Love From Mafia Part 32 (Tidak) Memiliki Hak

116K 5.7K 15
                                    

karena lumayan bnyak yg baca, jadi aku ip part 32,.. happy reading,




Ciara baru saja membuka mata karena mendengar suara krasak krusuk di kamarnya, jangan jangan ada maling, tapi mana mungkin, bukannya banyak pegawal yang berjaga di luar sana. Dengan malas Ciara memperhatikan sekelilingnya.
“Mia??..” Ciara melihat Mia sedang membereskan kamar tidurnya.
“Selamat pagi Nona, maaf membangunkan anda, sarapan anda sudah siap di meja, anda ingin makan atau mandi terlebih dulu?.” Tanya Mia, Ciara melirik di meja depan sofa memang sudah ada sarapan untuknya.
“Tumben dibawa kesini? Biasanya di meja makan?.” Tanya Ciara.
“Tuan Bara yang memerintahkan kami untuk menyiapkan segala kebutuhan anda, lagipula anda belum bisa beraktifitas seperti sebelumnya bukan.” Ciara lupa jika dia masih harus bedrest selama seminggu ini, padahal dia sudah merindukan taman bunganya.
“Mia, apa bisa aku jalan jalan ketaman?.” Tanya Ciara, namun langsung mendapat gelengan dari Mia.
“Pakai kursi roda gimana?.” Tanya Ciara lagi, sungguh dia sudah bosan berada di kamar tiap hari.
“Tidak bisa Nona, selama Tuan Bara tidak ada di rumah anda dilarang keluar dari kamar, segala kebutuhan anda akan kami siapkan.” Balas Mia, tapi ngomong ngomong Bara kemana coba?.
“Bara kemana?.” Tanya Ciara.
“Tuan Bara sedang meninjau pembangunan jembatan penghubung antara Merak Banten ke Bakauheni Lampung, Balas Mia.
“Kenapa Bara enggak pamit padaku?.” Gumang Ciara, lebih tepatnya Ciara bertanya pada dirinya sendiri.
“Mia, bantu aku ke kamar mandi, aku ingin mandi terlebih dulu,” Mia mengangguk, dia membantu Ciara duduk di kursi roda.
Dengan hati hati Mia membantu Ciara untuk mandi, tidak mungkin Ciara mandi sendiri dalam keadaan seeprti ini.

***

Bara menatap orang orang yang berdiri dihadapannya dengan penuh amarah, tatapan tajamnya mampu membuat orang di depannya panas dingin.
“Apa kalian di bayar untuk membuat kekacauan?.” Tanya Bara, tadi malam setelah Bara sampai di markas Edo menelfon Keano jika ada kerusuhan terjadi di Gudang Merak, tempat dimana alat dan bahan proyek jembatan disimpan.
Semalam tiba tiba banyak orang datang membuat kerusuhan, namun baru sampai di depan Gudang Edo dan beberapa pengawal serta keamanan yang dipekerjakan Bara menghadang orang orang yang membuat kerusuhan, walau begitu ada satu dua alat berat yang parkir di depan Gudang mengalami kerusakan, ada juga yang sengaja di bakar.
“Keano Cara tau siapa dalang dibalik ini semua, habisi mereka sampai tidak bersisa.” Keano mengangguk, membereskan bagi bara berarti membunuh tanpa ampun.
“Ahhhh Keano sebelum membereskan mereka, alangkah baiknya membereskan yang ada disini,” Edo dan Keano saling berpandangan, apa mungkin disini ada pengkhianat? Namun Keano mengangguk, apa yang di katakana Bara pasti benar, jika tidak ada pengkhianat disini maka tidak mungkin pembuat kerusuhan itu tau kapan jam berganti shift jaga dan waktu renggang penjagaan.

***

Jonnas dan Catya mendatangi mansion Bara, Jonnas tau sebenarnya tidak mungkin dia membawa Catya datang ke mansion Bara, namun melihat kondisi Catya yang seperti ini, Jonnas pun merasakan kasihan pada istrinya.
Jonnas dan Catya duduk di sofa ruang keluarga di mansion Bara, menunggu kedatangan Bara, karena Bara hampir sampai di mansion ketika Bara menghubungi Jonnas.

“Mommy, Daddy,” Sapa Bara, Bara ikutan duduk di sofa, dihadapan Jonnas dan Catya.
“Bara,, dimana Cia, Mommy ingin bertemu dengan Cia,” Pinta Catya, namun Bara masih ragu, apakah Ciara mau bertemu dengan Catya, Bara takut Ciara kenapa kenapa, di tambah kondisi Ciara sedang tiddak baik baik saja,
“Ciara sedang istirahat Mom, Bara lihat Ciara terlebih dulu, sekalian Bara ingin bertanya pada Ciara, apakah Ciara mau bertemu dengan Mommy dan Daddy atau tidak, jika Ciara tidak ingin bertemu dengan Mommy dan Daddy please tolong jangan paksa Ciara, aku tidak ingin Ciara drop lagi, ditambah dia masih pendarahan walau tinggal sedikit. Jadi tolong fahami Ciara,” Baik Jonnas maupun Catya sama sama mengangguk, mereka memang tidak memiliki kuasa akan Ciara.
Bara meninggalkan Catya dan Jonnas, dia berjalan menuju ke lantai dua, semoga saja Ciara baik baik saja, semalam dia lupa menghubungi Ciara, bahkan mungkin Ciara tidak tau jika dirinya pergi ke Banten.

