Love From Mafia Part 21 Simalakama

127K 6.2K 47
                                    

hai gaes apa kabar nih?? entah sudah berapa hari gak up. mulai dri aku sakit trus ngedit once.. makanya love from mafia di pending dulu...

buat kalian yg pengen baca FAKE WEDDING SEASON 1, kalian bisa baca di wattpasld. sengaja aku up sampai tgl 14 Oktober 2020....

happy reading...


Ciara menikmati pempek yang dibelikan Keano dengan lahap, seolah olah para pelayan ingin meminta pempeknya padahalkan tidak.
Ciara tidak memperdulikan Audrey yang duduk dihadapannya, Bara yang duduk di samping kanannya, Ciara asik dengan dunianya sendiri.
“Ciihhhh,, apa enaknya makanan seperti itu, penuh dengan minyak,” ucapan Audrey barusan tidak di hiraukan Ciara, malah Ciara makin menikmati makanannya.
“Apa kamu tidak takut untuk kegemukan, bukannya Bara tidak suka dengan orang gemuk,” Audrey masih menyindir Ciara lagi.
“Apaa benar?.” Tanya Ciara pada Bara.
“Aku tidak mempermasalahkan berat badan kamu, selama kamu sehat, selama kamu nyaman dengan berat badan kamu, aku tidak masalah,” Ucapan Bara mampu membuat Audrey mengepalkan jari jarinya, tentu saja di bawah meja, Audrey masih waras untuk meluapkan emosinya pada Ciara.
“Aku sudah cukup lama jaga pola makanku hingga badanku seramping ini, namun sekarang aku tidak perduli lagi, aku ingin makan apa yang ingin aku makan, dan jangan ikut campur urusan orang jika kamu masih tinggal di rumah Bara, lagian kamu itukan mantannya Bara, Bara aja udah lupain kamu dan sekarang dia punyaku, kenapa kamu masih kegatelan banget, apa kamu udah enggak laku?.” Ucapan Ciara yang santai namun penuh dengan sindiran untuk Audrey.
“Kamu,,,” Audrey ingin marah namun dia mencoba untuk menahannya, Audrey tidak boleh terpancing emosinya, dia harus mempertahankan citranya di depan Bara.
“Bara, lihat perempuan murahan ini, dia berani sekali bilang seperti itu padaku, apa dia tidak tau jika aku anak dari Jonnas Khiel,, aahhh aku lupa dia mana tau Jonnas Khiel itu siapa,” Ciara menjatuhkan sendoknya tanpa sadar.
“Non,, nona Ciara,” Yasya memanggil Ciara, namun Ciara tidak memperdulikan Yasya.

****

Bara merasa ada yang aneh dengan Ciara, setelah Audrey menyebut Jonnas Khiel, tapi apa hubungannya antara Ciara dengan Jonnas Khiel.
Sepertinya lagi lagi Bara harus mencari siapa orang tua Ciara, tapi dari mana Bara mendapat petunjuk, tunggu dulu, panti asuhan, Ciara bukannya selama ini tinggal di panti asuhan, pasti disana ada petunjuk, ya,,, pasti ada petunjuk disana.
“Keano, pergi ke panti asuhan tempat Ciara tumbuh, cari tau petunjuk siapa orang tua Ciara, pastikan apa yang kamu dapat benar benar memiliki petunjuk jika tidak jangan harap kamu bisa keluar drai kandang Leo,” Bara langsung mematikan sambungannya, tanpa memperdulikan Keano yang kebingungan. Tunggu Leo, Leo bukannya siang milik Bara, aissssshhhhh sial banget dirinya. Kenapa Cuma dia yang menjadi pesuruh Bara, bukannya Bara banyak pengawal.
Bara kembali dengan pekerjaannya, tanpa Bara tau apa yang terjadi di taman belakang rumah mewah ini.
Audrey dengan sengaja menendang pot bunga yang ditata Ciara hingga pecah.
“Upss,,, aku enggak sengaja.” Merasa bersalah, tidak akan, Audrey memang hanya ingin memancing Ciara, dia ingin membuat Ciara marah.
“Ohhh tidak papa, buat apa orang buta minta maaf setelah melakukan hal yang tidak dia sengaja,” Ciara marah, tentu saja tidak, biat apa dia marah dengan Audrey, jiak dia ingin bersaing mendapatkan hati Bara dengan senang hati Ciara akan meladeninya, dari pada dia gabut tidak ada kerjaan sama sekali di mansion ini,
“Lo,,” Audrey menunjuk Ciara dengan jari tunjuknya.
“Uhhhh,, aku takuttt,,” Tentu saja Ciara tidak takut, dia hanya mengejek Audrey.
“Berani banget lo ama gue,” Audrey ingin mendorong Ciara namun Ciara sigap menghindar, sementara Audrey yang kehilangan keseimbangan tubuhnya langsung jatuh kedepan, membuatnya menjadi bahan tertawaan pelayan yang sedang mengurus kebun di taman belakang.
“Adduuuuuhhhhh,,, kok malah jatuh sih?. Sini aku bantuin.” Ciara mengulurkan tangannya Audrey ingin menggapai tangan Ciara namun Ciara menariknya lagi,
“Sepertinya lo enggak perlu di bantuin, lo pasti bisa bangun sendiri,” Audrey makin makin membenci Ciara, awas aja, dia pasti akan membalas semua yang telah Ciara lakukan padanya.

“Ada apa ini?.” Bara langsung datang ke taman belakang ketika Yasya bilang Ciara dan Audrey bertengkar lagi.
“Bara, tolongin aku,, dia,, dia,, mendorong aku sampai aku jatuh seperti ini,, dia jahat banget,,” Audrey menangis di hadapan Bara, bahkan Audrey masih duduk di rumput.
“Cia?..” Ciara tau Bara mungkin marah padanya, dari Bara memanggil namanya dengan datar tanpa ekspresi.
“Aku enggak melakukan apapun, tanya aja sama pelayan kamu, itupun kalau kamu masih percaya sama pelayan kamu,” Ciara ingin berbalik, niatnya tadi ingin berkebun malh hancur gara gara nenek lampir satu ini.
“Siapa yang nyuruh kamu pergi, beresin kekacauan ini, dan kamu Audrey, jika kamu membuat kegaduhan di rumah ini, saat itu juga kamu harus angkat kaki dari rumah ini, Yasya bawa Audrey ke dalam, obati lukanya,.” Bara meninggalkan taman belakang, sungguh menghadapi dua perempuan itu sulit sekali, tapi di luar sana banyak orang yang punya istri kadang juapunya simpanan, atau istrinya banyak apa mereka enggak pusing, Bara aja ngurus satu istri pusingnya minta ampun.
“Hahahahhahaha,,, ap ague bilang, Bara itu masih perduli sama gue, sementara lo, lo bukan siapa siapa di rumah ini, gue yakin cepat atau lambat Bara akan mengusir lo dari rumah ini,” Audrey yang sudah berdiri langsung meninggalkan taman belakang, sementara Ciara memberesi kekacauan yang ada, pelayan juga ikut membantu Ciara.
Ciara yang awalnya hanya ingin membereskan kekacauan yang di buat Audrey jadi keblablasan melanjutkan bertanamnya, menanam bunga bunga baru di pot, mengganti pot bunga yang tidak layak pakai hingga Ciara lupa waktu, lupa akan Bara yang menunggunya di kamar.

