21. Fav boy

2.7K 249 6
                                    

21

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

21. Fav boy

"Mars kamu jatuh?"

Alin dan Mars menoleh berbarengan kearah sumber suara. Disana ada Adelia yang berdiri terkejut didekat pintu.

Alin mendekat kearah Mars, mengulurkan tangannya. "Bangun Mars," ujarnya.

Mars mengerjap lalu menerima uluran tangan Alin dan berdiri, "Kamu pikir aku mau ngapain sampe didorong gini?" tanyanya.

"Adelia? Kenapa belum masuk?"

Alin tercengang mendengar suara itu. Jelas pemilik suara tersebut adalah Iwan, ayah Mars. Meski dua hari yang lalu sudah ketemu, tetap saja Alin selalu merasa gugup bukan main.

"Eh?"

"Ayo masuk,"

Iwan dan Adelia masuk berbarengan, tangan Mars dan Alin yang masih berkaitan langsung Alin lepas karena dia... sedikit takut.

"Oh ada Alin juga ya?"

"Siang om." sapa Alin.

"Ah siang. Kamu sudah makan?" tanya Iwan lalu dia duduk di sofa.

Alin, Mars dan Adelia turut ikut duduk disofa. Mars yang duduk disamping Alin menggerakkan tangannya menoel jari Alin. Namun tak digubris.

"Belum om. Alin sekalian bareng nunggu jam makan Mars,"

"Ayah ngapain kesini?" tanya Mars setelah berdecih.

"Hanya mampir Maula, ayah juga ada waktu. Jadi, kita makan siang bareng ya?"

"Adelia ikut ya om! Lagi lapar hehe," ujar Adel antusias. Iwan terkekeh melihat itu.

"Iya,"

"Lo gak sekolah?" tanya Mars kepada Adelia mengingat ini masih jam sekolah. Adelia menggeleng menjawab pertanyaannya.

"Udah ijin hari ini gak masuk. Soalnya tadi pagi ada urusan." kata perempuan itu.

"Alin besok masuk ya?" tanya Iwan.

"Iya om, cuma dua hari diskors nya."

Iwan menghela nafas, "Sekali lagi maaf ya. Nanti lagi kalo Maula kena kasus kekerasan kaya gitu, kamu ga usah ikutan. Dia mau dibilangin buat berhentipun susah. Gak ngerti ngerti." katanya.

Alin mengangguk setuju, "Emang om. Susah banget dibilanginnya. Padahal Alin pernah suruh berhenti atau kurangin gitu, tapi malah gak didenger." detik berikutnya Alin merapatkan bibirnya.

Sial, dia kelepasan mengutarakan kekesalan tak berdasar itu. Entah kenapa kata kata tersebut terlontar begiru saja.

Iwan tersenyum mendengar itu, lalu dia melihat Alin yang menutup matanya meski sebentar. "Maaf om," ujar Alin.

"Minta maafnya sama aku lah! Kamu kan barusan ngomongin aku!" sahut Mars merasa diabaikan sedari tadi.

Alin menoleh, hanya menatapnya tanpa mengatakan apapun. Mars pun sama menatapnya.

AILEENWhere stories live. Discover now