“Cia,, apa yang kamu lakukan?.” Tanya Bara, bagaimana bisa Ciara berdiri di tengah tengah kamar di temani Mia.
“Bara,, aku belajar berjalan, masa aku harus pakai kursi roda mulu sih,, kan bosen, lagian kaki aku baik baik saja,” Ciara membela diri.
“Ciara,,, kamu masih pendarahan, kata Dokter kamu harus bedrest dulu, kamu bisa beraktifitas seperti sebelumnya setelah Dokter bilang kalau kamu sudah baik, kalau mau cepet sembuh harus nurut,,” Bara menggendong Ciara ke tempat tidur. Mia yang tau jika dirinya tidak dibutuhkan lagi, langsung undur diri, lagian dia juga tidak mau jadi obat nyamuk kedua majikannya yang sedang kasmaran.
“Bara,, tumben kamu pulang cepet,” Ciara melirik jam didinding, baru setengah dua siang, tumben banget Bara pulang cepat.
“Emmmm,,, gini, sebenarnya di bawah ada Mommy sama Daddy, maksud aku, Daddy Jonnas dan Mommy Catya, apa kamu ingin menemui mereka?.” Tanya Bara hati hati, dia tidak ingin Ciara kaget ataupun marah atas kedatangan mereka.
“Apa aku boleh menolak kedatangannya?.” Tanya Ciara pelan, dia masih tidak ingin bertemu dengan Jonnas, apa lagi Catya, walau sebenarnya dia ingin mengucapkan terimakasih pada Jonnas yang telah mendonorkan darahnya, namun keberadaan Catya lah yang membuat Ciara enggan untuk menemui mereka, Ciara masih teringat waktu Catya dan Audrey dengan senang hati mendorong Ciara hingga dia terjatuh, tawa Audrey dan senyum Catya membuat Ciara muak.
“Tentu saja kamu punya hak untuk itu, aku akan bilang sama Mommy dan Daddy kalau kamu enggak mau bertemu dengan mereka, sebagai gantinya kamu harus tidur siang, aku akan menemani kamu setelah ini,” Ciara mengangguk.
Bara meninggalkan kamar Ciara. Selepas Bara pergi, Ciara hanya terdiam menatap langit langit kamarnya, dia takut, untuk jatuh dalam pesona Bara. Bohong jika Ciara tidak memiliki rasa pada Bara, namun dia juga harus sadar se sadar sadarnya jika dia dan Bara menikah hanya sebatas kontrak di tas kertas selama dua tahun, setelah itu, mereka bukan siapa siapa lagi, mereka akan menjadi orang asing, tapia pa mungkin dia sanggup melakukan hal itu kelak.
Ciara ingin memendam perasaannya pada Bara, namun dia tidak sanggup, apa lagi perlakuan manis Bara beberapa hari ini mampu membuat Ciara makin jatuh kedalam pesona Bara, apa mungkin dia harus menjauhi Bara lagi, apa mungkin mereka harus menjaga jarak lagi seperti awal awal pernikahan mereka?.
Ahhhhh kenapa ini membuatnya pusing,,, kenapa juga dia harus jatuh cinta pada Bara, tapi jika dia tidak jatuh cinta dengan Bara sungguh munafik sekali…
“Kenapa Bara penuh dengan pesona banget sihhh,, kan aku mudah banget jatuh cinta, Ciara lo harusnya sadar,,, Bara itu banyak sekali perempuannya, lo hanya beruntung bisa menikah dengan Bara selam dua tahun..” Ciara mengingatkan dirinya, sekaligus mematahkan hatinya.

Brakkk….

Ciara sedang berperang dengan fikirannya terlonjak ketika mendengar pintu kamarnya dibuka dengan paksa.
Pandangan Ciara bertemu dengan orang yang membuka pintu kamarnya dengan paksa.
Catya,, siapa lagi,, orang yang katanya Ibu kandungnya.
“Cia,,, ini,, ini,,, Mommy sayang,,,” Catya berjalan menuju tempat tidur Ciara. Membuat Ciara sedikirt was was,, takut tentu saja tidak, dia hanya ingin melindungi janin dalam kandungannya, takut takut Catya melakukan hal yang lebih kejam dari kemarin.
“Cia ini Mommy sayang,,, ini Mommy,,” Catya ingin memeluk Ciara, namun Ciara terlebih dulu meringkuk, lutut Ciara melindungi perut dan kepalanya dia telusupkan di antara lutut dan dadanya.
(ilustrasi jika bingung)

“Catya,, apa yang kamu lakukan,” Jonnas menghampiri Catya dan Ciara. Bara yang melihat Ciara ketakutan langsung memeluk Ciara, memberikan rasa aman untuk Ciara, melihat Ciara seperti ini, Bara ingin menajdi tempat Ciara bersandar, Bara ingin melindungi Ciara, Bara baru menyadari jika Ciara sangat rapuh, adai Bara lebih ketat menjaga Ciara mungkin semua ini tidak akan terjadi, namun Mommy dan Daddynya juga tidak tau jika Ciara anak kandungnya.
“Ciara,, Mommy mohon sayang maafkan Mommy, ini Mommy sayang,, maafkan Mommy,” Catya memberontak dari cengkraman Jonnas, sekuat tenaga Jonnas membawa Catya keluar dari kamar Ciara, Jonnas tidak ingin Ciara kenapa kenapa, apa lagi Ciara sedang dalam proses pemulihan.
Jonnas berhasil membawa Catya keluar dari kamar Ciara, Jonnas terpaksa membawa Catya ke kamar mereka, ketika mereka menginap di mansion Bara, bukan apa apa, Jonnas hanya takut penyakit jantung Catya kambuh.
“Jonnas buka pintunya, aku ingin bertemu Ciara,, aku ingin peluk akan ku, aku ingin bersama Ciara,,” Catya meraung raung dalam pelukan Jonnas, namun Jonnas tidak perduli, dia hanya membiarkan Catya menangis sepuasnya di pelukannya hingga Catya lelah.

Love From MafiaWhere stories live. Discover now