****

Keano merasa ada yang disembunyikan di panti asuhan ini, Keano dan Satya berhasil meretas komputer di panti asuhan, semua data anak panti lengkap dari bayi hingga mereka diadopsi, namun tidak dengan data Ciara, hanya ada keterangan bahwa Ciara di temukan di depan pintu panti asuhan, tidak ada tanda pengenal sama sekali.
“Sepertinya Ciara sudah tau siapa orang tuanya, dan dia menutup rapat rapat informasi tentang dirinya, dan orang tuanya.” Asumsi Keano.
“Lalu apa yang harus kita lakukan?.” Tanya Satya.
“Entah,, aku belum memikirkan langkah selanjutnya, tapi menghipnotis Ibu panti bukan hal yang salahkan?.” Tanya Keano, sebenarnya bukan pertanyaan, tapi lebih ke pernyataan.
“tapi apa bisa?,” Tanya Satya.
“Maka lo yang harus fikirkan caranya,” Keano tentu saja sudah buntu ide, dan otaknya masih malas untuk berfikir.
“Gimana kalau kita culik aja Ibu pantinya, suruh ngaku asal usul Ciara sebenarnya,” Usul Satya,
“Kalau lo udah siap mati lakuin aja,” Satya langsung bungkam, lagian bossnya kenapa mau menyelidiki masa lalu istrinya sih, emang ada yang kurang apa dari istrinya.
“Aahhhh,, udah deh mendingan nyari kopi dulu, gue butuh ngopi,” Keano turun dari mobilnya, pergi ke warung kopi pinggir jalan di ikuti Satya, dia juga butuh ngopi, apa lagi malam malam begini di tambah udara di Bogor cukup dingin.
“Mangga mas, mau pesan apa?.” Tanya penjual warung pinggir jalan.
“Kopi satu sama nasi goreng satu,” Ucap Satya, padahal tadi yang ingin kopi Keano, Satya asal nyerobot aja.
“Kopi satu, mie godok satu,” Sambil menunggu pesanan Keano membuka ponselnya, dari tadi sibuk memikirkan cara untuk mendapatkan info masalalu Ciara, hingga dia lupa dengan ponselnya.

“Sial,,, Andrea kabur,” Satya membelalakan matanya, bagaimana bisa.
“Satya, kumpulin orang orang lo, cari tau dimana Andrea, dia kabur,” Satya mengangguk, Satya langsung menghubungi orang orangnya, kerjaannya tambah lagikan, padahal satu aja belum selesai.
“Tunggu, kemarin gue ngerasa ada yang aneh di mobil gue, jangan jangan Andrea kabur dengan mobil gue,” Setelah mengingat ingat apa yang terjadi kemarin Satya yakin Andrea kabur kemarin siang.
“Tadi siang pelayan yang mengantar makanannya Andrea masih melihat Andrea, walau hanya di kamar mandi, dan makanan Andrea juga sudah di makan, Andrea hilang baru saja,” Keano menjelaskan pada Satya.
“Syukur dehhh, kalau sampai Andrea kabur dengan mobil gue kemarin, bisa bisa gue yang jadi santapan Leo,” Satya mengelus dadanya.
“Ini nasi gorengnya, dan mie godoknya,” Penjual warung pinggir jalan menyerahkan pesanan Keano dan Satya untuk kopinya sudah di serahkan tadi waktu mereka berdua asik ngobrol.
“Ngomong ngomong kalian ini dari Jakarta?.” Tanya penjual,
“Iya, kami sedang mencari vila disini, kalau kalau ada yang jual, kita makelar jual beli vila, dan rumah, sekarang kerja apa saja di ambil biar dapat duit,” Jelas Satya, tentu saja mereka tidak akan bilang jika mereka anggota mafia.
“Waahhhh,, kebetulan di dekat panti asuhan depan sana, ada rumah mau di jual, yang punya model, kalau enggak salah namanya Ciara Geraldine, dulu dia tinggal di panti asuhan sebelahnya.” Keano dan Satya langsung berpandangan.
“Waahh boleh juga,, akhirnya dapat juga rezeki.” Keano ikut bersandiwara.
“Kalau mau langsung aja ke panti asuhan, katanya Ciara sedang kena skandal, terus ngilang sampai sekarang, rumah mau di jual buat biaya panti asuhan, di panti asuhan situ jarang ada donator, jadi semua biaya anak anak panti di tanggung sama Ciara, tapi karirnya malah hancur, gara gara skandal, kasihan sekali anak anak panti,” Keano merasa bersalah dengan Ciara, namun jika Bara tidak menghancurkan karir Ciara, musuh Bara cepat atau lambat akan mengetahui siapa Ciara sebenarnya, Bara tidak ingin Ciara menjadi kelemahannya, Bara ingin Ciara menjadi kekuatannya, itu yang dikatakan Bara saat dia menghancurkan karir Ciara, tanpa Bara berfikir jika Ciara bekerja untuk anak anak panti, bossnya harus tau ini, siapa tau bossnya yang kelebihan uang bisa membantu panti asuhan itu.

Love From MafiaWhere stories live. Discover now