Love Frim Mafia Part 25 Hanya Milikku

130K 6K 48
                                    

hy gaess... sebenarnya tuhh aku mau up part 25 kemarin, trus up part 26 hari ini, tapi kemarin tuhh tiba" di rumah ku sinyalnya blank, aku kira cuma kartu aku, yg bermasalah, pas aku mau beli kartu di counter ternyata emang lgi gangguan, dari jam 2 siang sampai tengah mlam tadi kayaknya....
jadi gimana klo hari ini double up,? ada yg setuju,??

ohhh ya cuma mau ingetin ke kalia yg pengen baca O.N.C.E vers. terbaru udah ada di dreame ya, tapi masih on going,

*****



Happy reading gaesss...

Niat Ciara seharian ini ingin rebahan di kamarnya aja, lagian di rumah ada Audrey dan Mommynya, Ciara sangat malas akan drama yang dilakukan Audrey, namun ekspektasi tidak sesuai dengan realita itu yang terjadi saat ini.
Audrey masuk kedalam kamarnya tanpa permisi, membuat Ciara yang tadi sedang asik membaca majalah merasa terganggu.
“Ada apa?.” Tanya Ciara.
“Lo tu yang ada apa, bisa bisanya lo ngesex sama Bara padahal gue ada di rumah ini, lo emang pelacur gak tau diri,, orang kaya lo harus di basmi,,” Audrey sekuat tenaga menarik tubuh Ciara yang duduk di sofa.
Ciara yang tidak Terima dengan tindakan Audrey mencoba untuk melepaskan tangan Audrey yang mencengkram lengannya.
“Audrey lepasin,,, lepasinnnn,,,, tolong,,” Ciara berteriak memanggil pelayan ataupun pengawal yang berjaga, namun tidak ada satupun yang datang, lebih tepatnya Catya telah mengunci semua pintu di rumah ini, penngawal dan pelayan tidak bisa masuk kedalam mansion untuk menolong Ciara.
Audrey dibantu Catya menarik kedua lengan Ciara, mereka membawanya kelantai satu. Ciara berusaha memberontak, dia tidak bisa tinggal diam, Ciara istrinya Bara di rumah ini seharusnya Ciaralah yang berkuasa bukan mereka berdua, mereka hanya tamu di mansion ini.
“Lepasinnn,,, lepass,,,,, lepassss….” Ciara tidak perduli jika mereka saat ini tengah berada di tangga, sebisa mungkin dia melepaskan diri dari mereka bedua.
“Lo enggak akan bisa lepas dari gue, Bara hanya milik gue bukan milik lo,” Audrey sengaja mendorong tubuh Ciara hingga Ciara jatuh dari tangga, tubuh ciara berguling guling di tangga hingga sampai di lantai satu.
Ciara memandang mereka berdua, lebih tepatnya Catya dengan pandangan yang sulit di artikan namun Catya tidak perduli, selama dia bisa menyingkirkan hama yang ada di samping Bara dia tidak perduli, lagian dia juga tidak menyukai Ciara, asal usulnya saja tidak jelas, bagaimana  bisa dia bersanding dengan Bara, hanya Audrey yang pantas untuk Bara.

Yasya yang melihat tubuh Ciara tergeletak di lantai pun hanya mampu diam, beruntung hanya pintu yang di kunci, gorden tidak ada yang ditutup jadi mereka bisa melihat bagaimana Audrey dan cartya mendorong Ciara.
“Telfon Tuan Bara,, cepat,,,cepatt,,,,” Yasya berteriak pada pelayan dan pengawal yang berjaga.

Sementara Audrey dan Catya hanya memandangi tubuh Ciara yang tergeletak di lantai, darah mengalir dari pelipis Ciara dan juga dari selangkangan Ciara, Ciara yang menggunakan dress selutut sangat jelas darah mengalir dari selangkangannya.

