amanda, Esna akan membuat mereka lebih banyak tersenyum.

“kamu kelihatannya akrab banget sama mereka walau kamu sudah jadi model?.” Tanya Bara lagi, kebanyakan orang akan melupakan asalnya dari mana setelah mereka sukses.

“Enggak, aku menyayangi mereka,, Bu Amanda terlalu banyak berkorban untuk kita semua, aku bekerja keras selama ini untuk mereka dan untuk dia yang telah pergi, dulu sebelum aku bertemu dengan Mommy dan Daddy, juga kamu, mereka keluargaku, mereka orang yang memberiku semangat, mereka yang menguatkanku,,” Bara tidak menyangka Ciara telah melewati hal hal yang sangat berharga baginya, keluarga pantinya suportsystem yang sangat berharga untuk Ciara Bara tau itu, setiap membicarakan Ibu Amanda dan anak anak panti binar kebahagiaan di mata Ciara tidak pernah pudar.

“Emmm,,, gimana kalau aku perluas bangunan di panti asuhan, agar lebih banyak yang tinggal di panti asuhan? Sebenarnya gangster La Zetas banyak berkeliaran di jalan, mereka juga mengurus anak anak jalanan yang terlantar, walau mereka tidak banyak memberi kontri busi tapi yang aku tau mereka menjaga anak anak jalanan meberi tempat tinggal walau tidak begitu layak karena itu inisiatif beberapa kelompok, kalau kamu mau, aku bisa perluas panti asuhan lalu anak anak yang ada di jalanan bisa tinggal di panti asuhan, sekolah, dan mereka tidak perlu mencari uang lagi, gimana usulku kamu setuju?.” Tanya Bara, Ciara terdiam sejenak karena Ciara sendiri tidak tau mau bicara apa.

“Aku enggak tau, tapi kalau kamu mau kamu bisa bertanya pada Ibu, karena Ibu pemilik panti asuhan dan Ibu juga yang mengelola, aku hanya membantu sedikit tidak banyak kontribusiku dalam perkembangan panti asuhan,,” Balas Ciara, Bara hanya mengangguk.

“Kalau aku ada waktu luang aku akan menemui Ibu Amanda,” Balas Bara.

“Tapi kenapa kamu tiba tiba bicara seperti ini?.” Tanya Ciara penasaran.

“Melihat kamu sangat menyayangi anak anak panti asuhan, aku ingin mempeluas panti asuhan tempatmu tinggal,, supaya panti asuhan bisa menampung lebih banyak anak anak terlantar, walau aku kejam, aku juga memiliki sisi manusiawinya,,” Ciara mengangguk, beberepa kali Ciara ikut acara amal Ciara sesekali mendengar bagaimana Bara memberikan donasi untuk acara amal, bahkan beberapa kali perusahaan Bara ikut mensponsori kegiatan sosial yang cukup fantastis nilainya.

“Aku tau,, dan aku juga tidak akan menyalahkan kekejamanmu, karena aku tidak berhak mengubahmu, yang berhak mengubah dirimu hanya kamu,” Balas Ciara.

“Ohhh yaa,, nanti malam gimana kalau kita dinner?.” Ajak Bara.

“Bolehh,, tapi aku enggak mau di hotel atau restoran, aku pengen dinner di streetfood aja,, yaa,,, boleh ya,, kan aku di London belum pernah jalan jalan malam,, yaaa,,, yyya,a,, bolehhh yyya,,,” Bara mau tidak mau hanya mengangguk,, puppy eyesnya Ciara membuat Bara tidak tahan.

“Yeessss,,,, jalan jalan, babby akhirnya Daddy kamu mau ngajakin kita jalan jalan malam,,” Ciara mengusap usap perutnya yang membuncit.


“Nahhhh,,, udah sampai.” Bara memarkirkan mobilnya di parkiran khusus, dia tidak mau mengambil resiko jika dia parkir di tempat parkir umum.

“Yukkk,, turun” Bara terlebih dulu turun, Bara membukakan pintu untuk Ciara, yang di sambut Ciara dengan senyuman, lucu juga Bara kalau lagi sok romantis gini.
Sepanjang jalan menuju ke Dokter kandungan tangan Bara tidak lepas dari tangan Ciara, Bara menggenggam tangan Ciara seolah olah Ciara Bara berharga yang sangat bernilai harganya, tapi memang iya,, harta berharga Bara yang tidak bisa di tukar dengan apapun adalah Ciara.


Love From MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang