16. Berakhir

3.4K 298 9
                                    

16

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16. Berakhir

Kencana High School langsung dibubarkan pulang cepat untuk menghindari serangan dari Artavika kembali.

Beberapa anak Danantya sempat diintograsi oleh polisi dan lagi lagi terancam akan dikeluarkan dari sekolah. Tapi semuanya dihentikan oleh Ayah Elang selaku pemilik yayasan.

Tentu saja karena putra sulungnya itu tak mau terlibat catatan pelanggaran.

Alin mempercepat larinya dikoridor rumah sakit Kencana ini dengan Raka yang mengikutinya dari belakang. Jelas, dia yang mengantar Alin.

Alin tadi diintograsi juga, dia tak bisa mengelak dan membela diri disaat terdapat bercak darah dibaju dan tangannya. Makanya Alin, ikut ditanya beberapa pertanyaan oleh polisi.

Meski itu terbilang sia sia karena kasus clear begitu saja akibat uang keluarga Elang.

Tapi, anak anak Danantya di skors selama 3 hari, sedangkan anggota inti Danantya yang berjumlah 15 orang itu diskors selama satu minggu. Mars pun termasuk yang satu minggu.

Sedangkan Alin hanya 2 hari. Kesalahannya karena dengan gegabah mendekat ke tkp tauran.

Alin bertumpu pada Dinding sebentar, lalu mendekat keruangan yang sudah terdapat Elang dan Angka diluarnya.

"Lin-"

"Mars udah bangun?" potong Alin cepat tak bisa mengendalikan kekhawatirannya.

Elang mengangguk tanpa banyak bicara, dia membukakan pintu agar Alin bisa masuk.

Begitu pintu terbuka, sekelibat Alin bisa melihat seseorang yang sedang terduduk dibankar. Dia pun masuk dengan segera.

Sontak Mars dan Ray yang sedang berada di ruangan itu tersentak dan refleks menolehkan kelalanya.

"A-Alin?"

Alin mengepalkan tangannya manahan kesal. Ya, bagaimama tidak kesal Mars kini sedang asik menyandarkan kepalanya dengan tangan yang menyangga dibelakang. Padahal tangan itu yang tadi terkena tusukan. Tangan itu yang mengeluarkan darah sampai mengenai Alin.

Dia menengok keatas sebentar untuk menahan air matanya. Nangis antara kesal dan senang. Tentu saja dia senang melihat Mars yang baik baik saja setelah luka yang didapatnya.

Meski dulu misi yang pernah mereka jalani jauh lebih bahaya dan mengancam nyawa dibanding ini.

"Ehh kok nangis?" tanya Mars, dia bergerak menyibak selimutnya hendak turun membuat Alin melemparkan tasnya.

"Aaww!"

Tepat, mendarat diperut Mars dengan sang empunya memegang dan meringis sakit.

Alin sontak membelalakkan matanya, terkejut juga akan sekuat itu lemparannya. Dia menepuk jidatnya, astagaa hari ini gue bawa buku paket gede. Mana ada dua lagi.

AILEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang