Love From Mafia Part 38 Bukan Main Main

101K 5K 32
                                    

holla gaess.... aku up lagi, baru selesai ngetik ya, klo ada typo harap maklum okkkk.....





Ciara sore ini memeriksakan kandungannya ke rumah sakit tempat biasa di memeriksakan kandungannya, tanpa di temani Bara tentu saja, dengan topi dan masker serta pakaian yang tertutup Ciara memasuki rumah sakit, ini kali ketiganya Ciara datang kerumah sakit, beruntung Ciara telah membuat reservasi sehingga dia tidak perlu ribet mengurus pendaftaran tinggal tunjukan bukti reservasinya maka Ciara tinggal menunggu untuk di panggil perawat.

Melihat ada beberapa wanita hamil yang chek up kandungan di temani suaminya membuat Ciara merasa iri, namun Ciara sadar jika dia tidak mungkin mengajak Bara datang ke rumah sakit atau, kearea public, hubungan mereka memang disembunyikan tidak ada orag yang tau, dan Ciara harap sampai dua tahun lagi akan seperti ini, tidak ada orang yang mengetahuinya.

Perawat menghampiri Ciara, mengajak Ciara untuk masuk, memang tadi Ciara minta agar namanya tidak di panggil, Ciara mungkin masih seorang public figure bagi sebagian orang, dan Ciara tidak ingin ada berita tentang kehamilannya yang tersebar, karena skandalnya bulan lalu aja masih hangat hangatnya dibahas.


Selesai memeriksakan kandungannya dan menebus obat di apotek, Ciara tidak langsung pulang, dia memilih untuk belanja ke supermarket.
Susu ibu hamil, roti gandum, camilan sehat, dan juga ice cream, entah kenapa Ciara ingin makan ice cream dari tadi siang dan di mansion sepertinya stok ice creamnya habis karena dia tidak menemukan ice cream di kulkas.
“Apa lagi ya?” Ciara kebingungan ingin membeli apa, pasalnya semua kebutuhannya telah di siapkan pelayan.
“Kayaknya, udah dehhh,,” Ciara melangkah menuju kasir dengan santai, sesekali dia berhenti untuk mengambil camilan yang sekiranya enak untuk dijadikan ngemil.

“Pak,, langsung pulang ya,,” Ciara masuk kedalam mobil milik Bara yang dia pakai tadi.
“Baik Non.” Balas Supirnya. Sepanjang perjalanan Ciara asik dengan ice creamnya melepas sneakers juga dia mengubah sandraan kursinya agar kakinya ikut bersandar, pegal juga ternyata saat hamil harus jalan sana sini atau menang dasarnya Ciara yang malas jalan aja, tidak memperdulikan ponselnya yang berbunyi dari tadi, lebih tepatnya Ciara mengabaikan orang yang menelfonnya, siapa lagi kalau bukan Bara.

Ciara tadi memang berbohong pada supir dan semua pelayannya jika dia diperbolehkan Bara untuk datang kerumah sakit, yang artinya Ciara diperbolehkan keluar dari mansion. Padahal tidak, bahkan Ciara sama sekali tidak meminta izin Bara.

Mobil mendadak berhenti ketika ada mobil yang tiba tiba berhenti di depan mobil yang di tumpangi Ciara,
“Pak, ada apa?.” Tanya Ciara cukup takut, pasalnya jalanan yang mereka lewati cukup sepi, ditambah ini sore hari menjelang malam.
“Saya tidak tau Non,” Balas supir.
Pintu mobil di ketuk membuat Ciara ketakutan, namun Ciara tidak membuka jendela.
“Pak, mundur aja,” Pinta Ciara,
“Di belakang ada mobil Non,” Ciara langsung menoleh, dan benar saja ada mobil, namun sepertinya mobil di belakang tidak asing, bukannya itu mobil Bara?. Jangan jangan Bara tau kalau dia keluar dari mansion, bisa bisa dia di hukum lagi, jangan sampai lahhh,,, moga itu bukan Bara.

Entah ini terlalu cepat atau Ciara yang lama melamunnya, kaca mobil tepat di sebelah supir dihantam dengan batu, membuat serpihan kaca mengenai supir Ciara, sementara Ciara memekik, wajahnya pucat pasi, ditambah darah yang mengalir di kepala supir dan wajahnya semakin membuat Ciara ketakutan, air matanya pun telah mengalir di pipinya, perutnya terasa kencang, mungkin janin dalam kandungannya juga merasakan takut seperti yang dirasakan Ciara.

Pintu mobil belakang dibuka, Keano yang membuka pintu mobil disamping Ciara, wajah pucat pasi Ciara langsung tersaji di hadapan Keano, apa mungkin dia terlalu keras menggertak Ciara hingga dia seperti ini, tapi ini semua atas perintah Bara, apa boleh buat dia hanya menjalankan tugasnya.

Saat Keano menarik tangan Ciara keluar dari mobilnya, Ciara hanya diam, dia bahkan tidak memberontak sama sekali, begitu juga saat dia masuk kedalam mobil. 


Mobil yang di tumpangi Ciara dan Bara melaju dengan kecepatan tinggi, membuat Ciara pusing, Keano hanya takut dengan Ciara, wajah pucat pasi Ciara membuat Keano takut jika Ciara kenapa kenapa.

Keano menghentikan mobilnya di depan teras mansion, tidak ada pergerakan sama sekali dari Ciara, buru buru Keano membuka pintu mobil bagian belakang, sial,,, Ciara pingsan, dan saat Keano melihat sedikit kebawah, ada darah yang mengalir di kaki Ciara, jangan jangan kaki Ciara kena serpihan kaca, atau yang lebih parah, Ciara kembali pendarahan?.

Beruntung ada Mia yang keluar menyambut kedatangan Ciara, sehingga Keano bisa meminta Mia untuk mengecek darah yang mengair di kaki Ciara.
“Mia,, Sini.” Pinta Keano. Mia buru buru berjalan menghampiri Keano yang berdiri disamping pintu mobil bagian belakang.
“Maaf Tuan ada apa?.” Tanya Mia setelah dia sampai di hadapan Keano.
“Tolong chek keadaan Ciara, dia baik baik saja atau tidak, ada darah di kakinya, aku takut dia pendarahan lagi.” Mia mengangguk.

Mia dengan hati hati melihat luka di tubuh Ciara, ada darah memang mengalir di kaki Ciara Mia langsung mencari dari mana asal darah itu, ada beberapa serpihan kaca yang menggores paha Ciara hingga membuat darah mengalir ke kaki Ciara, Mia juga menyingkapkan dress yang di kenakan Ciara sedikit, dirasa tidak ada pendarahan Mia langsung melapor pada Keano.
“Tuan, saya sudah memeriksa tubuh Nona Ciara, tidak ada pendarahan, namun ada beberapa serpihan kaca yang tertancap di paha Nona Ciara, dan juga di telapak kaki Nona Ciara.” Keano mengangguk mendengar perjelasan Mia.
“Hubungi Dokter, biar Ciara aku yang bawa masuk.” Mia mengangguk, dia langsung berjalan masuk kedalam rumah di ikuti Keano yang menggendong Ciara.
Keano kesusahan memencet tombol lift, namun dia sungguh beruntung pintu lift terbuka, namun setelah tau siapa yang berdiri di depannya mungkin bukan menjadi keberuntungan untuk Keano namun bencana.
“Boss,,” Sapa Keano pelan, mata Bara menatap Keano dengan tajam seolah olah ingin menguliti tubuh Keano.
“Tuannn Dokter dalam perjalanan,” Mia tidak tau jika ada Bara di dalam lift karena dia dari samping, sehingga dia langsung berbicara pada Keano, namun setelah melihat ada Bara di dalam lift Mia langsung menunduk, ketakutan tentu saja, walau hanya dilirik Bara sekilas namun tatapan mata Bara sungguh membuat siapa saja ketakutan.
“Apa yang terjadi dengan Ciara?.” Tanya Bara penuh dengan emosi.
“Maaf boss, semua salahku,” Ucap Keano, Bara mengambil Ciara dari gendongan Keano.


Keano menghembuskan nafasnya dengan kasar, siallll…. Sialllll.. sialannnnn….
Bagaimana bisa dia menyakiti Ciara, walau tidak sengaja namun Keano lah yang akan menanggung semuanya.


****


Dokter dan perawat cukup ketakutan, sejak mereka datang untuk memeriksa sekaligus memeriksa Ciara tatapan mata tajam milik Bara tidak pernah lepas menatap Dokter dan perawat hingga membuat mereka ketakutan, salah sedikit mungkin mereka tinggal nama detik itu juga.
“Tuan Bara, Saya,, sudah memeriksa keadaan Nyonya Ciara, semuanya baik baik saja, Nyonya Ciara hanya pingsan, untuk luka di kakinya sudah saya obati, kalau begitu saya permisi Tuan.,” Dokter dan perawat undur diri setelah Bara mengangguk.

Bara duduk pinggir tempat tidur, matanya menatap wajah Ciara, lalu turun menuju perut Ciara, usia kandungan Ciara hampir tiga bulan membuat perutnya mulai membuncit, walau sedikit.
Tangan Bara terulur untuk mengusap perut Ciara, entah setan apa yang berani merasuki Bara hingga Bara seperti ini, Bara merasa ada yang aneh dengan jantungnya yang berdetak tidak karuan setelah tangannya mengusap usap perut Ciara, hatinya yang beku merasakan kehangat walau hanya sedikit.
“Bara,,,?,,” Ciara membuka matanya perlahan, walau penglihatannya masih samar karena pusing dikepalanya namun dia yakin jika yang dia lihat ini Bara.
Bara menatap Ciara dengan tatapan tajamnya, Bara tidak perduli dengan keadaan Ciara yang sakit.
“Apa sudah puas bermainnya?.” Tanya Bara, tatapan mata tajamnya dan suara dinginnya membuat Ciara cukup menggigil, jika ditanya takut tentu saja Ciara takut, namun mau bagaimana lagi memang dia salah.
“Ba,,rra,,, aku hanya ke Dokter kandungan, ap aitu juga tidak boleh?.” Tanya Ciara,
“Apa yang aku katakan dulu kuruang jelas untukmu, kamu dilarang keluar dari rumah kecuali bersamaku, tapi sayangnya kamu lupa, apa aku harus mengingatkannya lagi?.” Tanya Bara, tentu saja mengingatkan dalam hal ini bukan dengan kata kata namun dengan tindakan keji yang Bara lakukan pada orang orang yang dekat dengan Ciara.
“Bara,,, enggak gitu,, aku hanya ingin jalan jalan sebentar, please ini salahku, jangan hukum mereka, aku mohon Bara,” Ciara tau Bara pasti mampu melakukan apa saja untuk pelayan pelayan di mansion ini, dan Ciara tidak mau mereka menanggung kesalahan yang Ciara perbuat.
“Terlambat, saat ini mungkin Leon dan kawan kawannya telah menyantap makan malamnya.” Senyum keji Bara membuat Ciara langsung menyibakkan selimutnya, Ciara harus menyelamatkan mereka, mereka tidak boleh mati, enggak mereka enggak boleh mati, semua ini salahnya dan dia yang harus menanggungnya, bukan mereka.
“Mau kemana kamu?.” Bara mencengkram tangan Ciara cukup erat,
“Bara lepasinnnn,,, tolong jangan bunuh mereka, aku akan lakukan apa saja, asal jangan bunuh mereka,,” Ciara memohon mohon pada Bara, bahkan Ciara tidak memperdulikan kondisinya saat ini, dia ingin menyelamatkan orang orang yang kena amukan Bara gara gara dirinya.
“Kamu tidak akan bisa,, mereka telah mati,” Dengan santainya Bara berbicara kematian, seolah olah nyawa tidak memiliki arti untuknya.

Ciara geleng geleng kepala, tidak,, dia tidak mungkin menjadi alasan orang orang itu meninggal? Karena dia banyak orang meninggal, Bara enggak mungkin membunuh mereka?.
“Kamu jahat Bara,, kamu jahat,,,” Ciara hanya bisa menangis sesegukan, sementara Bara hanya diam melihat Ciara menangis.
“Ini belum seberapa Ciara, aku bahkan bisa membunuh orang orang terdekatmu agar kamu patuh padaku, ingat, selama perjanjian itu masih berlaku aku bisa melakukan apa saja jika kamu berani macam macam.” Setelah mengatakan kalimat penuh ancamanan Bara langsung meninggalkan kamar Ciara.

Love From MafiaWhere stories live. Discover now