Pengawal berhasil membuka pintu atas perintah Yasya, Yasya tidak perduli dengan Catya dan Audrey, atupun pintu kaca yang menghubungkan taman dan ruang keluarga, saat ini yang penting menyelamatkan Ciara.
“Siap yang menyuruh kalian masukkk,,” Audrey berteriak pada pengawal yang ingin menolong Ciara.
“Tuan Bara yang memerintahkan kami,” Balas Yasya tanpa rasa takut.
“Bawa Nyonya Ciara kerumah sakit,” Pengawal mengangguk, dua pengawal mengangkat tubuh Ciara, membawanya keluar untuk dibawa kerumah sakit.
“Siap kamu berani berbuat seenaknya di rumah ini.” Catya angkat bicara.
“Tuan Bara memberi saya wewenang dirumah ini setelah Nyonya Ciara, jadi saya punya hak untuk menyelamatkan nyonya Ciara dan jabang bayi Nyonya Ciara,” Balas Yasya, pengawal terlatih juga sudah Bara kerahkan untuk menjaga Catya dan Audrey.
“Apa kamu sudah berani melawan kami Yasya,, ingat, aku kekasih Bara sednagkan perempuan yang kamu bela hanyalah jarangnya Bara, dia tentu akan lebih perduli padaku,” Balas Audrey, namun Yasya tidak perduli.
“Nona Ciara bukan jalang Tuan Bara, dia ISTRI sahnya Tuan Bara, anda taukan kedudukan seorang ISTRI lebih tinggi daripada kekasih?.” Tanya Yasya balik, membuat Audrey bungkam.
“Kamu,,,” Audrey menuruni tangga dengan tergesa gesa,,
“Dasar pelayan sialan,,” Audrey menampar pipi Yasya sekuat tenaga, sepertinya Audrey ingin melampiaskan kekesalannya pada Yasya.
“Sayang,,, sudah jangan kotori tangan kamu untuk memukul pelayan ini,, lebih baik kamu tenangkan diri kamu,” Catya ikut turun menghampiri Audrey dan Yasya,
“Tapi Mommmm,,, Yasya sangat sangat keterlaluan padaku,,” Raut wajah sedih Audrey membuat Catya iba,
“Sayang jangan khawatir, Mommy yang akan minta Bara untuk menceraikan perempuan itu secepatnya, lalu Mommy akan atur pernikahan kalian, gimana? Apa kamu senang sayang?.” Tanya Catya langsung di angguki Audrey, apapun akan Audrey lakukan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan termasuk dengan cara kotor sekalipun.

***

Bara memacu mobilnya menuju rumah sakit tempat dimana Ciara dirawat, dia tidak tau bagaimana keadaan Ciara yang sebenarnya, Yasya dengan terbata bata mengatakan jika Ciara jatuh dari tangga karena Audrey dan Mommy Catya, Bara sudah bertekat jika dia tidak akan memaafkan siapapun jika Ciara kenapa kenapa.
“Dimana Ciara?.” Tanya Bara ketika dia memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus untuk pemilik rumah sakit ini,
“Nona Ciara sedang ditangani Dokter, Tuan, Nona Ciara membutuhkan transfusi darah, golongan darah nona Ciara AB-, sangat sulit untuk mencari donor, apa lagi darah Nona Ciara bisa dikatakan cukup langka.
Bara berjalan menuju IGD khusus untuk pemilik rumah sakit dan petinggi rumah sakit ini, tentu saja di IGD rumah sakit ini memiliki Dokter terpilih yang siap menangani pasien dengan baik.
“Golongan darah Daddy sama dengan Ciara, Daddy akan melakukan transfusi darah pada Ciara,” Jonnas yakin jika Ciara adalah anaknya, dia tidak segan untuk mendonorkan darahnya.
Bara mengangguk, Jonnas meninggalkan Bara, dia pergi bersama pengawal yang akan membawanya ke perawat.

Ssatu menit, dua menit, lima menit, sepuluh menit, dua puluh menit, tiga puluh menit, ya telah tiga puluh menit Dokter memeriksa Ciara namun belum ada tanda tanda mereka keluar, Bara hanya bisa duduk dikursi tunggu.
“Boss, bagaimana keadaan Ciara?.” Tanya Keano, sebelum datang kerumah sakit, Keano terlebih dulu mengurus masalah Andrea yang kabur entah kemana, semoga saja Andrea tidak membuat kekacauan di luar sana, atau Bara benar benar akan membunuhnya.
“Entahhh,,” Bara sendiri tidak tau bagaimana keadaan Ciara, sebenarnya bisa saja Bara masuk kedalam ruang penanganan Ciara, namun entah kenapa Bara merasa dia tidak sanggup, entah apa yang terjadi pada dirinya, namun saat ini Bara merasa menjadi laki laki paling pengecut di muka bumi.
Dari kejauhan Johan dan Satya berlarian menuju kearah Keano dan Bara.
“Apa yang terjadi dengan Ciara?.” Tanya Johan, dia masih ngos ngosan karena berlari dari parkiran, walau dia tidak terlalu dekat dengan Ciara, namun Ciara istri Bara, atasannya.
“Entah…” Bara memberi jawaban yang sama, dia tidak tau bagaimana keadaan Ciara saat ini.

Dokter keluar dari IGD, langsung di sambut empat laki laki tampan dnegan ekspresi yang berbeda beda.
“Bagaimana keadaan Ciara?.” Tanya Bara.
“Keadaan Nyonya Ciara cukup stabil untuk saat ini, luka di kepalanya telah kami jahit, Tuan Jonnas telah mendonorkan darahnya untuk Nyonya Ciara, semoga keadaan Nyonya Ciara segera membaik,” Jelas Dokter.
“Bagaiamana dengan kandungannya?.” Tanya Bara lagi,
“Kandungan Nyonya Ciara sangat lemah, pendarahan yang dialami Nyonya Ciara membuat Nyonya banyak mengeluarkan darah, beruntung janinnya masih bertahan, tim dari Dokter kandungan terus memantau kandungan Nyonya Ciara dan juga Nyonya Ciara agar tetap stabil,” Bara mengangguk, Bara tidak perduli jika itu Audrey dan Catya, dia akan melakukan pembalasan yang berlipat ganda dari sakit yang Ciara rasakan saat ini, aura membunuh Bara terpancar di tubuhnya membuat sang Dokter yang berdiri di hadapan Bara bergelidik ngeri melihat perubahan aura tubuh Bara.
“Apa Ciara sudah bisa di jenguk?.” Tanya Johan, melihat Bara yang mengeluarkan aura membunuhnya Johan yakin sebentar lagi akan ada pertumpahan darah.
“Saat ini hanya satu orang yang bisa menjenguk Nyonya Ciara, dan jamnya dibatasi, hanya lima belas menit per satu jam.” Johan, Keano, dan Satya mengangguk faham.
“Saya permisi, saya akan kembali memantau kondisi Nyonya Ciara,” Mereka mengangguk kecuali Bara.
“Boss anda tidak ingin masuk, melihat keadaan Nyonya Ciara?.” Tanya Keano.
Tanpa menjawab pertanyaan Keano, Bara segera masuk kedalam IGD. Pertama kali Bara masuk kedalam IGD, pandangannya langsung tertuju pada Ciara, beberapa alat penunjang kehidupan di pasang, berjalan menuju tempat tidur Ciara, fikirannya berkecamuk, akankah Ciara terbangun, akankah Ciara mampu bertahan, akankah Ciara dan janinnya baik baik saja?.
Bara hanya berdiri disamping tempat tidur Ciara, grafik di monitor menunjukkan jika keadaan Ciara cukup stabil, alat bantu pernafasan juga di pasang, kepala Ciara di pasang perban, mungkin bekas jahitan tadi.
Bara hanya berdiam diri di samping tempat tidur Ciara, Dokter dan perawat yang masih berjag di dekat Ciarapun memberi privasi pada Bara dan Ciara.
Entah apa yang terjadi dengan Bara, biasanya dia tidak akan takut, cemas, khawatir, bahkan saat membunuh orang orang yang mengusiknya pun Bara tidak perduli seakan mati rasa, namun kini melihat Ciara terbaring dengan alat penunjang kehidupan Bara hati Bara hancur.
Tidak,, Bara tidak bisa seperti ini, dia harus membalas apa yang Ciara rasakan, tidak perduli jika orang yang menyakiti Ciara orang terdekatnya sekalipun.

***

Audrey dan Catya sedang duduk manis di sofa sambil melihat majalah, Catya tidak asing dengan wajah model di majalah ini, dia Ciara bukan?. Kenapa wajahnya mirip dengannya saat dia muda, walau hanya sekilas.
Ahhhh,,, tidak mungkin, Catya mengabaikannya lagian tidak mungkin Ciara anaknya, ya dia tidak mungkin Cia.
“Mommy kenapa?.” Tanya Audrey, melihat Catya hanya melamun Audrey penasaran dengan apa yang difikirkan Mommynya.
“Tidak ada sayang, gimana kalau kita jalan jalan, Mommy ingin jalan jalan sudah lama Mommy enggak jalan jalan di Jakarta,” Audrey mengangguk antusias,.
“Ayoo Mom,, Audrey juga bosen banget di mansion Bara,” Catya mengangguk, sebelum pergi mereka terlebih dulu bersiap siap, menyiapkan kartu kredit lebih tepatnya, tentu saja jalan jalan yang dimaksud Catya itu menghabiskan uang, memangnya apa, jalan jalan di taman siang siang, atau makan di pinggir jalan?.

Love From MafiaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora